WAKE UP! Kita kebanyakan 'tidur' | #01FreeOurMinds

WAKE UP! Kita kebanyakan 'tidur' | #01FreeOurMinds

Professional Development

10 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

Soal Materi I : Siapakah Manusia?

Soal Materi I : Siapakah Manusia?

Professional Development

15 Qs

Bible quiz session 2

Bible quiz session 2

Professional Development

15 Qs

Damai Sejahtera - GPS 12/01/23

Damai Sejahtera - GPS 12/01/23

Professional Development

10 Qs

Berkat Keselamatan

Berkat Keselamatan

University - Professional Development

12 Qs

FIKRATUNA

FIKRATUNA

6th Grade - Professional Development

15 Qs

Ayah Ingin Minta Maaf | #08FreeOurMinds

Ayah Ingin Minta Maaf | #08FreeOurMinds

Professional Development

10 Qs

𝘊𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘉𝘭𝘦𝘴𝘴𝘪𝘯𝘨𝘴 | #13FreeOurMinds

𝘊𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘉𝘭𝘦𝘴𝘴𝘪𝘯𝘨𝘴 | #13FreeOurMinds

Professional Development

10 Qs

QUIZZ AQIDAH AKHLAQ

QUIZZ AQIDAH AKHLAQ

Professional Development

10 Qs

WAKE UP! Kita kebanyakan 'tidur' | #01FreeOurMinds

WAKE UP! Kita kebanyakan 'tidur' | #01FreeOurMinds

Assessment

Quiz

Religious Studies

Professional Development

Hard

Created by

from gloomy to bloomy

Used 12+ times

FREE Resource

10 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 10 pts

Sampai se-enggaknya 10 Maret 2024, perang Thuufanul Aqsha sudah berlangsung 155 hari + 75 tahun penjajahan israhell. Nggak ada daya rusak dengan 4 agresi sebelumnya yang kalau digabung, melampaui kerusakan di hari-hari ini.

Tapi, apa dzikir yang biasa dikatakan penduduk Gaza?

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Mungkin semua benar

Answer explanation

Media Image

Kau tak salah, kawan.

155 hari perang (and still counting) Thuufanul Aqsha, mata mana yang tak terbelalak melihat rentetan kejahatan genosida israel dengan proses penyiksaan menuju kematian yang tidak pernah terbayangkan sama sekali.

Mungilnya bayi-bayi ketika baru lahir beberapa jam, tidak sedikit langsung kembali kepada-Nya karena tabung inkubator yang kehabisan energi sebab pemutusan listrik sepihak. Bulan Februari kemarin tercatat sudah 17.000 anak lebih di Gaza tanpa keluarga. Belum lagi ribuan jenazah yang menjadi martir karena bombardir. Krisis logistik, pencemaran air, perusakan jalan utama dengan buldozer membuat penduduk Gaza dipaksa mati perlahan, bahkan ngilunya menunggu giliran.

Titik temu kita sama, bahwa kita ini manusia. Akan tetapi sekuat-kuatnya perasaan kita, secerdas apapun akal ini seakan bukan apa-apanya ketika respons penduduk Gaza itu membuat siapapun terperangah: mereka tetap berdzikir! Disaat kita mengingat Allah masih berjibaku dilingkaran target harian, orientasi mereka berhajat pertolongan keamanan dari Dzat Maha Kuat.

Maka setidaknya, penduduk Gaza acap kali berdzikir yang lafadznya menggetarkan kita sebagai saudara seiman diujung Timur ini, dengan tiga dzikir yang familiar di telinga kita hari ini. Yang dzikir mereka, yang evaluasi kita.

Diri yang perlu belajar menghadirkan hati yang lisannya bukan lagi sekadar melewati kerongkongan, tapi bisa meneduhkan hati. Dan itulah mengapa, dzikir bagi mereka adalah kesimpulan panjang dari pengakuan diri ini lemah selemah-lemahnya kalau bukan karena pertolongan Allah semata.

