"Tetapi," kata Yusuf tiba-tiba menyela perkataan Tuti yang diucapkan dengan amanrah dan dan benci, "oleh hormatnya orang kampung kepada mereka yang dianggapnya ahli agama itu, maka tiba di bawah pengaruhnya dan oleh itu sering mereka menjadi permainannya."
"Bagi saya sndiri, saya pun sebenarnya tiada tertarik kepada agama serupa dipakai orang di kampung-kampung. Kehormatan orang kampung itu kehormatan membabi buta, oleh sebab mereka sendiri tiada dapat dan tiada sanggup mendalami hakikat agama yang sebenarnya. Sekaliannya diserahkan mereka saja kepada kiai yang ereka junjung tinggi itu. Tetapi jika dibandingkan cara kedua golongan itu memandang dan menjunjung agama yang disebut mereka suci itu, maka saya akan memililih cara orang kampung. Pada kaum priyayi agama serta upacara yang dianggap bersangkutan dengan agama itu seolah-olah dipandang sesuatu yang memalukan, yang tidak berani dibawa di tengah khalayak yang terhormat.
(Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisyahbana)
Nilai agama dalam kutipan novel tersebut adalah . . .