BAHASA INDONESIA UAS SEMESTER 2

BAHASA INDONESIA UAS SEMESTER 2

4th Grade

20 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

BM

BM

1st - 12th Grade

20 Qs

Bahasa Melayu  (Tahun456) Teacher Eric . Part 1

Bahasa Melayu (Tahun456) Teacher Eric . Part 1

4th - 6th Grade

20 Qs

POLA AYAT DASAR SPM

POLA AYAT DASAR SPM

1st Grade - Professional Development

20 Qs

Kata Sendi Nama ( Tahun 4 )

Kata Sendi Nama ( Tahun 4 )

1st - 10th Grade

20 Qs

PENILAIAN SUMATIF BERTUKAR DAN MEMBAYAR

PENILAIAN SUMATIF BERTUKAR DAN MEMBAYAR

4th Grade

20 Qs

Bahasa Melayu Tatabahasa Tingkatan 3

Bahasa Melayu Tatabahasa Tingkatan 3

1st - 5th Grade

20 Qs

PENILAIAN HARIAN KELAS 4B TEMA 8 BAHASA INDONESIA KD 3.10

PENILAIAN HARIAN KELAS 4B TEMA 8 BAHASA INDONESIA KD 3.10

4th Grade

20 Qs

Kata Sendi Nama

Kata Sendi Nama

4th - 12th Grade

15 Qs

BAHASA INDONESIA UAS SEMESTER 2

BAHASA INDONESIA UAS SEMESTER 2

Assessment

Quiz

Education

4th Grade

Medium

Created by

Hermiati Hermiati

Used 11+ times

FREE Resource

20 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

“Ditukar dengan Apa?”

Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.

Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.

Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.

Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar

barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.

Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.

Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.

Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.

Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang-pisangnya dengan uang-kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua.

Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.

Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan

menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.

Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.

Dalam cerita di atas yang bertukar dengan padi atau jagung milik Ka Kancil adalah ....

Ela Pelatuk

Ti Tikus

Dak Bebek

Hen Ayam

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

“Ditukar dengan Apa?”

Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.

Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.

Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.

Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar

barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.

Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.

Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.

Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.

Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang-pisangnya dengan uang-kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua.

Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.

Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan

menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.

Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.

Barang milik Ela Pelatuk yang digunakan sebagai penukar adalah ....

Sendok kayu

Vas

Ubi

Jamur

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

“Ditukar dengan Apa?”

Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.

Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.

Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.

Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar

barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.

Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.

Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.

Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.

Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang-pisangnya dengan uang-kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua.

Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.

Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan

menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.

Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.

Salah satu hewan yang mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu dalam cerita di atas yaitu ....

Sa Angsa

Kepala Desa Beru

Ka Kancil

Ela Pelatuk

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

“Ditukar dengan Apa?”

Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.

Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.

Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.

Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar

barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.

Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.

Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.

Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.

Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang-pisangnya dengan uang-kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua.

Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.

Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan

menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.

Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.

Hewan yang memunculkan ide cemerlang untuk lebih baik menuliskan angka pada uang adalah ....

Ke Kelinci

Ka Kancil

Sa Angsa

Ti Tikus

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

“Ditukar dengan Apa?”

Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.

Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.

Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.

Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar

barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.

Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.

Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.

Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.

Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang-pisangnya dengan uang-kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua.

Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.

Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan

menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.

Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.

Menurut cerita di atas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan

uang adalah ....

Ka Kancil

Ela Pelatuk

Kepala Desa Beru

Sa Angsa

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Raja Ampat

Hai! Aku Reu. Aku dan teman-temanku akan berenang bersama. Kami tinggal di Pulau Misool, Raja Ampat, di Papua Barat. Kalau kalian melihat peta dunia, tempat tinggal kami adalah satu titik di Indonesia bagian timur.

Tempat tinggal kami dikelilingi lautan. Kalau ingin berenang, kami cukup pergi ke pantai. Pantai di sini bersih, pasirnya putih lembut dan airnya jernih.

Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang berupa kepulauan. Dari banyak pulau yang ada, terdapat empat yang paling besar, yaitu Pulau Waigo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Sebagian penduduknya bekerja sebagai nelayan.

Beberapa tahun belakangan ini, pulau kami didatangi banyak turis. Ada turis dari dalam negeri, ada pula yang dari luar negeri. Mereka menyukai pemandangan di daerah kami, baik pemandangan di darat, maupun pemandangan di bawah laut.

Banyak wisatawan datang ke daerah kami untuk menyelam. Mereka tertarik akan beragam flora dan fauna di dalam laut. Kata mereka, Raja Ampat adalah surga bawah laut tercantik di dunia. Tentu saja kami setuju.

