Bacalah kutipan cerita fiksi berikut!
…..
Segenap yang hadir hanya diam saja mendengar perintah itu. Jangankan membabat hutan Nangka Doyong, baru mengusiknya saja risikonya mati.
“Puspho Ronggowilogo, bagaimana tanggung jawabmu sebagai benteng dan panglima perang Kadipaten Sumengkar?” tanya Adipati Wironegoro.
“Ampun beribu ampun Gusti Adipati, hamba benar-benar tidak mau mati sia-sia di tangan Jin penunggu hutan Nangka Doyong. Namun, hamba ada usul, Gusti. Biarlah Demang Wonopawiro yang menjalankan tugas ini. Semua ini sebagai hukuman pada dia, Gusti!”
“Tutup mulutmu, Ronggowilogo! Jangan melemparkan tanggung jawabmu kepada orang lain!” sahut Adipati murka.
“Baik, kalau tidak ada punggawa Kadipaten Sumengkar yang berani, aku sendiri yang akan menunaikan tugas!” kata Wironegoro geram.
“Biarlah hamba yang melaksanakan tugas ini,” kata seorang yang baru masuk pendapa kadipaten dan menyembah dengan hormat. Dia adalah Demang Wonopawiro.
“Demang, benarkah engkau berani membabat hutan Nangka Doyong?” seru Sang Adipati.
“Benar, Gusti, untuk negara hamba rela mengorbankan jiwa dan raga,” jawab Demang Wonopawiro.
Latar yang tergambar dalam kutipan cerita tersebut adalah…