Remidial KIMIA semester genap

Remidial KIMIA semester genap

10th Grade

60 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

Perkembangan Sistem Periodik Unsur

Perkembangan Sistem Periodik Unsur

10th Grade

61 Qs

Kimia Tingkatan 4

Kimia Tingkatan 4

9th - 12th Grade

55 Qs

Peralatan Laboratorium Part 2

Peralatan Laboratorium Part 2

7th Grade - University

60 Qs

HAKIKAT ILMU KIMIA & METODE ILMIAH

HAKIKAT ILMU KIMIA & METODE ILMIAH

10th Grade

55 Qs

LATIHAN SOAL OSS KIMIA

LATIHAN SOAL OSS KIMIA

9th - 12th Grade

60 Qs

LATIHAN PSAT KELAS X

LATIHAN PSAT KELAS X

10th Grade

60 Qs

LATIHAN ULANGAN KENAIKAN KELAS

LATIHAN ULANGAN KENAIKAN KELAS

10th Grade

55 Qs

PERTOLONGAN PERTAMA PMR MADYA

PERTOLONGAN PERTAMA PMR MADYA

1st - 12th Grade

56 Qs

Remidial KIMIA semester genap

Remidial KIMIA semester genap

Assessment

Quiz

Chemistry

10th Grade

Hard

Created by

Gede Putra

Used 4+ times

FREE Resource

60 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Kaca adalah bahan yang telah digunakan manusia selama ribuan tahun sebagai bahan baku untuk membuat berbagai benda, mulai dari perhiasan hingga bangunan. Asal-usul kaca berasal dari alam, dan proses produksi kaca telah mengalami perubahan signifikan dari zaman kuno hingga saat ini. Kaca adalah bahan yang unik karena memiliki sifat transparan, keras, dan tahan terhadap panas dan bahan kimia.

.

Kaca diyakini berasal dari Mesir kuno pada sekitar tahun 3000 SM, meskipun bukti arkeologis menunjukkan bahwa kaca telah digunakan di beberapa daerah lain, seperti Sumeria dan Mesopotamia, pada sekitar 2500 SM. Orang Mesir kuno mengenal kaca sebagai "benda langka" karena keunikannya, dan mereka menggunakan kaca untuk membuat perhiasan, wadah kosmetik, dan benda-benda dekoratif lainnya. Salah satu penemuan terpenting dalam sejarah produksi kaca adalah teknik peleburan kaca pada suhu yang sangat tinggi, yang dikembangkan oleh orang Mesir kuno pada sekitar tahun 1500 SM. Teknik ini membuat produksi kaca menjadi lebih mudah dan cepat, sehingga kaca menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses oleh masyarakat lebih luas. Pada abad ke-1 SM, Romawi mulai menggunakan kaca untuk membuat jendela pada bangunan-bangunan mereka. Kaca pada saat itu masih belum sepenuhnya transparan, dan memiliki permukaan yang kasar dan tidak rata. Namun, penggunaan kaca pada jendela memberikan manfaat signifikan bagi penghuni bangunan, seperti menjaga kehangatan dan menyediakan cahaya alami.

.

Hingga saat ini, produksi kaca telah mengalami banyak perubahan dan peningkatan teknologi. Pada abad ke-17, kaca berkualitas tinggi diproduksi di Venice, Italia, dengan menggunakan campuran pasir kuarsa dan soda abu. Pada abad ke-19, proses produksi kaca modern dikembangkan, yang melibatkan proses pembakaran bahan baku pada suhu yang sangat tinggi dan penambahan bahan kimia lainnya. Kaca modern dibuat dari campuran pasir kuarsa, soda abu, kapur, dan bahan-bahan lainnya, yang dicampur dan dilelehkan pada suhu yang sangat tinggi. Proses peleburan kaca menghasilkan bahan yang cair dan mudah dicetak, yang kemudian diolah menjadi berbagai bentuk dan ukuran.

.

