
Asesmen Teks Fiksi

Quiz
•
Other
•
11th Grade
•
Hard
Nurhafni Hamzah
FREE Resource
12 questions
Show all answers
1.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
2 mins • 1 pt
Menang dari Kutukan Sepak Bola
Sepak Bola adalah kutukan. Setiap hari olahraga, ketika kami, anak laki-laki, akan digiring ke
lapangan sepak bola. Kami yang hanya 13 orang akan berjalan ke lapangan, terbakar matahari
jelang siang, membagi kelompok sendiri dan sesuka hati menentukan posisi. Apa dayaku, anak
bawang yang kadang diajak bila ada yang kosong.
Di lapangan orang menjadi demikian egois. Begitu bola sampai di kakimu, di kanan-kirimu akan
ada yang bersorak, “Woi, kasih bola woiii…”, “Umpan woii, umpan…”, atau teriakan lain bernada
perintah sama. Semua mengalaminya, tetapi sepertinya cuma saya yang tak tahan suasana ini.
Semua orang selalu ingin hadir di depan gawang dan berharap dikenang sebagai pahlawan.
Lalu, saya yang tak sepenuhnya paham teknik dan posisi, yang hanya sesekali menerima
umpan, akan dikenang sebagai apa selain pecundang? Tidak, saya takkan mengambil bola
untuk memberi jalan seseorang yang tak pernah berterima kasih setelahnya.
Dalam setiap permainan saya selalu dikalahkan. Menggunakan cara-cara manis mereka
menenangkan saya. Namun yang sering terjadi, saya akan diajak lebih sering karena pemain
kurang, dengan janji-janji muluk tadi. Jika pemain bertambah banyak, saya pun terabaikan.
Selain sepak bola, saya benci pula main perang-perangan, tinju-tinjuan, seperti waktu kecil.
Sumpah mati, apa enaknya permainan ini? Kita berkelompok, saling sembunyi dan menyerang.
Permainan ini tak sepenuhnya mengandalkan insting, melainkan juga kemampuan untuk keras
kepala dan berdebat. Setiap yang ditinju, dipukul tak pernah mengaku mati, justru merekalah
yang merasa lebih dulu menembak akan menjadi marah, setengah ingin menangis. Di tengah
permainan saya memilih banyak mengalah. Terus-terusan berlari dan bersembunyi, meninju
lawan tetapi selalu mati duluan, atau mundur dengan jantan dari arena dengan sorakan yang
membuat tangismu bisa pecah sebelum sampai di garis aman.
Ya, apa pun itu permainannya, bisa dipastikan saya kalah. Tapi, saya tetap ingin maju di setiap
pertandingan. Karena sesukar apa pun, semua permainan itu memang tampak begitu seru.
Saya tak sendirian sebenarnya. Tetapi, sering kali para pecundang tak pernah memiliki ikatan
persaudaraan.
Barangkali saya harus kalah setiap kali bermain sepak bola untuk memberikan kesempatan
teman-teman mendapatkan kemenangan agar permainan menjadi lebih seru. Pada siang terik
itu, saya menemukan suatu pencerahan. Sambil tersenyum saya mengatakan kepada diri saya
sendiri, “setiap kali permainan ini terjadi, setiap kali saya pergi ke lapangan untuk bermain
sepak bola, apapun yang terjadi, saya sudah menang. Setiap pecundang yang terus berangkat
ke medan itulah kemenangan yang sesungguhnya”. Itulah keputusanku tentang sepakbola bagi
seorang anak bawang sepertiku. Hari ini aku menyatakan bahwa aku menang dari sepakbola
yang selalu menjadi kutukan. Terus berangkat adalah kemenangan.
Mengapa tokoh saya dalam teks tersebut hanya mendapat umpan sesekali saja saat bermain sepak bola?
Ia hanya ditempatkan sebagai pemain cadangan.
Ia selalu berperan sebagai pengambil bola.
Ia kurang memahami teknik dan posis
Ia memilih banyak mengalah dalam setiap permainan.
Ia tidak suka bermain sepak bola.
2.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 1 pt
Menang dari Kutukan Sepak Bola
Sepak Bola adalah kutukan. Setiap hari olahraga, ketika kami, anak laki-laki, akan digiring ke
lapangan sepak bola. Kami yang hanya 13 orang akan berjalan ke lapangan, terbakar matahari
jelang siang, membagi kelompok sendiri dan sesuka hati menentukan posisi. Apa dayaku, anak
bawang yang kadang diajak bila ada yang kosong.
Di lapangan orang menjadi demikian egois. Begitu bola sampai di kakimu, di kanan-kirimu akan
ada yang bersorak, “Woi, kasih bola woiii…”, “Umpan woii, umpan…”, atau teriakan lain bernada
perintah sama. Semua mengalaminya, tetapi sepertinya cuma saya yang tak tahan suasana ini.
Semua orang selalu ingin hadir di depan gawang dan berharap dikenang sebagai pahlawan.
Lalu, saya yang tak sepenuhnya paham teknik dan posisi, yang hanya sesekali menerima
umpan, akan dikenang sebagai apa selain pecundang? Tidak, saya takkan mengambil bola
untuk memberi jalan seseorang yang tak pernah berterima kasih setelahnya.
