Al-qawa’id Kaidah ushul adalah kumpulan dalil-dalil ijmāli untuk istinbat hukum, sedangkan kaidah fikih adalah sekumpulan permasalahan hukum-hukum fikih. Berikut ini merupakan lima kaidah induk ushul fikih, kecuali....

• Al yakinu la yuzalu bis syak

• Ad dhararu yuzal

• Maqashidul lafdzi ‘ala niatil lafidz

• Al-umūru bimaqās͎idihā

Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan sebab keraguan adalah arti dari kaidah....

• العَادَةُ مُحَكَّمَةٌ

• الأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا

  الْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِرَ

• ليَقِيْنُ لَا يُزَالُ بِالشَّك

• ا ضَرَرَ وَلَا ضِرَار

الضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ

"Segala bentuk yang bisa membahayakan yang semula dilarang menjadi diperbolehkan" Dasar hukum dari kaidah tersebut adalah:

فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-An’am : 145).

Contoh yang sesuai dengan kaidah di atas adalah....

• Seseorang laki-laki melihat perempuan yang tenggelam di pantai, maka dia wajib menolongnya meski semula bersentuhan antara laki-laki dan perempuan non mahram diharamkan karena keadaan darurat maka diperbolehkan selama tidak melewati batas

• Semua kendaraan wajib berhenti ketika lampu merah menyala di traffic light kecuali mobil ambulance yang membawa pasien yang sedang kritis yang semula wajib berhenti menjadi boleh menerjangnya.

• Perselisihan harga antara penjual laptop dan pembeli setelah barang dagangan (laptop) rusak, maka yang dapat diterima adalah harga dari pembeli, sedangkan penjual disyaratkan adanya bukti (nota pembelian).

• Semua umat Islam wajib hukumnya menunaikan ibadah haji bagi yang mampu secara finansial, kesehatan dan keamanan ketika finansial dan kesehatan seseorang lemah atau keadaan pandemi global maka kewajiban itu gugur

Al ‘adatu muhakkamah adalah kaidah kelima yang membangun kerangka berpikir umat bahwa ajaran Islam memberikan ruang yang cukup untuk menerima budaya sebagai kebijakan hukum selama tidak mengandung keburukan (mafsadah) dan melenceng dari syari’ah, melalui kaidah al ‘adatu muhakkamah ajaran Islam terbukti bisa menyesuaikan dengan budaya lokal. Al ‘adatu muhakkamah bisa dijadikan pedoman, sandaran, dan dasar kebijakan hukum ketika memenuhi enam syarat, kecuali:

• Tidak bertentangan dengan syara

• Tidak menyebabkan mafsadah (keadaan yang buruk) serta menghilangkan mas͎lah͎āh (kebaikan secara umum)

• Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah (formal)

• Bertentangan dengan suatu hal yang sudah ada penjelasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan

Satu lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan satu makna saja, merupakan pengertian dari....