  1. 1. Cukuplah Allah menjadi penolong

  2. اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

  3. "Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali-Imraan: 173)

  1. 2. Allah yang melempar

Dari video-video rilis para pejuang Gaza, sebelum mereka menembak roket, mortir atau peluru, dan ketika membidik itu sembari membaca potongan ayat supaya, Allah menepatkan arah targetnya. Karena tepat sasaran itu nggak gampang, sekian derajat keluar dari target pasti melenceng entah kemana.

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Anfal: 17)

  1. 3. Allah, tutupilah pandangan mereka

Pejuang Gaza yang bergerilya dengan pasukan kecil 3-5 orang, untuk mencari posisi sempurna membidik target tanpa terlihat dan bahkan bisa meletakkan bom di tank Merkava --- padahal mereka punya sistem auto tembak dengan jarak sekian --- tapi tidak terdeteksi radar keberadaannya. Itu pun nggak terlepas dari Rasulullah ﷺ ketika melempar pasir ketika malam itu Baginda sudah direncanakan untuk dibunuh oleh banyak kabilah di Makkah.

Dulu, kisah Rasulullah ﷺ itu terdengar cerita, tapi hari ini kita melihat nyata adanya! Dengan ayat-Nya yang sama:

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin: 9)

Dzikir ini baru yang familiar terdengar kita, tentunya masih banyak sekali dzikir yang belum kita tau, tapi mereka sudah mengimplementasikan di waktu-waktu yang tepat. MasyaAllah.

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 10 pts

Media Image

Sampai se-enggaknya 10 Maret 2024, sudah berlangsung 1380 tahun sejak wafatnya Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu. As you know, beliau wafat ditahun 644 Masehi.

Nggak ada daya rusak dalam kehidupan, melebihi kerusakan yang terjadi di abad ke-15 Hijriyah. Sampai-sampai sifat kejahiliahan hari ini kayak zaman sebelum adanya Rasulullah ﷺ.

Tapi, apa korelasi wafatnya Sayyidina Umar dengan kerusakan hari ini?

Diantara Umar dan fitnah terdapat pintu

Diantara Umar dan fitnah terdapat gerbang

Diantara Umar dan fitnah ada jeruji besi

Semua benar aja deh

Answer explanation

Tentu kita perlu berangkat dari definisi yang mendasari semuanya ketika zaman ini sejatinya disebut zaman fitnah. Al-Azhari rahimahullah mengatakan , "Inti makna fitnah didalam bahasa Arab terkumpul pada makna: "Cobaan dan ujian." Nah, ketika Rasulullah ﷺ masih hidup, fitnah (baca; cobaan/ujian) itu nggak mampu berkembang. Pernah hampir bunuh-bunuhan antara sesama kaum muslimin itu terjadi ketika diadu domba kaum munafik, mengingatkan perang Bu'ats antara Aus dan Khazraj. Tetapi begitu Rasulullah ﷺ datang, kaum Muslimin saat itu yang dikenal Muhajirin dan Anshar itu akhirnya kembali berdamai dan semakin kuat persaudaraan mereka. Fitnah itu langsung mampu diatasi.

Barulah ketika zaman pasca wafatnya Khalifah Umar bin Khattab, fitnah itu sampai dikatakan fitnah itu seperti ombak lautan di atas ombak lautan. Karena gelombang fitnah itu tertahan dengan sosok Khalifah kedua umat Islam.

Dari hadits yang cukup panjang, begini ceritanya.

Suatu hari para sahabat sedang duduk bersama Umar. Kemudian Umar bertanya, "Siapakah di antara kalian yang mengingat sabda Rasulullah ﷺ yang berkaitan tentang fitnah?"

