Perhatikan kutipan skrip berikut!
(Par I) Senja itu, senja yang tertimpa gerimis dan dirangkai gemuruh yang bersahut-sahutan. Rumah besar ini yang sudah tersekat-sekat karena pembagiannya terasa begitu mencekam. Padahal walaupun tersekat, rumah ini dihuni banyak orang dan beberapa kepala keluarga. Seingatku selepas mahgrib, aku baru saja menyelesaikan cucianku, kemudian aku membawa beberapa pakaian yang sudah beres ke loteng. Aku lantas, mengintip ke sisi Pak Umar, lampunya menyala dan terlihat dan terdengar banyak aktivitas. Mengetahui rumah Pak Umar ramai, aku jadi tidak takut untuk menjemur pakaianku sekarang. Kemudian aku mulai menjemur pakaian satu persatu ditemani keramaian suara yang berasal dari ruang tamu Pak Umar dan selesai tanpa ada perasaan aneh apapun. Aku turun dan biasanya setelah beres aku menyiapkan makanan untuk anak-anak.
(ParII)Saat menyiapkan makanan anak-anak, ternyata ada salah satu bahan masakan yang sudah habis. Kemudian aku minta tolong kepada Sasa, anak pertamaku untuk membeli telur di Warung Pak Umar, yang mana rumahnya hanya berbatas tembok dengan rumah kami. Lebih dari 10 menit, Sasa kembali dengan tangan kosong, dia mengatakan bahwa rumah Pak Umar kosong, warungnya tutup dan tidak ada orang. Aku pun tidak percaya, padahal jarakku turun dari loteng dengan Sasa pergi ke rumah Pak Umar tidak sampai 5 menit. Akhirnya aku pun membuktikannya sendiri. Ternyata memang benar, Rumah Pak Umar memang kosong dan gelap.
Masalah yang dirasakan oleh tokoh “aku” pada skrip tersebut adalah...