Kaca terdiri dari campuran bahan-bahan alami, seperti pasir kuarsa, soda abu, dan kapur. Kandungan kimia dalam kaca sangat penting karena menentukan sifat-sifat kaca, seperti kekerasan, ketahanan terhadap panas, dan kemampuan untuk menyerap radiasi. Pasir kuarsa adalah bahan utama dalam produksi kaca, dan biasanya digunakan dalam jumlah yang besar. Pasir kuarsa mengandung silika, yang merupakan bahan dasar untuk membuat kaca. Silika ditemukan secara alami dalam banyak jenis batuan, seperti granit, feldspar, dan kuarsit. Soda abu adalah bahan kimia lain yang digunakan dalam produksi kaca. Soda abu biasanya dibuat dari natrium karbonat, yang dapat ditemukan dalam bijih mineral seperti trona, natron, dan soda ash. Soda abu penting dalam proses peleburan kaca karena membantu menurunkan titik leleh pasir kuarsa, sehingga campuran bahan lebih mudah dilelehkan pada suhu yang tinggi. Kapur adalah bahan kimia lain yang digunakan dalam produksi kaca. Kapur digunakan untuk mengurangi laju peleburan pasir kuarsa dan soda abu, sehingga campuran bahan dapat dilelehkan secara merata dan menghasilkan kaca yang lebih homogen. Bahan-bahan kimia lainnya yang dapat ditambahkan ke dalam campuran bahan untuk menghasilkan kaca dengan sifat-sifat khusus, seperti kemampuan untuk menyerap radiasi atau ketahanan terhadap panas. Beberapa contoh bahan kimia yang sering digunakan dalam produksi kaca adalah boron, alumina, dan magnesium. Kaca modern dapat memiliki banyak sifat yang berbeda, tergantung pada kandungan kimianya. Beberapa sifat kaca yang penting adalah ketahanan terhadap panas, kekerasan, transparansi, dan kemampuan untuk menyerap radiasi. Kaca yang tahan terhadap panas biasanya digunakan untuk membuat oven, peralatan laboratorium, dan perlengkapan dapur. Kaca yang sangat keras biasanya digunakan untuk membuat benda-benda yang tahan lama dan tahan terhadap goresan, seperti kaca mobil atau kaca dekoratif. Kaca yang sangat transparan biasanya digunakan untuk membuat jendela, lensa kacamata, atau peralatan optik. Kaca yang mampu menyerap radiasi digunakan untuk membuat peralatan medis atau perlindungan radiasi di lingkungan industri.

.

Kaca adalah bahan yang telah digunakan manusia selama ribuan tahun sebagai bahan baku untuk membuat berbagai benda. Asal-usul kaca berasal dari alam, dan proses produksi kaca telah mengalami perubahan signifikan dari zaman kuno hingga saat ini. Kaca modern dibuat dari campuran pasir kuarsa, soda abu, kapur, dan bahan kimia lainnya, yang dicampur dan dilelehkan pada suhu yang sangat tinggi. Kandungan kimia dalam kaca sangat penting karena menentukan sifat-sifat kaca, seperti kekerasan, ketahanan terhadap panas, dan kemampuan untuk menyerap radiasi. Kaca modern dapat memiliki banyak sifat yang berbeda, tergantung pada kandungan kimianya, dan digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari peralatan dapur hingga peralatan medis dan industri.

.

Bahan pembentuk kaca berikut ini yang memperlambat proses melelehnya adonan kaca adalah….

kapur

soda abu

pasir kuarsa

Silika

semua jawaban salah

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Fenomena lava biru yang terjadi di kawah Ijen merupakan salah satu fenomena alam yang memukau banyak orang. Kawah Ijen sendiri merupakan sebuah kawah gunung berapi yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Fenomena lava biru di kawah Ijen ini terjadi akibat reaksi kimia antara gas sulfur dan udara yang berada di kawah. Lava biru tersebut terlihat sangat indah ketika malam hari dan menjadi daya tarik wisata yang sangat populer di Indonesia.

.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kandungan kimia dari lava biru di kawah Ijen, mari kita lihat terlebih dahulu proses terjadinya fenomena ini. Kawah Ijen sendiri adalah kawah gunung berapi yang memiliki kandungan belerang yang sangat tinggi. Saat terjadi erupsi gunung berapi, gas-gas belerang akan keluar bersama dengan material vulkanik lainnya. Gas-gas tersebut kemudian teroksidasi dengan oksigen di udara, dan menghasilkan cairan belerang yang terbakar dan menyala. Ini adalah proses yang umum terjadi di banyak kawah gunung berapi di dunia. Namun, di kawah Ijen terdapat sebuah fenomena yang sangat langka yaitu terjadinya lava biru. Fenomena ini terjadi karena adanya reaksi kimia antara gas sulfur yang keluar dari kawah dengan udara di sekitarnya. Gas sulfur tersebut bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan cahaya biru yang sangat indah. Lava biru tersebut terlihat seperti air yang menyala dan berkilauan di dalam kawah.