Maka Hudzaifah menjawab, "Saya." Umar berkata, "Sungguh engkau adalah orang yang spesialis di bidang ini." Lantas Hudzaifah menjelaskan, "(Ketahuilah) bahwa fitnah yang menimpa seorang laki-laki terkait keluarga, harta, anak, atau tetangganya dapat digugurkan dengan shalat, puasa, sedekah, dan menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar."

Umar berkata, "Bukan fitnah itu yang aku maksudkan, tetapi fitnah yang menerjang (kaum muslimin) laksana gelombang besar di samudra." Maka Hudzaifah berkata, "Engkau tidak akan mengalami malapetaka fitnah itu wahai Amirul Mukminin, karena antara fitnah itu dan dirimu terdapat pintu yang tertutup (yang menghalangi)."

Umar bertanya, "Apakah pintu itu akan didobrak secara paksa atau terbuka sendiri?" Hudzaifah menjawab, "Pintu itu akan didobrak secara paksa." Umar berkata, "Kalau begitu, pintu itu tidak akan ditutup kembali selamanya." Jawab Hudzaifah "Ya, benar."

Maka kami bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah Umar mengetahui tentang pintu itu?" Hudzaifah menjawab, "Iya, dia memang sangat paham mengenai ini seolah-olah dia menghafal bahwa malam ini lebih dekat jatuhnya daripada esok hari. Ketahuilah, apa yang aku ucapkan ini bukanlah omong kosong."

Kami merasa sungkan untuk bertanya langsung kepada Hudzaifah, maka kami meminta Masruq untuk menanyakannya. Masruq pun bertanya, "Siapa yang dimaksud pintu (penghalang fitnah) itu?" Kemudian Hudzaifah menjawab, "Pintu itu adalah Umar." (HR. Bukhari no.7096)

________________________________________

Ketika kita belajar Baitul Maqdis, maka sebenarnya nggak bisa dipisahkan dari pembahasan akhir zaman yang, harusnya kita pahami seutuhnya supaya hati ini sampai di level khusyu di luar shalat, kayak usaha kita khusyu pas shalat. Bukan sepotong-sepotong yang justru membuat hati kita nggak stabil.

Mulai menghela nafas? Ini baru awalnya saja.

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 5 pts

"Allah bukan hanya menetapkan manusia menjadi baik, tapi Allah juga menuntut manusia menjadi benar." Begitu kata Ustadz Oemar Mita.

Nah, keimanan itulah sejatinya kebenaran yang melanggeng kita ke Surga-Nya. Walaupun kebaikan pas didunia luar biasa tetapi nggak beriman, percuma saja.

Kalau kita membaca hadits Rasulullah ﷺ, "... Ketahuilah, sesungguhnya iman pada saat terjadi beragam fitnah, berada di Syam." Maka, dimanakah Syam dengan peta dunia hari ini yang di maksud?

Arab Saudi, Yaman, Kuwait

Iraq, UEA, Qatar

Turki, Iran, Oman

Suriah, Yordania, Palestina

Negeri Arab = Negeri Syam

Answer explanation

Media Image

Batas-batas bagaimana negeri Syam, seperti yang di highlight warna kuning pada peta, sebenarnya nggak bisa dipertanggungjawabkan karena terbatasnya bacaan penulis. Akan tetapi kalau melihat bagaimana daya jelajah Rasulullah ﷺ, terus Nubuwwat beliau ﷺ tentang akhir zaman. Maka setidaknya kesimpulan yang dekat buat kita cukup sekadar mengetahui hari ini, ada 4 negara yang jika digabung menjadi negeri Syam Lebanon, Suriah, Yordania dan Palestina.

Yah, disamping bahwa batas-batas ini cukup bermasalah karena negeri Arab dan Islam di Ardhul Anbiya (Timur Tengah) ini sebenarnya dibuat oleh kolonis Barat dari perjanjian Sykes-Picot --- yang nanti InsyaAllah kita pelajari --- masih ada yang perlu kita refleksikan dari kabar Rasulullah ﷺ untuk kita, betapa pentingnya untuk kita tuh memperhatikan Syam. Atau lebih mendetail tentang Baitul Maqdis, Masjidil Aqsha dan Gaza. Bahwa negeri ini, default-nya memang negeri pilihan Allah ﷻ.

