Saya pun membandingkan perlakuan yang lbu berikan kepada anak kami dan anak adik ipar saya. lbu menganggap saya terlalu perasa. Tapi saya pikir justru lbu yang keliru. Saya benar benar kecewa kepada lbu. Saya marah besar. Saya sadar kalau saya sudah termakan amarah. Beberapa kali istri saya mencoba menenangkan dan meminta saya mengontrol diri, tapi saya tidak memedulikannya. Saya pikir saya harus menunjukkan wibawa saya sebagai seorang anak tua, apalagi saya sudah memiliki keluarga sendiri. lstri saya pun tak dapat berbuat banyak. Saya bahkan membentaknya ketika ia hendak merangkul lbu dan meneteskan air mata. Kini, ia berdiri tidak jauh dari saya sambil menahan tangis.
Malam itu, lbu pergi tanpa sepatah kata. Saya menyesal, sebenarnya. Tapi saya pikir apa yang saya lakukan sudah benar. lstri saya lebih banyak diam malam itu. la membuatkan kopi jagung kesukaan saya selepas kami salat berjamaah.
Dikutip dari: Benny Arnas, "Kami Tusuk Mata Kami" dalam Sejumlah Alasan Mengapa Tiap Anak Sebaiknya Melahirkan Seorang Ibu, Yogyakarta, Diva Press, 2017
Topik: Cerpen
Subtopik: Unsur Intrinsik Cerpen
Level kognitif: C1 (LOTS)
Latar suasana pada paragraf pertama dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….