(1) Sekali lagi hanafi bangkit dari berbaring sambil tertawa terbahak bahak, maka berkatalah ia, ”ltulah yang ku segankan benar hidup di tanah Minangkabau ini, Bu. (2) Di sini semua orang berkuasa, kepada semua kita berhutang, baik utang uang maupun utang budi.” (3) Kemarahan Hanafi ditujukan kepada anaknya yang katanya sudah dimasuki oleh setan dan kepada si Buyung yang masih belum datang, serta malunya kepada kawan-kawannya melihat istrinya datang yang tidak ubah rupanya dengan koki. (4) Semuanya sudah bertumpuk di atas kepala Rapiah. (5) Sambil merentangkan ke tangan ibunya, dikatainyalah istrinya di muka kawan kawanya dengan segala nista dan penghinaan hingga ketiga tamunya itu menjadi resah dan prihatin atas sikap Hanafi kepada istrinya. (Salah Asuhan, Abdul Muis)
Pendeskripsian watak tokoh Hanafi juga seorang yang kasar tampak pada kalimat nomor (5) dalam kutipan tersebut adalah melalui…