Diantara banyaknya hadits Baginda kita ﷺ tentang keutamaan negeri Syam --- yang perlu kita pahami bareng-bareng satu per satu --- ada satu poin yang menarik sekali untuk mengawalinya, bahwa Negeri Syam itu akan menjadi tempat bertahannya iman di akhir zaman. Dimana-mana udah rusak, tapi yang tetap murni selayak emas itu... Syam.

Kalaulah The Homeland of Shalihin yang kita tahu itu di Surga pada kehidupan akhirat, ternyata Allah sediakan The Homeland of Shalihin versi di dunia: Negeri Syam.

"Dari Salamah bin Nufail Al-Kindi ia berkata, Saya duduk di sisi Nabi ﷺ, maka seorang laki-laki berkata, 'Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh senjata. Mereka mengatakan, 'Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.' Maka Rasulullah ﷺ menghadapkan wajahnya dan bersabda, 'Mereka berdusta! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rezeki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah). Begitulah sampai tegaknya kiamat dan sampai datangnya janji Allah. Kebaikan senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat. Dan Allah telah mewahyukan kepadaku bahwa aku akan di wafatkan. Aku tidak akan kekal di dunia ini, dan kalian akan saling menyusulku, sebagian kalian memerangi sebagian yang lain. Dan kampung halaman kaum beriman adalah Syam." (HR. An-Nasa'i no. 3505)

Seterang itu Baginda kita, Rasulullah ﷺ menyebut Syam itu kampung halaman kaum beriman. Namanya kampung halaman, vibesnya tentu penuh kenangan, perasaan yang kuat, sejauh-jauhnya kita melanglang buana pasti ada harapan dibalik ingin pergi, sejatinya untuk kembali. Maka seperti halnya kita yang sedang memiliki tekanan di dalam hati dan pikiran, Rasulullah ﷺ seolah menenangkan kita bahwa ada Syam untuk kita berpulang.

"Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, 'Sesungguhnya saya melihat seakan-akan tonggak Al-Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka aku mengikuti kepergiannya dengan pandangan mataku. Tiba-tiba muncul seberkas cahaya yang terang benderang mengarah ke Syam. Ketahuilah sesungguhnya iman pada saat terjadi beragam fitnah, berada di Syam." (HR. Ahmad, Al-Hakim dan Ath-Thabarani. Dinyatakan Shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih At-Thargib wat Tarhib no.3092)

Gimana? Udah mulai relate sama kualitas keimanan penduduk Gaza misalnya? Betapa meneduhkan dan sejuknya akhlak pejuang pun juga rasanya seperti di kampung halaman... untuk keimanan diri ini yang seringnya porak-poranda.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

Ramadhan udah hampir tiba, tentunya bukan hanya do'a yang kita panjatkan dan grafik ketaatan meningkat, tapi menjaga diri dari perusak amalnya itu pun sama pentingnya.

Salah satu diantara rayap-rayap yang merusak ibadah kita itu, membenci takdir. Dalam riwayat Ibnu Umar, apa perumpamaan ketika kita nggak beriman sama takdir?

"Akan datang hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan..."

"...Andaikata salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, kemudian ia mengingatkannya dijalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya..."

Answer explanation

Media Image

Ayat ini penuh makna ketika kita mentadabburi tulisan Ustadz Oemar Mita di buku beliau, 90 Panggilan Terindah, "Perjalanan kita menuju alam kubur tidak akan pernah libur. Bila waktu kematian telah tiba sedetik pun tidak akan bisa dimundurkan meski dia seorang dokter yang berada di rumah sakit. Pun kematian tidak akan menjadi cepat kendati ia seorang tentara yang berada di tengah desing peluru musuh. Kematian adalah bagian dari takdir yang telah ditetapkan Allah."