.

Kandungan kimia dari lava biru di kawah Ijen juga sangat menarik untuk dibahas. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kawah Ijen memiliki kandungan belerang yang sangat tinggi. Belerang sendiri adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 16 dan simbol S. Unsur ini biasanya berbentuk padat dan berwarna kuning. Namun, ketika belerang terbakar, ia akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang berwarna putih. Gas sulfur dioksida tersebut kemudian akan bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan sulfur trioksida (SO3). Reaksi antara sulfur trioksida dan air di udara akan menghasilkan asam sulfat (H2SO4) yang sangat kuat. Asam sulfat ini kemudian akan membentuk kristal belerang yang sangat indah dan menyala di dalam kawah. Selain belerang, kawah Ijen juga mengandung beberapa unsur kimia lainnya seperti besi, tembaga, dan natrium. Unsur-unsur ini juga dapat memberikan kontribusi terhadap warna dan keindahan dari lava biru di kawah Ijen.

.

Namun, meskipun lava biru di kawah Ijen terlihat sangat indah dan menarik, fenomena ini juga memiliki dampak yang cukup berbahaya bagi manusia. Gas-gas belerang yang keluar dari kawah dapat menghasilkan asap yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan kulit. Oleh karena itu, para pengunjung yang ingin mengunjungi kawah Ijen harus memakai masker dan menjaga jarak yang cukup jauh dari area kawah. Selain itu, aktivitas penambangan belerang di kawah Ijen juga dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sekitarnya. Penambangan belerang dilakukan oleh para pekerja yang memungut belerang dari dinding kawah dengan menggunakan keranjang. Proses ini sangat berbahaya karena pekerja harus menempuh jarak yang cukup jauh dan berbahaya di dalam kawah yang penuh dengan gas beracun.

.

Limbah dari proses penambangan belerang juga dapat mencemari air dan tanah di sekitar kawah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi dampak dari aktivitas penambangan belerang di kawah Ijen, seperti dengan memperketat peraturan dan mengedukasi para pekerja tentang bahaya dari gas belerang. Dalam hal kandungan kimia, lava biru di kawah Ijen juga dapat memberikan manfaat yang cukup besar. Belerang yang dihasilkan dari kawah Ijen biasanya digunakan dalam berbagai industri, seperti pembuatan kertas, pupuk, dan bahan kimia lainnya. Selain itu, lava biru di kawah Ijen juga menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekitar. Dalam upaya untuk menjaga kelestarian kawah Ijen dan fenomena lava biru yang terjadi di dalamnya, diperlukan upaya konservasi dan pengelolaan yang baik. Pemerintah dan masyarakat sekitar harus bekerja sama untuk menjaga kebersihan dan keamanan di kawah, serta membatasi aktivitas penambangan belerang yang dapat merusak lingkungan sekitarnya.

.

Secara keseluruhan, fenomena lava biru di kawah Ijen merupakan fenomena alam yang sangat menakjubkan dan indah. Namun, fenomena ini juga memberikan dampak yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya dan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menjaga kelestarian dan keamanan kawah Ijen, serta memperhatikan dampak dari aktivitas penambangan belerang di kawah tersebut. Dengan upaya yang baik, fenomena lava biru di kawah Ijen dapat menjadi sumber keindahan dan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar dan generasi mendatang.

.

Dibawah ini bukanlah merupakan saran yang bisa kamu berikan kepada penambang sulfur di kawah gunung ijen sehingga dapat terhindar resiko kesehatan dan menambah efisiensi pertambangan adalah…

melakukan penambangan pada pukul 09.00 sampai 16.00

menggunakan alat transportasi yang handal

 memakai baju, sepatu, dan sarung tangan pelindung

 menggunakan masker gas khusus

 membawa perbekalan makanan dan minuman yang memadai

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Fenomena lava biru yang terjadi di kawah Ijen merupakan salah satu fenomena alam yang memukau banyak orang. Kawah Ijen sendiri merupakan sebuah kawah gunung berapi yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Fenomena lava biru di kawah Ijen ini terjadi akibat reaksi kimia antara gas sulfur dan udara yang berada di kawah. Lava biru tersebut terlihat sangat indah ketika malam hari dan menjadi daya tarik wisata yang sangat populer di Indonesia.

