Bahasa Indonesia - Teks Cerpen dan Novel 2

Bahasa Indonesia - Teks Cerpen dan Novel 2

Assessment

Quiz

World Languages

10th - 12th Grade

Medium

Created by

Cessy Yanuarti

Used 72+ times

FREE Resource

Student preview

quiz-placeholder

15 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan novel berikut!

Aku masih akan mendengar suara itu apabila kembali ke dalam bilikku yang berdinding bambu. Dalam kantuk maupun dalam jaga hutan bambu yang kini tenggelam dalam pekatnya kegelapan itu masih selalu bisa kuhadirkan sebagai bagian diriku baik batang-batang bambu hijau yang basah, dedaunan yang gugur di bawahnya, dan gemerisik dedaunan itu ketika angin yang paling perlahan pun mengayunkan batang-batangnya saling bersentuhan. Ketika angin semakin kencang kita akan mendengar semacam siulan di antara batang-batang yang sesekali terdengar seperti rintihan.

Dikutip dari: Seno Gumira Ajidarma, Kalatidha, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2007


Latar yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah ....

bilik bambu, malam hari, mencekam

hutan bambu, sore hari, menegangkan

pohon bambu, malam hari, menenangkan

bilik bambu, sore hari, sehabis hujan

hutan bambu, pagi hari, mencekam

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

1. Perhatikan kutipan cerpen berikut!

Yamin dan puluhan massa yang mengejarnya melewati Aisyah. Ia menepi ke beranda sebuah toko sembako. Degup jantungnya berirama cepat. Massa semakin bertambah. Yamin berusaha lari sekencang mungkin. Semburat ketakutan melukis peluh sebiji jagung. Gerobak, tenda, apa saja yang ada di depannya dirubuhkan untuk menghambat laju massa. Sebuah tas tangan metalik terombang-ambing di genggaman. Otaknya berpikir keras untuk keluar dari situasi ini. Kakinya cepat menuju pertigaan di depan.

Dikutip dari: Koko Nata Kusuma, “Hitam Putih Tepian Musi” dalam Kucing 3 Warna: Kumpulan Cerpen Pilihan, Bandung, Syaamil Cipta Media, 2002


Sudut pandang penceritaan dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....

orang pertama sebagai narator

orang pertama sebagai tokoh tambahan

orang ketiga sebagai tokoh utama

orang ketiga sebagai narator

orang ketiga sebagai pelaku tambahan

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

Perhatikan kutipan cerpen berikut!

“Di pemakaman nanti dari keluarga ada yang membacakan doa?”

“Saya rasa nggak ada. Sekalian saja dari yayasan.”

“Jadi, dari keluarga hanya memberikan kata sambutan saja?”

“Sambutan?”

Yang satu ini benar-benar di luar pemikiran saya, bahwa lazimnya dalam setiap pemakaman ada yang memberikan “ucapan selamat tinggal” ataupun “kata-kata perpisahan” setelah jenazah masuk ke liang kubur. Masalahnya: siapa yang paling layak menyampaikannya?

“Pokoknya jangan saya,” begitu Kak Zul langsung angkat suara ketika saya mengajak berkumpul saudara-saudara yang sudah datang guna membahas soal ini.

“Saya juga jangan,” menyusul suara Kak Alex. “Saya susah bicara di depan umum. Kalau macet di tengah jalan bagaimana?”

“Ah, namanya juga sambutan di pemakaman. Wajar kalau sedikit tersendat.”

“Masak anak bungsu yang bicara, mestinya yang paling tua.”

Dikutip dari: Jujur Prananto, “Sambutan di Pemakaman Ayah” dalam Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan: Cerpen Pilihan Kompas 1997, Jakarta, Kompas, 1997


Penyebab konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....

perebutan warisan orang tua

kesedihan ditinggal orang tua

penyampaian sambutan di pemakaman

kata-kata perpisahan kepada orang tua

ucapan selamat tinggal kepada orang tua

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

Perhatikan kutipan novel berikut!

“Saya dapat panggilan sekolah kedokteran di Surabaya, Mbah. Tapi belum tahu jadi ke sana atau tidak. Saya khawatir, biayanya terlalu mahal buat kita,” jawab Mufit, kemudian kepalanya tertunduk lesu, menahan sedih.

“Sudah, Fit, biarkan simbah-mu istirahat! Jangan kau bercerita macam-macam!” Sela bapaknya. Sementara pakde-nya dan pamannya serta saudara-saudaranya tidak ada yang berani mencegah. Mereka menyadari Mufit sangat dekat dengan kakeknya.

“Biarkan dia bicara denganku Har! Mungkin besok aku sudah tidak dapat bicara dengannya lagi!”

“Le, apa sekolah kedokteran itu kalau kamu bisa lulus terus jadi Ndoro Dokter?”

“Betul, Mbah.”

“Berarti sekolah itu sama dengan sekolah-sekolah cucu Kiai Madun? Itu lho Ndoro Dokter Andaru!”

“Iya, Mbah, tapi mahal. Saya khawatir Bpak tidak mau. Sebab .... ”

“Sudah, sudah! Tidak usah kau teruskan, Le! Mbah tahu!” ujar Mbah Kasno.

“Aku ingin kalian jangan potong sapi sepeninggalku nanti. Biarkan sapi itu utuh untuk biaya sekolah Mufit!”

“Lalu, apa kata orang nanti kalau Bapak meninggal tidak dipotongkan sapi? Kami akan dipermalukan orang sekampung, Pak. Padahal orang yang kurang mampu saja kalau orang tuannya meninggal dipotongkan sapi.”

