Latihan Kihajar STEM

Latihan Kihajar STEM

9th Grade

21 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

IPA KELAS 5

IPA KELAS 5

1st Grade - University

20 Qs

Pelestarian hewan dan tumbuhan

Pelestarian hewan dan tumbuhan

5th - 11th Grade

20 Qs

Siklus AIr

Siklus AIr

7th - 9th Grade

20 Qs

Ketidakseimbangan Ekosistem

Ketidakseimbangan Ekosistem

5th Grade - University

20 Qs

pts ipa kelas 9

pts ipa kelas 9

9th Grade

17 Qs

asesmen formatif (6) isu lingkungan

asesmen formatif (6) isu lingkungan

9th Grade - University

20 Qs

Kuis IPAS Kelas 5 "Permasalahan Lingkungan Mengancam Kehidupan"

Kuis IPAS Kelas 5 "Permasalahan Lingkungan Mengancam Kehidupan"

5th Grade - University

20 Qs

proses pembentukan tanah dan komponen penyusun tanah

proses pembentukan tanah dan komponen penyusun tanah

9th Grade

20 Qs

Latihan Kihajar STEM

Latihan Kihajar STEM

Assessment

Quiz

Science

9th Grade

Medium

Created by

I Gede Antara Eka Putra Wijaya

Used 9+ times

FREE Resource

21 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Apa yang dimaksud dengan urbanisasi dalam konteks artikel ini?

Pertumbuhan penduduk di desa.

Penurunan jumlah penduduk di kota.

Peningkatan pembangunan infrastruktur di kota.

Pemulihan lahan pertanian.

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Bagaimana dampak urbanisasi terhadap lahan pertanian di Kota Gorontalo?

Luas lahan pertanian meningkat setiap tahun.

Luas lahan pertanian tetap stabil.

Luas lahan pertanian mengalami peningkatan drastis.

Luas lahan pertanian berkurang drastis.

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Apa yang menjadi penyebab utama degradasi lahan di Kota Gorontalo?

Penurunan pertumbuhan penduduk.

Kelebihan daerah resapan air.

Pembangunan perkantoran dan kurangnya lahan pertanian.

Penurunan pertumbuhan infrastruktur.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Bagaimana dampak degradasi lahan terhadap hasil produksi pertanian dan perkebunan?

Tidak ada dampak yang signifikan.

Hasil produksi meningkat.

Hasil produksi tetap stabil.

Hasil produksi menurun dan dapat menyebabkan krisis pangan.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Mengapa urbanisasi dapat memicu degradasi lahan?

Karena urbanisasi mengurangi jumlah penduduk di kota.

Karena urbanisasi meningkatkan pertumbuhan lahan pertanian.

Karena urbanisasi mengakibatkan kelebihan daerah resapan air.

Karena urbanisasi mengurangi luas lahan untuk bertani dan berkebun.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan artikel berikut!
Kota Gorontalo, merupakan titik awal perkembangan Provinsi Gorontalo yang berciri arus urbanisasi dan alami degradasi lahan di ruang perkotaan. Dengan luas wilayah 79,03 km2 dan penduduk 198.539 [2020], Kota Gorontalo, alami peningkatan pembangunan infrastruktur hingga mengubah wajah kota. Kondisi ini, mendorong masyarakat migrasi dari desa ke kota. Urbanisasi memberikan andil dalam laju pertumbuhan penduduk di kota ini. Laju pertumbuhan penduduk 1990- 2000 mencapai 1,20%, dan 2000-2010 mencapai 2,93%,. Kemudian, 2010 -2020 tumbuh sebesar 0,95%. Berdasarkan data BPS Gorontalo, degradasi lahan di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Misal, luasan sawah irigasi [tanam padi] pada 2019 sebesar 828 hektar, 2020 berkurang jadi 795 hektar. Untuk lahan non irigasi [tanam padi] sudah tak ada lagi. Luas baku lahan tegal/kebun, pada 2019 sebesar 180 hektar, pada 2020 tinggal 145 hektar. Sedang luasan baku lahan ladang pada 2019 sebesar 14 hektar, pada 2020 sudah tak ada lagi. Sementara luasan pertanian bukan sawah kurang empat hektar pada 2020. sumber: mongabay.co.id
Akibat meningkatnya arus urbanisasi di kota Gorontalo menyebabkan luas lahan untuk bertani dan berkebun berkurang drastis setiap tahunnya akibat pembangunan perkantoran. Hal ini memicu terjadinya degradasi lahan karena kurangnya daerah resapan air. Dengan berkurangnya lahan untuk bertani ataupun berkebun, bukan tidak mungkin hasil produksi pertanian dan perkebunan kota Gorontalo akan menurun sehingga dapat menyebabkan krisis pangan.

Langkah apa yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif urbanisasi terhadap pertanian dan lingkungan?

Meningkatkan pembangunan perkantoran.

Mengurangi upaya konservasi air.

Mengalihkan perhatian dari sektor pertanian.

Mengimplementasikan metode daerah resapan air dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan artikel berikut ini!

Tanggal 19 Agustus diperingati sebagai Hari orangutan Sedunia. Orang utan merupakan salah satu fauna yang unik, ikonik dan endemik dari Indonesia. Orang utan adalah satwa omnivora, namun mereka Sebagian besar hanya makan tumbuh-tumbuhan, seperti buah-buahan liar, kulit pepohonan, dedaunan dan bunga. Minumannya adalah air yang mereka seruput dari lubang-lubang di pepohonan. Orang utan membuat sarang-sarangnya di atas pohon untuk tidur di malam hari dan beristirahat di siang hari. Habitat asli dari orang utan berada di hutan-hutan tropis, terutama di lembah-lembah sungai. Meskipun orang utan menjadi fauna endemik dari Indonesia, namun jumlah populasi orangutan telah mengalami penurunan yang luar biasa dalam kurun waktu satu abad terakhir. Menurut data WWF, satu abad yang lalu, populasi orangutan diperkirakan mencapai 230.000 ekor. Namun saat ini menyusut hingga kira-kira 50% populasinya. Populasi orangutan Kalimantan diperkirakan saat ini hanya ada sekitar 104.700 ekor, populasi orang utan Sumatra diperkirakan sekitar 14.613 ekor dan populasi orang utan Tapanuli diperkirakan hanya sekitar 800 ekor di alam. Orang utan Tapanuli adalah spesies orang utan yang paling terancam. Penyebab terancamnya populasi orang utan yang paling utama adalah faktor deforestasi dan kerusakan habitat yang banyak terjadi karena konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit ataupun untuk lahan-lahan pertanian lainnya. Orang utan juga merupakan target yang mudah untuk perburuan liar karena badannya yang besar dan gerakannya yang lamban. sumber: dlhk.jogjaprov.go.id

Apa yang diperingati pada tanggal 19 Agustus?

Hari Kemerdekaan Indonesia

Hari Orangutan Sedunia

Hari Lingkungan Hidup Internasional

Hari Bumi

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?