.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kandungan kimia dari lava biru di kawah Ijen, mari kita lihat terlebih dahulu proses terjadinya fenomena ini. Kawah Ijen sendiri adalah kawah gunung berapi yang memiliki kandungan belerang yang sangat tinggi. Saat terjadi erupsi gunung berapi, gas-gas belerang akan keluar bersama dengan material vulkanik lainnya. Gas-gas tersebut kemudian teroksidasi dengan oksigen di udara, dan menghasilkan cairan belerang yang terbakar dan menyala. Ini adalah proses yang umum terjadi di banyak kawah gunung berapi di dunia. Namun, di kawah Ijen terdapat sebuah fenomena yang sangat langka yaitu terjadinya lava biru. Fenomena ini terjadi karena adanya reaksi kimia antara gas sulfur yang keluar dari kawah dengan udara di sekitarnya. Gas sulfur tersebut bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan cahaya biru yang sangat indah. Lava biru tersebut terlihat seperti air yang menyala dan berkilauan di dalam kawah.

.

Kandungan kimia dari lava biru di kawah Ijen juga sangat menarik untuk dibahas. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kawah Ijen memiliki kandungan belerang yang sangat tinggi. Belerang sendiri adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 16 dan simbol S. Unsur ini biasanya berbentuk padat dan berwarna kuning. Namun, ketika belerang terbakar, ia akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang berwarna putih. Gas sulfur dioksida tersebut kemudian akan bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan sulfur trioksida (SO3). Reaksi antara sulfur trioksida dan air di udara akan menghasilkan asam sulfat (H2SO4) yang sangat kuat. Asam sulfat ini kemudian akan membentuk kristal belerang yang sangat indah dan menyala di dalam kawah. Selain belerang, kawah Ijen juga mengandung beberapa unsur kimia lainnya seperti besi, tembaga, dan natrium. Unsur-unsur ini juga dapat memberikan kontribusi terhadap warna dan keindahan dari lava biru di kawah Ijen.

.

Namun, meskipun lava biru di kawah Ijen terlihat sangat indah dan menarik, fenomena ini juga memiliki dampak yang cukup berbahaya bagi manusia. Gas-gas belerang yang keluar dari kawah dapat menghasilkan asap yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan kulit. Oleh karena itu, para pengunjung yang ingin mengunjungi kawah Ijen harus memakai masker dan menjaga jarak yang cukup jauh dari area kawah. Selain itu, aktivitas penambangan belerang di kawah Ijen juga dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sekitarnya. Penambangan belerang dilakukan oleh para pekerja yang memungut belerang dari dinding kawah dengan menggunakan keranjang. Proses ini sangat berbahaya karena pekerja harus menempuh jarak yang cukup jauh dan berbahaya di dalam kawah yang penuh dengan gas beracun.

.

Limbah dari proses penambangan belerang juga dapat mencemari air dan tanah di sekitar kawah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi dampak dari aktivitas penambangan belerang di kawah Ijen, seperti dengan memperketat peraturan dan mengedukasi para pekerja tentang bahaya dari gas belerang. Dalam hal kandungan kimia, lava biru di kawah Ijen juga dapat memberikan manfaat yang cukup besar. Belerang yang dihasilkan dari kawah Ijen biasanya digunakan dalam berbagai industri, seperti pembuatan kertas, pupuk, dan bahan kimia lainnya. Selain itu, lava biru di kawah Ijen juga menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekitar. Dalam upaya untuk menjaga kelestarian kawah Ijen dan fenomena lava biru yang terjadi di dalamnya, diperlukan upaya konservasi dan pengelolaan yang baik. Pemerintah dan masyarakat sekitar harus bekerja sama untuk menjaga kebersihan dan keamanan di kawah, serta membatasi aktivitas penambangan belerang yang dapat merusak lingkungan sekitarnya.

.

Secara keseluruhan, fenomena lava biru di kawah Ijen merupakan fenomena alam yang sangat menakjubkan dan indah. Namun, fenomena ini juga memberikan dampak yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya dan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menjaga kelestarian dan keamanan kawah Ijen, serta memperhatikan dampak dari aktivitas penambangan belerang di kawah tersebut. Dengan upaya yang baik, fenomena lava biru di kawah Ijen dapat menjadi sumber keindahan dan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar dan generasi mendatang.

.

Unsur penyebab nyala warna biru di kawah gunung Ijen adalah….