Dikutip dari: Dandang A. Dahlan, Matahari di Kubah Masjid, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2008


Akibat konflik dalam kutipan novel tersebut adalah ....

Mufit dapat bersekolah kedokteran di Surabaya

Mbah Kasno memarahi semua anaknya

Mbah Kasno menjual sapi-sapi miliknya

Mbah Kasno melarang memotong sapi.

Mufit dibenci anggota keluarga lain

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

1. Perhatikan kutipan novel berikut!

Sudah tiga kali Minggu ini Mak Cik datang meminjam beras. Keluarga kami memang miskin, tapi Mak Cik lebih tak beruntung. Ia tak berdaya karena tak lagi dipedulikan suaminya, antara lain karena ia hanya bisa melahirkan anak-anak perempuan itu.

Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Ia memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali ke pekarangan, memberikan karung beras itu kepada ibuku yang kemudian melungsurkannya kepada Mak Cik.

“Ambillah....”

Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. Aku tak sampai hati melihatnya. Ia berkata terbata-bata, “Tak’kan mampu kami menggantinya, Kak....”

Lalu Mak Cik menatap Nurmi. Wajahnya menanggungkan perasaan tak sampai hati, namun beliau benar-benar tak punya pilihan lain.

“Hanya biola ini milik kami yang masih berharga,” ucapnya pedih.

Nurmi memeluk biolanya kuat-kuat. Air matanya mengalir. Ia tak rela melepaskan biola itu.

“Nurmi....,” panggil ibunya.

Nurmi berupaya keras menguat-nguatkan dirinya. Ia mendekati ibunya. Langkahnya terseret-seret untuk menyerahkan koper biolanya. Air matanya berurai-urai. Ibuku tersenyum memandangi Nurmi.

“Jangan sekali-kali kaupisahkan Nurmi dari biola ini, Maryamah. Kalau berasmu habis, datang lagi ke sini.”

Dikutip dari: Andrea Hirata, Sang Pemimpi, Jakarta, Bentang Pustaka, 2006


Nilai moral yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah ....

menolong dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan

mempunyai simpanan makanan untuk dibagikan kepada tetangga

melakukan kewajiban memperhatikan kondisi tetangga sekitar

mengorbankan semua miliknya demi anak-anaknya

berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan nafkah

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

Perhatikan kutipan cerpen berikut!

Tapi, bagi masyarakat Kotopanjang, semua minat akademik dan sosio-politik itu tidak penting. Persetan dengan teori ini dan itu. Peduli amat dengan pendapat si anu perihal makna merantau. Bagi mereka merantau punya satu arti penting: harga dan status anak muda yang baru pulang dari rantau melonjak di pasaran jodoh. Maka tidaklah mencengangkan bila sejak kepulangannya dari Amerika Serikat belum sebulan berselang, Samsir menjadi buah mulut warga desa. Setiap keluarga yang punya anak gadis yang sudah patut kawin membicarakan kemungkinan doktor keluaran Harvard itu menjadi menantu mereka, urang sumando mereka. Dia jadi buah mulut anak-anak muda di desa.

Dikutip dari: Ismet Fanany, “Hadiah dari Rantau” dalam Anjing-Anjing Menyerb Kuburan: Cerpen Pilihan Kompas 1997, Jakarta, Kompas, 1997


Nilai budaya dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....

bersekolah di luar negeri

tidak tertarik dengan minat akademik

merantau untuk meningkatkan status sosial

menjadikan seorang doktor sebagai menantu

menjadi buah bibir sepulang dari merantau

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

1. Perhatikan kutipan novel berikut!

Kutipan Novel I

Siapa bapaku, demikian pula di mana aku diperanakkan oleh bundaku, tiada kuketahui dengan benar; tetapi antara ada dengan tiada, masih terbayang-bayang dalam ingatanku, wajah seorang laki-laki yang selalu menjulang aku, semasa aku mulai fasih berkata-kata. Jika sungguh orang itu bapaku, tiadalah lain yang kuketahui tentang perawakan badannya, lain daripada tinggi dan lampai, karena jika kuingat ketika aku merecak tengkuknya, riang rasa semangatku memandang bumi.

Dikutip dari: Suman H. S., Percobaan Setia, Jakarta, Balai Pustaka, 2011


Kutipan Novel II

Malam itu kau melihat kapal-kapal mereka nun jauh di laut, sedang berlayar menuju pulaumu. Armada dengan layar-layar berkibar dan tiang-tiang tegak, berpandu kompas membelah ombak, angin berharum garam membawa semacam aroma lain yang sengatnya tajam. Kapal-kapal itu datang laju, menuju cercah-cercah serupa nyala emas hangus yang bertebaran di permukaan gunung, gemerlap yang kelam, sarat bersusun-susun, memancar terlalu terang untuk pulau sekecil itu.

Dikutip dari: Nukila Amal, Cala Ibi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004


Perbedaan gaya bahasa kedua kutipan novel tersebut adalah ....

kutipan 1 menggunakan bahasa lugas

kutipan 2 menggunakan ungkapan

kutipan 1 menggunakan majas

kutipan 2 menggunakan bahasa sehari-hari

kutipan 1 menggunakan bahasa lugas

kutipan 2 menggunakan majas

kutipan 1 menggunakan bahasa resmi

kutipan 2 menggunakan bahasa populer

kutipan 1 menggunakan ungkapan

kutipan 2 menggunakan bahasa Melayu

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?