"...Di antara hikmah mengapa Allah menetapkan takdir bagi makhluk ciptaan-Nya: agar kita selalu berharap kepada Allah disertai usaha maksimal, menumbuhkan rasa sabar atas kehadiran masalah dan liputnya sesuatu, dan menjadikan kita sebagai pribadi kuat yang tidak sombong atas segala pencapaian."

"Gerbang pembeda antara orang beriman dan orang kafir terlihat bagaimana sikap mereka merespons takdir. Petunjuk iman menggerakkan kita untuk fokus pada ranah manusia, yaitu do'a dan ikhtiar usaha semaksimal mungkin, sedangkan hasil atau takdir adalah ranah Allah bukan kita. Meskipun terkadang hasil tidak sesuai pilihan kita, tetaplah percaya bahwa itu yang terbaik karena pilihan Allah tidak mungkin salah."

Boleh jadi mental victim itu karena kita hanya melihat dengan refleksi cermin sekecil wajah, tapi kita belum cukup sabar melapangkan jiwa dengan refleksi cermin sebesar tubuh.

Satu sendi kekuatan dari kegagalan, ketakutan atau kehilangan yang memang sedang mengalami masa kerapuhan, tidak bisa menafikkan bahwa kita masih punya sendi keamanan. Kalaulah ada yang boleh membenci takdir, maka seharusnya adalah penduduk Gaza. Hidup dipaksa mati perlahan, diuji kelaparan, ketakutan, kesengsaraan. Mereka tidak pernah memilih hidup disana.

Akan tetapi, realitasnya nggak demikian. Kesedihan tetap mereka rasakan, air mata tetap berlinang, tapi lisan mereka tidak pernah keluar

dari ketidak ridhaan sama Allah. Tidak diberi kesempatan bernafas lega justru mempermudah mereka berharap hanya kepada Allah. Bahkan orang tua disana pernah berkata, "Kalau pembantaian dimana-mana, tapi selama di Gaza ini masih ada satu pejuang, kami rela untuk tetap bertahan!". Penduduknya aja full support, gimana tangguhnya para pejuang walaupun keluarganya selalu jadi bahan target untuk dihabisi israel laknatullah.

Ada baiknya kita berterima kasih sama Allah karena memberi takdir Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis sebagai kawasannya itu menjadi tempat sumber harapan. Karena kisah mereka menyederhanakan ujian takdir untuk kembali pada kesimpulan besar bahwa kita nggak diuji kecuali sesuai kesanggupan kita, maka kita pelan-pelan sembuh dan juga lebih tangguh. Selama kita sama, berharapnya dengan Allah semata.

Yuk, lebih khusyu lagi hati ini ketika mendengar wejangan Nabi ﷺ, "Demi Dzat yang jiwa Ibnu Umar berada di Tangan-Nya, andaikata salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, kemudian ia mengingatkannya di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya, hingga ia beriman kepada takdir." (HR. Muslim)

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Pada dasarnya, manusia di setting sama Allah punya fitrah kebaikan yang sudah seharusnya punya kepedulian. Tidaklah ada kenikmatan kecuali kita ingin orang lain merasakan hal yang sama. Tidaklah ada kepedihan kecuali kita ingin berusaha menunjukkan empati pada sesama.

Akan tetapi, realitas secara lingkup satu dunia... nggak demikian. Fitrah kebaikan tentang kepedulian itu rusak. 30.000+ syahid di Gaza selama 155 hari masih belum cukup buat kita fokus yang mana nyata, yang mana sementara. Fitnah apa yang membuat kita terjajah?

Fitnatu Ahlas

Fitnatu Sarra

Fitnatu Duhaima'

All in!