Sulfur

Besi

 Tembaga

Natrium

Semuanya benar

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini telah lama dikenal sebagai tanaman obat tradisional di Asia dan Afrika. Selain itu, kelor juga menjadi bahan baku untuk membuat minuman, makanan, dan kosmetik. Namun, baru-baru ini, penelitian telah menunjukkan bahwa kelor juga memiliki potensi sebagai bahan nanomaterial. Potensi ini didasarkan pada kandungan kimia unik dalam kelor, yang memungkinkan pembuatan nanopartikel dengan sifat-sifat yang unggul. Kelopak bunga, daun, dan buah kelor mengandung senyawa aktif yang sangat beragam. Beberapa senyawa tersebut adalah flavonoid, tanin, asam amino, vitamin, dan mineral. Namun, senyawa yang paling menonjol dalam kelor adalah senyawa fenolik. Senyawa ini dapat mempengaruhi reaktivitas dan sifat fisik kelor, sehingga memungkinkan pembuatan nanopartikel yang lebih stabil dan efektif. Nanopartikel adalah partikel yang ukurannya kurang dari 100 nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini memberikan keuntungan dalam penggunaan bahan tersebut. Partikel yang kecil ini dapat dengan mudah masuk ke dalam sel-sel tubuh dan memperbaiki masalah kesehatan tertentu. Selain itu, nanopartikel juga memiliki reaktivitas dan sifat fisik yang berbeda dengan partikel yang lebih besar. Kelor memiliki potensi sebagai bahan nanomaterial karena senyawa-senyawa aktifnya dapat digunakan untuk membuat nanopartikel yang memiliki sifat fisik dan reaktivitas yang unggul. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kelor dapat digunakan untuk membuat nanopartikel dengan sifat antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi. Selain itu, kelor juga dapat digunakan untuk membuat nanopartikel yang dapat digunakan sebagai agen kontras dalam pencitraan medis. Pembuatan nanopartikel dari kelor dapat dilakukan dengan beberapa metode yang berbeda. Metode yang paling umum adalah metode ekstraksi menggunakan pelarut organik atau air. Ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti etanol atau kloroform dapat menghasilkan nanopartikel dengan ukuran yang lebih kecil dan sifat fisik yang lebih stabil. Sedangkan, ekstraksi menggunakan air dapat menghasilkan nanopartikel dengan sifat fisik yang lebih ramah lingkungan. Setelah ekstraksi, senyawa aktif dalam kelor dapat diubah menjadi nanopartikel dengan menggunakan metode kimia atau fisika. Metode kimia melibatkan penggunaan reagen kimia untuk mereduksi senyawa aktif menjadi nanopartikel. Sedangkan, metode fisika melibatkan penggunaan energi listrik atau magnetik untuk memecah senyawa aktif menjadi nanopartikel.

.

Kesimpulan yang dapat diambil dari wacana diatas adalah kecuali….

Kelor memiliki potensi besar sebagai bahan nanomaterial karena kandungan senyawa aktifnya yang unik.

Kelor memiliki potensi sebagai anti kanker yang revolusioner

senyawa yang paling menonjol dalam kelor adalah senyawa fenolik.

metode ekstraksi menggunakan chloroform sangat ramah lingkungan

kelor menjadi bahan baku untuk membuat minuman, makanan, dan kosmetik.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Besi adalah salah satu logam yang paling umum digunakan di dunia saat ini. Logam ini terkenal karena kekuatannya dan ketahanannya terhadap korosi. Namun, besi memiliki kelemahan yaitu mudah berkarat. Karat dapat menurunkan kualitas besi dan mengurangi masa pakainya. Dalam essay ini, kita akan membahas tentang besi yang berkarat dan proses kimianya.

.

Sebelum membahas proses kimia yang terjadi saat besi berkarat, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu karat. Karat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan oksidasi besi. Oksidasi adalah reaksi kimia antara besi dan oksigen dalam udara. Ini menghasilkan besi oksida, yang umumnya berwarna oranye atau merah karat. Karat terjadi ketika besi terpapar air dan oksigen dalam jangka waktu yang cukup lama.

.

Proses kimia yang terjadi saat besi berkarat cukup kompleks. Oksidasi besi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia yang melibatkan ion-ion logam dan molekul air dalam lingkungan yang mengandung oksigen.

.

Reaksi awal adalah pengambilan ion besi (Fe) oleh molekul air (H2O) untuk menghasilkan ion besi dua positif (Fe2+) dan ion hidroksida (OH-).

