Zaman sudah modern dan perempuan saat ini tidak lagi hanya berkutat dengan pekerjaan domestik di rumah. Perempuan semakin sadar akan haknya dan menyadari dirinya punya kemampuan yang sama dengan laki-laki untuk melakukan banyak hal. Perempuan masa kini mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan saat ini, perempuan menjadi ujung tombak perekonomian negara. Misalnya saja seperti di Indonesia, kontribusi terhadap ekonomi banyak disumbang oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perempuan.
Kontribusi ini, nyatanya masih berbanding terbalik dengan situasi di lapangan. Pandangan sebelah mata bahwa perempuan hanya pintar dalam mengurus keluarga dan tidak berpotensi sukses, acapkali terjadi dan menurunkan mental perempuan danmasih banyak juga perempuan yang terkendala untuk menerima haknya sebagai individu yang bebas. Penyebabnya, tak lain akibat masih adanya stigma dan disriminasi dari masyarakat.
Berikut merupakan lima penyebab sulitnya merealisasikan kesetaraan gender:
1. Budaya Patriarki
Budaya partiarki merupakan warisan turun temurun yang masih diadopsi oleh berbagai negara Asia, termasuk Indonesia. Menurut Wikipedia, budaya patriarki merupakan akar akan munculnya kekerasan yang dialamatkan kepada perempuan.
Salah satu contohnya yaitu tuntutan bagi perempuan untuk mengurus tugas rumah tangga, seperti mencuci pakaian ataupun memasak bagi keluarga. Selain itu, perempuan yang akan menikah kerapkali terpaksa mundur dari pekerjaannya akibat permintaan laki-laki yang tak ingin sang perempuan bekerja di luar rumah.
Meski saat ini Indonesia telah memiliki dasar hukum yang tak mengenal gender, budaya ini tak serta merta menghilang.
2. Pola asuh
Rumah dan orangtua merupakan gerbang pertama akan pentingnya kesadaran dan toleransi antar gender. Pola asuh orangtua yang masih melakukan bias gender dapat terlihat melalui adanya perbedaan tugas dan tanggung jawab bagi anak laki-laki dan perempuan.
Anak perempuan dipandang memegang tanggung jawab penuh akan tugas domestik, sedangkan anak laki-laki hanya diwajibkan untuk membantu mencari uang.
Pola asuh juga melahirkan konsep maskulinitas dan feminim pada kedua gender. Riset YouGov menemukan bahwa sifat kekuatan,ketegasan, dan kecerdasan merupakan sifat laki-laki. Sedangkan sifat perempuan dicerminkan melalui kepekaan, emosional, dan kasih sayang sehingga perempuan merasa tidak pantas untuk tampil tegas, cerdas, dan kuat.
3. Posisi perempuan dalam keluarga
Selain dibebankan oleh tugas domestik, perempuan juga dituntut untuk berperan lebih banyak, mulai dari melahirkan hingga mengurus anak. Norma ini pula yang pada akhirnya memandang bahwa perempuan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Sebab, perempuan akan kembali ke ranah domestik alias rumah setelah menikah.
Lembaga inisiasi milik pemerintah Australia, Investing In Women melakukan pendataan terhadap peran perempuan dalam keluarga. Hasilnya, norma sosial mengakibatkan perempuan cenderung memandang rendah dirinya melalui anggapan bahwa perempuan hanyalah pencari nafkah sekunder.
4.Keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan
Beberapa perempuan yang beruntung mendapatkan pendidikan dan pekerjaan layak, tak sepenuhnya lepas dari beban domestik. Riset YouGov menemukan bahwa 51 persen perempuan Indonesia memiliki status ibu sekaligus perempuan karier.
Waktu kerja yang kurang fleksibel, menciptakan dilema tersendiri bagi perempuan. Akibatnya, banyak perempuan memilih untuk keluar dari pekerjaannya setelah menikah dan memiliki anak.
International Labour Organization (ILO) juga menemukan bahwa perempuan bekerja cenderung kesulitan menemukan fasilitas penitipan anak dengan biaya terjangkau baik di dekat rumah maupun tempat kerja.
5. Pembatasan dalam perusahaan
Penelitian Workplace Gender Equality menemukan bahwa laki-laki masih mendominasi jabatan penting meski berada di lingkungan dengan dominasi perempuan
Di industri secara menyeluruh, jumlah representasi CEO perempuan berkisar di angka 17,1 persen pada 2018. Sementara posisi manajer mencapai angka 30,5 persen. Disamping itu, kurangnya fasilitas publik seperti ruang laktasi dan perbedaan gaji secara umum, turut menjadi bagian disriminasi secara tidak langsung bagi perempuan
Berdasarkan teks, kerjakanlah soal soal dibawah ini
Dibawah ini yang bukantermasuk penyebab sulitnya terealisasi kesetaraan gender adalah