Answer explanation

Di setiap agresi kita sering mendengar kutipan, "Kita pikir selama ini seluruh dunia merdeka kecuali Palestina yang terjajah. Tapi kita baru menyadari bahwa seluruh dunia ini terjajah kecuali Gaza." Dan memang, ada benarnya juga.

Memahami bahwa keadaan disana tidaklah sama dengan disini, negeri yang aman, tentu ujiannya berbeda. Dari mereka kita belajar, kita pasti berjibaku melawan musuh tapi selama ridha Allah adalah tujuan, maka dunia seakan terasa dilipat untuk kita genggam. Bukan terlalu dinikmati sehingga membekas di hati. Musuh mereka nyata maka sikapnya nyata, musuh kita tak terlihat adanya maka hati dan pikiran ini digerogotinya.

1380 tahun pasca wafatnya Khalifah Umar bin Khattab setelah menjaga kuat-kuat fitnah, maka orang-orang sebelum kita, dan kita sendiri sejatinya merasakan ketiga fitnah sekaligus. Singkatnya sudah berlangsung 1380 tahun kondisi fitnah ini dirasakan kaum muslimin, yang bisa kita sebut kondisi fitnah pra-dajal, artinya semua fitnah terjadi sebelum datangnya Dajjal.

  1. 1. Fitnah Ahlas, yang muncul untuk memecah belah umat menjadi sekian banyak kelompok dan menampilkan kezaliman sebagian kaum muslimin di atas sebagian kaum muslimin lainnya.

  1. 2. Fitnah Sarra', berkaitan dengan kondisi penuh kenikmatan dan kemewahan yang dirasakan oleh umat ini pada sebagian era kehidupannya, atau penyebab berkobarnya fitnah ini adalah ketamakan terhadap dunia, kenikmatannya, dan bersikap longgar terhadapnya. Fitnah ini memunculkan fitnah lainnya yang sangat masif dan menyeluruh pengaruhnya terhadap umat Islam.

  1. 3. Fitnah Duhaima', dapat dikatakan, fitnah ini paling mirip dengan fitnah Dajjal. Sudah dimaklumi bahwa tiada satupun fitnah yang terjadi di muka bumi ini kecuali merupakan prakondisi menjelang kemunculan Dajjal. Karena pengaruh yang diakibatkan terhadap umat ini hampir sama dengan pengaruh fitnah Dajjal dan hampir sama pula sifat-sifatnya.

Pada akhirnya --- tulisan yang saripatinya diambil dari karya Ustadz Oemar Mita, This is the end --- memahami semua fitnah ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan buat kita, perlu sekali untuk perlahan bangun. Bahwasanya dunia yang kita tinggali ini tidak seperti keindahan yang ada di film-film.

Dari series ini, kita perlu intens dan akrab sama materi akhir zaman pula. Memahami betapa penuh cinta kasih seorang Rasulullah ﷺ ketika mengabarkan ini dengan perasaan yang terpenuhi ketika mendapat elusan.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Cukup problematik ketika status keislaman ternyata belum cukup untuk memperhatikan apa yang terjadi di Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis sebagai kawasannya.

Maka tentu, kita perlu belajar melapangkan hati ini dengan memberikan udzur sama mereka yang lupa bahkan acuh. Atau justru kita sendiri yang termasuk kehabisan energi itu. Kira-kira, apa energi yang realistis buat kita mulai merangkul dari recharge mandiri?

Melakukan amal tersembunyi dan meninggalkan dosa tersembunyi

Khilafah Islamiyyah

Answer explanation

Kita tentunya nggak mau tergerus setelah ilmu Allah titipin datang buat kehidupan ruhiyah kita.

Ketika kita memahami bahwa Allah menggulirkan hukum kausalitas, adanya sebab-akibat didalam kehidupan ini...

... Maka, mantapnya keimanan penduduk negeri Syam --- Gaza secara khusus --- adalah kesimpulan panjang dari penempaan ujian selayak emas dari tungku api yang tidak mengubah apapun kecuali semakin berkilau emas itu.