.

Fe + 2H2O → Fe2+ + 2OH-

.

Ion besi dua positif kemudian bertindak sebagai oksidator dalam reaksi selanjutnya dengan molekul air dan oksigen di udara untuk menghasilkan besi oksida (Fe2O3).

.

4Fe2+ + 3O2 + 6H2O → 4Fe(OH)3

.

Fe(OH)3 kemudian terdehidrasi untuk menghasilkan Fe2O3.

.

2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O

.

Proses kimia ini disebut sebagai reaksi redoks, di mana oksidasi dan reduksi terjadi secara bersamaan. Besi teroksidasi, sementara oksigen direduksi.

.

Proses karat terjadi karena reaksi kimia antara besi, air, dan oksigen. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan intensitas karat.

.

a. Kelembaban

Kadar air di udara adalah faktor utama yang mempengaruhi kecepatan karat. Udara lembap atau berkelembaban tinggi menyebabkan besi lebih cepat teroksidasi.

.

b. pH

Nilai pH yang rendah atau asam dapat mempercepat karat. Kondisi ini terjadi karena ion hidrogen dalam larutan asam meningkatkan kecepatan reaksi oksidasi besi.

.

c. Kehadiran Garam

Garam dapat meningkatkan kecepatan karat dengan meningkatkan konduktivitas ion dalam air.

.

d. Suhu

Suhu tinggi dapat mempercepat karat. Suhu yang lebih rendah dapat memperlambat proses karat, tetapi dapat mempercepat proses korosi elektrokimia.

.

Karat adalah masalah umum bagi besi, namun ada beberapa cara untuk mencegahnya. Cara-cara ini meliputi:

.

a. Pelapisan

Pelapisan adalah cara termudah untuk mencegah karat. Salah satu jenis pelapisan yang umum digunakan adalah cat anti-karat. Cat ini mengandung pigmen anti-karat yang mencegah besi teroksidasi.

.

b. Pengecatan

Pengecatan adalah cara lain untuk mencegah karat. Pengecatan yang dilakukan secara teratur dapat membantu melindungi besi dari paparan air dan oksigen.

.

c. Penggunaan Bahan Pelindung

Bahan pelindung seperti minyak atau lemak dapat membantu mencegah karat. Bahan pelindung ini membentuk lapisan tipis pada permukaan besi yang mencegah air dan oksigen terpapar langsung pada besi.

.

d. Pemilihan Material yang Sesuai

Pemilihan material yang tepat juga dapat membantu mencegah karat. Bahan yang tahan terhadap korosi seperti stainless steel dapat digunakan sebagai alternatif untuk besi.

.

Karat adalah masalah umum pada besi. Proses kimia yang terjadi saat besi berkarat cukup kompleks dan melibatkan serangkaian reaksi redoks antara besi, air, dan oksigen. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan intensitas karat, seperti kelembaban, pH, kehadiran garam, dan suhu. Namun, ada beberapa cara untuk mencegah karat, seperti pelapisan, pengecatan, penggunaan bahan pelindung, dan pemilihan material yang tepat. Dalam hal ini, sangat penting bagi industri dan masyarakat untuk memahami proses kimia karat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan pemahaman ini, mereka dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah karat dan meningkatkan masa pakai besi. Ini akan membantu menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan besi di berbagai bidang, seperti konstruksi, otomotif, dan peralatan rumah tangga.

.

Demul sedang melakukan percobaan membandingkan kecepatan proses perkaratan dari paku A, paku B, dan paku C. Ketiga paku yang berbahan besi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang tingginya sama dengan paku. Paku A dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi penuh dengan air. Paku B dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air setengah penuh. Paku C dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ari laut setengah penuh. Paku yang lebih cepat mengalami perkaratan adalah….

Paku A

Paku B

Paku C

tidak ada paku yang mengalami karat

ketiga paku mengalami karat secara bersamaan

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Roti adalah salah satu makanan yang paling umum di seluruh dunia, dan sejarahnya panjang dan bervariasi di seluruh budaya manusia. Roti adalah produk olahan makanan yang dibuat dari tepung, air, ragi, garam, dan bahan-bahan lainnya seperti telur, mentega, dan susu. Roti telah menjadi bagian integral dari budaya manusia sejak ribuan tahun yang lalu, dan telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan sepanjang waktu.

.