Dalam setiap permainan saya selalu dikalahkan. Menggunakan cara-cara manis mereka
menenangkan saya. Namun yang sering terjadi, saya akan diajak lebih sering karena pemain
kurang, dengan janji-janji muluk tadi. Jika pemain bertambah banyak, saya pun terabaikan.
Selain sepak bola, saya benci pula main perang-perangan, tinju-tinjuan, seperti waktu kecil.
Sumpah mati, apa enaknya permainan ini? Kita berkelompok, saling sembunyi dan menyerang.
Permainan ini tak sepenuhnya mengandalkan insting, melainkan juga kemampuan untuk keras
kepala dan berdebat. Setiap yang ditinju, dipukul tak pernah mengaku mati, justru merekalah
yang merasa lebih dulu menembak akan menjadi marah, setengah ingin menangis. Di tengah
permainan saya memilih banyak mengalah. Terus-terusan berlari dan bersembunyi, meninju
lawan tetapi selalu mati duluan, atau mundur dengan jantan dari arena dengan sorakan yang
membuat tangismu bisa pecah sebelum sampai di garis aman.
Ya, apa pun itu permainannya, bisa dipastikan saya kalah. Tapi, saya tetap ingin maju di setiap
pertandingan. Karena sesukar apa pun, semua permainan itu memang tampak begitu seru.
Saya tak sendirian sebenarnya. Tetapi, sering kali para pecundang tak pernah memiliki ikatan
persaudaraan.
Barangkali saya harus kalah setiap kali bermain sepak bola untuk memberikan kesempatan
teman-teman mendapatkan kemenangan agar permainan menjadi lebih seru. Pada siang terik
itu, saya menemukan suatu pencerahan. Sambil tersenyum saya mengatakan kepada diri saya
sendiri, “setiap kali permainan ini terjadi, setiap kali saya pergi ke lapangan untuk bermain
sepak bola, apapun yang terjadi, saya sudah menang. Setiap pecundang yang terus berangkat
ke medan itulah kemenangan yang sesungguhnya”. Itulah keputusanku tentang sepakbola bagi
seorang anak bawang sepertiku. Hari ini aku menyatakan bahwa aku menang dari sepakbola
yang selalu menjadi kutukan. Terus berangkat adalah kemenangan.
Apakah tokoh dalam cerita hanya ditempatkan sebagai pemain cadangan?
Ia hanya ditempatkan sebagai pemain cadangan.
Ia selalu berperan sebagai pengambil bola.
Ia kurang memahami teknik dan posisi pemain.
Ia memilih banyak mengalah dalam setiap permainan.
Ia tidak suka bermain sepak bola.
3.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 1 pt
Bagaimana perubahan cara berpikir tokoh pada akhir cerita?
Ia mulai sadar dengan berpikir bahwa melihat permainan menjadi sangat seru sehingga selalu menang.
Ia menemukan pencerahan dengan berpikir bahwa terus berangkat ialah kemenangan yang sesungguhnya.
Ia mulai berpikir bahwa menang dan kalah tidaklah penting lagi baginya karena menang kalah adalah hal biasa.
Ia mulai sadar ketika teman-temannya mendapatkan kemenangan permainan, sehingga membuatnya tertantang.
Ia mulai berpikir bahwa memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk menang bukan berarti kalah.
4.
MULTIPLE SELECT QUESTION
30 sec • 1 pt
Bagaimanakah perasaan tokoh saat mengalami setiap peristiwa?
Benar
Salah
5.
MULTIPLE SELECT QUESTION
30 sec • 1 pt
Bagaimana penilaianmu terhadap karakter tokoh pada cerita tersebut?
Tokoh saya memiliki karakter yang patut ditiru. Ia tetap tegar dan memilih tetap maju, meskipun selalu menghadapi keadaan buruk.
Tokoh saya memiliki karakter yang kuat. Ia tak pernah sekalipun mempermasalahkan hal-hal yang sepele apalagi membenci teman.
Tokoh saya memiliki karakter yang kuat. Dalam keadaan diremehkan, dia sekalu menunjukkan kekuatannya dalam setiap permainan.
Tokoh saya memiliki karakter yang patut diteladani. Ia mampu berpikir positif terhadap setiap kejadian yang dialaminya.
6.
MULTIPLE SELECT QUESTION
30 sec • 1 pt
Apa yang terjadi kepada Ratna ketika kepribadian lainnya kembali muncul?
Berubah menjadi seseorang yang pendiam dan menyukai kebebasan.
Berubah menjadi Nabilah, seseorang yang selalu ingin memberontak.
Menjadi pasien Dokter Hendri dengan memiliki lebih dari dua kepribadian.
Menjadi sosok Nabilah yang amat berbeda kepribadian dengannya.
Menjadi sosok yang sangat ngotot dan memiliki enam belas alter.
7.
OPEN ENDED QUESTION
3 mins • 1 pt
Ratna terkena penyakit mental Multiple Personality Disorder, Ratna menjadi Nabilah. Apa yang menjadi perbedaan kepribadian Ratna dan Nabilah?
Evaluate responses using AI:
OFF
Create a free account and access millions of resources
Similar Resources on Wayground
10 questions
DBL INDONESIA