Lantas, apa yang dapat menguatkan roh untuk menjadi manusia kuat? Imam Al-Ghazali menjawab, "Siapa pun yang terlatih melakukan amal tersembunyi, maka Allah yang akan menjaga amal-amalnya di hadapan manusia. Allah akan memberikan kekuatan kepadanya."

Makin senyap amalan, makin menguatkan roh.

Yang kedua adalah berusaha ninggalin dosa-dosa yang disembunyikan. Karena melakukan dosa yang disembunyikan itu melemahkan roh. Seakan-akan kita lebih takut dengan pandangan manusia daripada takutnya kita sama pandangan Allah, ini sangat merusak roh.

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 3 pts

Media Image

Apa yang kita ekspektasikan dari diri kita yang ingin berkontribusi tapi belum selesai dengan diri.

Itulah mengapa untuk menjadi bagian dari pembebas Baitul Maqdis, bahkan sebelum itu, udah seharusnya kita tuh patenkan persyaratan dengan menjaga ritme konektivitas sama Allah. Maka, kita perlu menghadirkan rasa pengakuan dosa ketika baca istiftah?

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِبُكْرَةً وَاَصِيْلًا .وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Why not both

Answer explanation

Kalau kejujuran imannya kita bisa di acc sama Allah... Pertolongan-Nya segera tiba.

Dan kejujuran iman itu starting point nya mulai mengakui dosa, supaya sembuh dan bertumbuh. Ada yang menarik dari nasihat Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, "Dosa itu pertama kali menawarkan esensi kenikmatan. Lama-lama dosa itu tidak lagi tersisa kenikmatan, tetapi itu pun tidak bisa menjadikan seseorang mampu lepas dengan mudah dari kemaksiatan. Karena dosa itu tidak akan pernah melepaskan secara sukarela, orang yang sudah terjebak didalamnya."

Kalau udah pernah terjebak itu, gegabah melakukan kebaikan bisa mengganggu main rapinya mereka yang lebih dulu menjadi penolong agama ini yang masih lebih bersih

Dan bukan berarti kehilangan harapan, selama proses pemanasan diri itu mulanya sama-sama menempuh jalur pengakuan dosa.

Coba kita dengar makna hadits ini.

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

"Ya Allah, jauhkanlah aku dan antara dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat..."

Kalau bahasa kita, ini kayak bilang "Ya Allah, udah aja jauhin aku dari titik lemah dosaku kayak sejauh Maroko sampai Merauke." Dijauhkan itu maknanya menurut seorang Ulama, Ibnu Abdul Bari, menjelaskan bahwa 'Sungguh redaksi do'a ini menunjukkan kesungguhan seorang hamba agar dihindarkan dari dosa, baik dari pengaruhnya, tempat dan waktu. Harapannya, ia tidak memiliki jalan untuk melakukan dosa tersebut.'

Terus...

اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ

"Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana dibersihkan ya baju yang putih dari noda..."

Nggak ada bayi mungil yang terlahir, kecuali pasti semuanya bermula dari keadaan yang fitrah. Putih, jernih, bersih tanpa noda. Tapi karena dinodai oleh dosa dan dosa sekecil apapun akan mengotori warnanya. Jadi, kita minta sama Allah supaya Dia menghapus bahkan menghilangkannya, dan tentu mengampuni kita.

Terakhir...

اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, air es dan air dingin.

Imam Ibnu Abdil Bari memahamkan ke kita, "Sungguh, selain dosa dicatat ia juga memiliki pengaruh. Betapa banyak satu pandangan mata yang mewariskan penyesalan dan melenyapkan ilmu, sekalipun dosa-dosa pelakunya sudah diampuni. Sungguh kondisi orang yang berbuat dosa tidaklah sama dengan orang yang tidak melakukannya."

This land isn't just about material! This is holy land of prophet's.

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?