Roti telah ada sejak zaman prasejarah, meskipun bentuk dan rasa roti yang dihasilkan pada masa itu tentunya berbeda dari roti yang kita kenal saat ini. Pada awalnya, manusia mungkin hanya mencoba memanggang biji-bijian dan biji-bijian liar di atas batu panas. Namun, kemudian, manusia mulai mengembangkan teknik-teknik yang lebih rumit untuk membuat roti. Salah satu teknik pembuatan roti tertua yang diketahui adalah dengan menggunakan metode fermentasi alami. Metode ini melibatkan mencampurkan tepung dan air, dan membiarkannya terbuka di udara terbuka selama beberapa hari. Bakteri dan ragi alami kemudian akan berkembang biak dalam campuran ini, dan menyebabkan adonan roti mengembang dan menghasilkan rasa yang lebih baik. Namun, kemudian, manusia mulai mengembangkan teknologi untuk membantu mereka membuat roti dengan lebih cepat dan lebih mudah. Pada abad ke-20, mesin-mesin roti modern pertama mulai muncul, memungkinkan produksi roti dalam skala besar dan secara massal.

.

Proses pembuatan roti melibatkan beberapa tahap dan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Tahapan pembuatan roti meliputi pembuatan adonan, fermentasi, pemanggangan, dan pendinginan. Pembuatan adonan roti dimulai dengan mencampurkan tepung, ragi, garam, dan air. Tepung terbuat dari biji-bijian seperti gandum, jelai, atau gandum durum, yang dicampur dengan air dan bahan tambahan lainnya untuk membentuk adonan yang kohesif. Setelah adonan terbentuk, fermentasi dimulai. Fermentasi melibatkan ragi, yang adalah jenis jamur yang digunakan untuk membuat roti dan menghasilkan karbondioksida. Ragi memakan gula dalam adonan dan mengeluarkan gas, yang menyebabkan adonan mengembang dan menghasilkan struktur internal yang terbuka. Setelah fermentasi selesai, adonan dipanggang dalam oven pada suhu tinggi. Selama pemanggangan, adonan mengembang lebih lanjut karena udara dalam adonan memperluas dan karbondioksida dilepaskan. Panas dari oven juga mengubah tepung dan air menjadi senyawa baru, seperti amilum dan maltosa. Setelah roti selesai dipanggang, roti dikeluarkan dari oven dan didinginkan. Pendinginan memungkinkan roti untuk menjadi lebih padat dan mudah dipotong.

.

Rongga di dalam roti adalah hasil dari reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi dan pemanggangan. Selama fermentasi, ragi menghasilkan gas karbondioksida, yang terperangkap dalam adonan dan menyebabkan adonan mengembang. Selama pemanggangan, gas yang terperangkap dalam adonan mengembang lebih lanjut dan membentuk rongga-rongga di dalam roti. Rongga ini memberikan tekstur dan porositas yang diinginkan pada roti. Selain itu, reaksi kimia antara tepung dan air selama pemanggangan juga berkontribusi pada pembentukan rongga di dalam roti. Panas oven menyebabkan air dalam adonan menguap, membentuk uap air yang terperangkap di dalam adonan. Ketika uap air mendingin, ia mengkondensasi kembali menjadi air dan meninggalkan rongga di dalam roti.

.

Roti telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia selama ribuan tahun, dan proses pembuatan roti telah berkembang dan berubah seiring waktu. Proses kimia pembuatan roti melibatkan banyak tahap, termasuk pembuatan adonan, fermentasi, pemanggangan, dan pendinginan. Rongga di dalam roti terbentuk selama fermentasi dan pemanggangan, dan merupakan hasil dari reaksi kimia antara ragi, tepung, dan air. Roti adalah makanan yang sangat kompleks dari sudut pandang kimia dan biologi, dan memiliki rasa dan tekstur yang khas karena proses yang melibatkan banyak reaksi kimia yang rumit.

.

Berikut merupakan fungsi bakteri pada ragi kecuali….

Pengubah karbohidrat menjadi gula dan karbondioksida

Menjadi penentu keras lembutnya tekstur roti

Pemicu penguapan air dalam adonan

melakukan proses fermentasi

pengembang adonan roti

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 2 pts

Roti adalah salah satu makanan yang paling umum di seluruh dunia, dan sejarahnya panjang dan bervariasi di seluruh budaya manusia. Roti adalah produk olahan makanan yang dibuat dari tepung, air, ragi, garam, dan bahan-bahan lainnya seperti telur, mentega, dan susu. Roti telah menjadi bagian integral dari budaya manusia sejak ribuan tahun yang lalu, dan telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan sepanjang waktu.

