Bahasa Indonesia - SASTRA

Bahasa Indonesia - SASTRA

Assessment

Quiz

World Languages

11th - 12th Grade

Hard

Created by

Fransiskus Prasetyo

Used 25+ times

FREE Resource

Student preview

quiz-placeholder

16 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 1 pt

Gelisah Antara Dua Desa


Ladang tak lagi mampu mengundang

lelaki kecil yang dulu selalu berjalan

tertatih pelan perlahan- lahan di pematang

karena ia kini telah ke tanah lapang

ke arah yang semakin jarang kesempatan pulang


Makna tanah lapang pada puisi tersebut adalah...

rumah

jalan

sawah

ladang

kota

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 1 pt

Kali ini, untuk menggarap batik pesanan lelaki itu, ia memilih saat malam buta di sebuah kamar berhias sarang laba- laba. Kamar penyimpan langut dan kemelut. sebelumnya, hampir lima tahun pintu kamar itu dibiarkan terkatup serupa kabisuan mulut disumpal selimut.


Makan kata langut dan kemelut adalah...

kesedihan dan penyesalan

kehilangan dan kesedihan

kehampaan dan kesendirian

kesedihan dan penderitaan

kehampaan dan kesepian

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 1 pt

Jika hendak mengenal orang berbangsa

lihat kepada budi dan bahasa


amanat yang terkandung dalam gurindam tersebut adalah...

Jika ingin mengenal orang dari bangsa lain, pelajarilah budi dan bahasanya.

Orang yang ingin mempelajari bahasa dari bangsa lain harus belajar langsung.

Orang yang ingin mempelajari bahasa lain harus belajar adat istiadatnya pula.

Orang yang mulia dan berbangsa dapat dilihat dari perilaku dan tutur katanya.

Jika ingin dibalas budi oleh orang lain, sampaikanlah dengan bahasa yang santun.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Setelah penguburan Rojik, kami duduk di teras pondok. Sore ini mulai gerimis. Budir tampak menyeruput kopinya. Ia gelisah.

"Aku aku sudah tidak tahan lagi berada di tempat ini. Ayo, kita pergi dari sini!" katanya. Jemarinya yang memegang gelas gemetar.

"Bagaimana dengan kontrak kita yang tinggal setahun lagi? Kan tanggung..."

"masa bodoh dengan kontrak itu! kalau kita tetap bertahan, kita akan mati konyol disini. Kau tidak lihat Rojik? Setelah seharian meriang, besok paginya dia kejang- kejang. Dan sore ini kita sudah menguburkannya!" kata Budir.

"Besok pagi- pagi aku akan pulang. Terserah kau mau tetap tinggal atau pulang bersamaku. Kalau kau lebih memilih hidup daripada kontrak itu!" ujar Budir yang lalu berdiri dan masuk kedalam pondok.

Paginya, benar saja. Saat aku bangun, aku tak mendapati Budir. aku memanggil- manggil namanya. Tak ada jawaban. Kuperhatikan sekeliling, baju dan tas Budir juga tidak ada. Ternyata lelaki itu tak membuang waktu. Mungkin pagi- pagi sekali ia telah meninggalkan pondok. Sepeninggal Budir tak mungkin lagi aku tinggal sendiri di belantara ini! Tinggal aku satu- satunya manusia yang akan mati. Berarti aku tak punya pilihan selain meninggalkan pondok ini.


Penyebab konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah...

Tokoh Aku tidak betah tinggal di hutan.

Tokoh aku tidak mau meninggalkan hutan.

Tokoh Budir lebih memilih kontrak kerjanya.

Tokoh Rojik meninggal mendadak di pondok.

Tokoh Budir membawa tas dan baju tokoh Aku.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Setelah penguburan Rojik, kami duduk di teras pondok. Sore ini mulai gerimis. Budir tampak menyeruput kopinya. Ia gelisah.

"Aku aku sudah tidak tahan lagi berada di tempat ini. Ayo, kita pergi dari sini!" katanya. Jemarinya yang memegang gelas gemetar.

"Bagaimana dengan kontrak kita yang tinggal setahun lagi? Kan tanggung..."

"masa bodoh dengan kontrak itu! kalau kita tetap bertahan, kita akan mati konyol disini. Kau tidak lihat Rojik? Setelah seharian meriang, besok paginya dia kejang- kejang. Dan sore ini kita sudah menguburkannya!" kata Budir.

"Besok pagi- pagi aku akan pulang. Terserah kau mau tetap tinggal atau pulang bersamaku. Kalau kau lebih memilih hidup daripada kontrak itu!" ujar Budir yang lalu berdiri dan masuk kedalam pondok.

Paginya, benar saja. Saat aku bangun, aku tak mendapati Budir. aku memanggil- manggil namanya. Tak ada jawaban. Kuperhatikan sekeliling, baju dan tas Budir juga tidak ada. Ternyata lelaki itu tak membuang waktu. Mungkin pagi- pagi sekali ia telah meninggalkan pondok. Sepeninggal Budir tak mungkin lagi aku tinggal sendiri di belantara ini! Tinggal aku satu- satunya manusia yang akan mati. Berarti aku tak punya pilihan selain meninggalkan pondok ini.


Akibat konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah...

Tokoh aku dan Budir dipaksa bekerja di sebuah pondokan.

Tokoh Budir bertengkar dengan tokoh Aku.

Tokoh Aku dipaksa meninggalkan pondok.

Tokoh Budir mengambil baju dan tas tokoh Aku.

Tokoh Budir meninggalkan tokoh Aku di pondok.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

"Kang, kita harus benar- benar pergi dari sini?" tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

"Tentu saja. Seperkasa apapun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang miskin," sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masih terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking- lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, perlawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satria Piningit lebih erat.

"Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampung yang membesarkan kita," ucap Siti Halimah getir.

"Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat rezeki yang lebih baik," ujar Karjan.


Tema yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah...

sosial

politik

agama

ekonomi

pendidikan

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

"Kang, kita harus benar- benar pergi dari sini?" tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

"Tentu saja. Seperkasa apapun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang miskin," sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masih terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking- lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, perlawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satria Piningit lebih erat.

"Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampung yang membesarkan kita," ucap Siti Halimah getir.

"Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat rezeki yang lebih baik," ujar Karjan.


Latar suasana yang tergambar dalam kutipan cerpen tersebut adalah...

menakutkan

mengenaskan

mengharukan

menegangkan

membingungkan

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?