Quiz
•
9th - 12th Grade
10 questions
PELAJARAN OLAHRAGA

Quiz
•
9th - 12th Grade
10 questions
Pendidikan Jasmani

Quiz
•
10th - 12th Grade
15 questions
Kuiz Bola Keranjang

Quiz
•
7th - 12th Grade
15 questions
TEKA-TEKI

Quiz
•
9th - 12th Grade
17 questions
PJOK XI, Permainan Bola Kecil, SOFTBALL

Quiz
•
11th Grade
10 questions
Permainan Sepak Bola Kelas 11

Quiz
•
10th - 12th Grade
15 questions
KUIS PERMAINAN BOLA BESAR

Quiz
•
10th - 12th Grade
Popular Resources on Wayground
50 questions
Trivia 7/25

Quiz
•
12th Grade
11 questions
Standard Response Protocol

Quiz
•
6th - 8th Grade
11 questions
Negative Exponents

Quiz
•
7th - 8th Grade
12 questions
Exponent Expressions

Quiz
•
6th Grade
4 questions
Exit Ticket 7/29

Quiz
•
8th Grade
20 questions
Subject-Verb Agreement

Quiz
•
9th Grade
20 questions
One Step Equations All Operations

Quiz
•
6th - 7th Grade
18 questions
"A Quilt of a Country"

Quiz
•
9th Grade