.

Roti telah ada sejak zaman prasejarah, meskipun bentuk dan rasa roti yang dihasilkan pada masa itu tentunya berbeda dari roti yang kita kenal saat ini. Pada awalnya, manusia mungkin hanya mencoba memanggang biji-bijian dan biji-bijian liar di atas batu panas. Namun, kemudian, manusia mulai mengembangkan teknik-teknik yang lebih rumit untuk membuat roti. Salah satu teknik pembuatan roti tertua yang diketahui adalah dengan menggunakan metode fermentasi alami. Metode ini melibatkan mencampurkan tepung dan air, dan membiarkannya terbuka di udara terbuka selama beberapa hari. Bakteri dan ragi alami kemudian akan berkembang biak dalam campuran ini, dan menyebabkan adonan roti mengembang dan menghasilkan rasa yang lebih baik. Namun, kemudian, manusia mulai mengembangkan teknologi untuk membantu mereka membuat roti dengan lebih cepat dan lebih mudah. Pada abad ke-20, mesin-mesin roti modern pertama mulai muncul, memungkinkan produksi roti dalam skala besar dan secara massal.

.

Proses pembuatan roti melibatkan beberapa tahap dan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Tahapan pembuatan roti meliputi pembuatan adonan, fermentasi, pemanggangan, dan pendinginan. Pembuatan adonan roti dimulai dengan mencampurkan tepung, ragi, garam, dan air. Tepung terbuat dari biji-bijian seperti gandum, jelai, atau gandum durum, yang dicampur dengan air dan bahan tambahan lainnya untuk membentuk adonan yang kohesif. Setelah adonan terbentuk, fermentasi dimulai. Fermentasi melibatkan ragi, yang adalah jenis jamur yang digunakan untuk membuat roti dan menghasilkan karbondioksida. Ragi memakan gula dalam adonan dan mengeluarkan gas, yang menyebabkan adonan mengembang dan menghasilkan struktur internal yang terbuka. Setelah fermentasi selesai, adonan dipanggang dalam oven pada suhu tinggi. Selama pemanggangan, adonan mengembang lebih lanjut karena udara dalam adonan memperluas dan karbondioksida dilepaskan. Panas dari oven juga mengubah tepung dan air menjadi senyawa baru, seperti amilum dan maltosa. Setelah roti selesai dipanggang, roti dikeluarkan dari oven dan didinginkan. Pendinginan memungkinkan roti untuk menjadi lebih padat dan mudah dipotong.

.

Rongga di dalam roti adalah hasil dari reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi dan pemanggangan. Selama fermentasi, ragi menghasilkan gas karbondioksida, yang terperangkap dalam adonan dan menyebabkan adonan mengembang. Selama pemanggangan, gas yang terperangkap dalam adonan mengembang lebih lanjut dan membentuk rongga-rongga di dalam roti. Rongga ini memberikan tekstur dan porositas yang diinginkan pada roti. Selain itu, reaksi kimia antara tepung dan air selama pemanggangan juga berkontribusi pada pembentukan rongga di dalam roti. Panas oven menyebabkan air dalam adonan menguap, membentuk uap air yang terperangkap di dalam adonan. Ketika uap air mendingin, ia mengkondensasi kembali menjadi air dan meninggalkan rongga di dalam roti.

.

Roti telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia selama ribuan tahun, dan proses pembuatan roti telah berkembang dan berubah seiring waktu. Proses kimia pembuatan roti melibatkan banyak tahap, termasuk pembuatan adonan, fermentasi, pemanggangan, dan pendinginan. Rongga di dalam roti terbentuk selama fermentasi dan pemanggangan, dan merupakan hasil dari reaksi kimia antara ragi, tepung, dan air. Roti adalah makanan yang sangat kompleks dari sudut pandang kimia dan biologi, dan memiliki rasa dan tekstur yang khas karena proses yang melibatkan banyak reaksi kimia yang rumit.

.

Berikut merupakan hal-hal yang dapat menjadi penyebab adonan roti tidak mengembang kecuali….

Suhu adonan terlalu tinggi

Adonan yang lembap

Kualitas tepung yang buruk

Kondisi adonan terlalu banyak mengandung lemak

Ragi tidak aktif/mati

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?