Tidak semua wisatawan suka menyelam. Ada yang cukup menikmati pemandangan dari permukaan saja, karena air laut di sini bening sekali. Ikan dan karang aneka warna bisa terlihat dengan mudah.

Untuk aku dan teman-temanku, laut adalah tempat bermain kami. Kami terbiasa berenang dan menyelam tanpa alat. Kadang-kadang kami bercengkerama dengan ikan-ikan, kadang-kadang kami saling menyipratkan air.

Raja Ampat menjadi rumah bagi biota laut. Ada sekitar 540 jenis karang, 1.511 jenis ikan, 700 jenis moluska, dan masih banyak lagi lainnya.

Sejak kecil kami sudah diingatkan orang tua kami untuk tidak merusak karang. Tahukah kalian, karang itu termasuk hewan laut. Karang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan bagi banyak biota laut lainnya. Temanku, Maruna, sangat marah jika ada wisatawan yang merusak karang atau membuang sampah sembarangan.

“Hei, bawa pulang sampah kalian!” Maruna akan mengejar si pembuang sampah dan tidak akan membiarkannya bebas.

Ya, sampah akan mencemari lingkungan tempat tinggal kami. Sampah juga akan membuat laut kami tercemar dan merusak karang serta biota laut lainnya. Jika karang rusak dan mati karena ampah atau perilaku penyelam, ikan-ikan akan kehilangan tempat tinggal dan sumber makanannya. Kalau itu sampai terjadi, ikan-ikan akan berkurang jumlahnya. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Laut kami tidak akan cantik lagi. Kita semua akan merugi.

Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi ....

Papua Barat

Sumatra Barat

Kalimantan Selatan

Sulawesi Utara

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Raja Ampat

Hai! Aku Reu. Aku dan teman-temanku akan berenang bersama. Kami tinggal di Pulau Misool, Raja Ampat, di Papua Barat. Kalau kalian melihat peta dunia, tempat tinggal kami adalah satu titik di Indonesia bagian timur.

Tempat tinggal kami dikelilingi lautan. Kalau ingin berenang, kami cukup pergi ke pantai. Pantai di sini bersih, pasirnya putih lembut dan airnya jernih.

Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang berupa kepulauan. Dari banyak pulau yang ada, terdapat empat yang paling besar, yaitu Pulau Waigo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Sebagian penduduknya bekerja sebagai nelayan.

Beberapa tahun belakangan ini, pulau kami didatangi banyak turis. Ada turis dari dalam negeri, ada pula yang dari luar negeri. Mereka menyukai pemandangan di daerah kami, baik pemandangan di darat, maupun pemandangan di bawah laut.

Banyak wisatawan datang ke daerah kami untuk menyelam. Mereka tertarik akan beragam flora dan fauna di dalam laut. Kata mereka, Raja Ampat adalah surga bawah laut tercantik di dunia. Tentu saja kami setuju.

Tidak semua wisatawan suka menyelam. Ada yang cukup menikmati pemandangan dari permukaan saja, karena air laut di sini bening sekali. Ikan dan karang aneka warna bisa terlihat dengan mudah.

Untuk aku dan teman-temanku, laut adalah tempat bermain kami. Kami terbiasa berenang dan menyelam tanpa alat. Kadang-kadang kami bercengkerama dengan ikan-ikan, kadang-kadang kami saling menyipratkan air.

Raja Ampat menjadi rumah bagi biota laut. Ada sekitar 540 jenis karang, 1.511 jenis ikan, 700 jenis moluska, dan masih banyak lagi lainnya.

Sejak kecil kami sudah diingatkan orang tua kami untuk tidak merusak karang. Tahukah kalian, karang itu termasuk hewan laut. Karang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan bagi banyak biota laut lainnya. Temanku, Maruna, sangat marah jika ada wisatawan yang merusak karang atau membuang sampah sembarangan.

“Hei, bawa pulang sampah kalian!” Maruna akan mengejar si pembuang sampah dan tidak akan membiarkannya bebas.

Ya, sampah akan mencemari lingkungan tempat tinggal kami. Sampah juga akan membuat laut kami tercemar dan merusak karang serta biota laut lainnya. Jika karang rusak dan mati karena ampah atau perilaku penyelam, ikan-ikan akan kehilangan tempat tinggal dan sumber makanannya. Kalau itu sampai terjadi, ikan-ikan akan berkurang jumlahnya. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Laut kami tidak akan cantik lagi. Kita semua akan merugi.

Arti dari kata flora yang digaris bawahi dalam teks cerita di atas adalah ....

Dunia hewan

Hewan-hewan laut

Karang laut

Dunia tumbuh-tumbuhan

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?