Latihan Soal AKM

Latihan Soal AKM

10th Grade

13 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

L3Q08 Ayat 31

L3Q08 Ayat 31

5th Grade - Professional Development

17 Qs

Teks Anekdot kelas X

Teks Anekdot kelas X

10th Grade

15 Qs

Ungkapan dan Peribahasa

Ungkapan dan Peribahasa

10th - 12th Grade

15 Qs

NILAI HIKAYAT

NILAI HIKAYAT

10th Grade

9 Qs

BM TATABAHASA - KATA SENDI (1/6)

BM TATABAHASA - KATA SENDI (1/6)

KG - University

15 Qs

PERSIAPAN MASUK SMA/ MA

PERSIAPAN MASUK SMA/ MA

9th - 10th Grade

15 Qs

Teks Cerita Pendek Kelas 9

Teks Cerita Pendek Kelas 9

9th - 10th Grade

10 Qs

PR Cerpen_Unsur dan Strukturnya

PR Cerpen_Unsur dan Strukturnya

10th Grade

10 Qs

Latihan Soal AKM

Latihan Soal AKM

Assessment

Quiz

World Languages

10th Grade

Medium

Created by

Siti Kholifah

Used 206+ times

FREE Resource

13 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

10 mins • 1 pt

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011


Mengapa penulis menganggap bahwa lilin kecil itu sangat berarti?

Sinar lilin itu tidak banyak

Lilin itu membawa harapan

Kehadiran lilin itu dapat meruntuhkan cemara

Langkah lilin itu laksana embusan angin

Lilin itu dapat menerangi dalam kegelapan

2.

OPEN ENDED QUESTION

10 mins • 1 pt

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya, namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal. Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa. "Pangeran itu berniat buruk."

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan-lipan itu menyerang para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.


Mengapa Ratu Aji Bidara Putih menolak pinangan sang Pangeran?

Evaluate responses using AI:

OFF

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

10 mins • 1 pt

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka. Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul. Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak banyu atau komidi putar....


Mengapa mereka harus membawa bekal?

Kantor kecamatan jauh dari rumah mereka.

Mereka tidak perlu keluar uang untuk jajan.

Mereka akan pergi menggunakan truk.

Mereka harus antre lama di kantor pos.

Mereka akan pergi selama lima jam

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

10 mins • 1 pt

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar, diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan, yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas. Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya, mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---


Mengapa Ramin dikejar-kejar oleh petugas?

Ramin adalah teman Aco

Ramin tak membayar denda

Ramin menjadi tenaga kerja ilegal

Ramin mencuri di perkebunan cengkeh

Teman-teman Ramin membuat kesalahan besar

5.

MULTIPLE SELECT QUESTION

10 mins • 1 pt

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011


Kalimat atau baris-baris di dalam puisi dapat meninggalkan pengalaman indrawi bagi pembacanya. Pengalaman indrawi ini disebut dengan imaji. Tentukan imaji yang ditimbulkan melalui baris-baris puisi berikut ini!

Menepis lara, mendamaikan hati dan menyejukkan cinta

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Tatkala malam datang membawa kegelapan

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

6.

MULTIPLE SELECT QUESTION

10 mins • 1 pt

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka. Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul. Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak banyu atau komidi putar.

“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak Onah memutuskan.

“Tapi, Mak ….” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.

“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong. Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”

Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan. Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***


Mengapa Mak Onah sangat antusias untuk pergi ke kantor pos kecamatan?

Kamu dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban

Onah sudah lama tidak keluar rumah sehingga ia kangen melihat keramaian.

Ia akan menerima bantuan yang dapat digunakan untuk membayar utang.

Onah dan yang lainnya akan mengambil bantuan beras raskin.

Ia menganggap bahwa pergi ke kecamatan adalah jalan-jalan.

Ia berharap bantuan itu dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan Onah.

7.

MULTIPLE SELECT QUESTION

10 mins • 1 pt

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar, diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan, yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas. Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya, mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)


apa perasaan yang digambarkan oleh penulis tentang tokoh Ramin?

Ketakutan

Ragu-ragu

Khawatir

Marah

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?

Discover more resources for World Languages