Latihan ANBK Literasi oleh "Euis Siti Rahmah, S.Pd.I"

Latihan ANBK Literasi oleh "Euis Siti Rahmah, S.Pd.I"

11th Grade

20 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

Sumatif Materi Puisi Kelas XI F

Sumatif Materi Puisi Kelas XI F

11th Grade

20 Qs

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

11th Grade

20 Qs

UH PRAKARYA KERAJINAN BANGUN RUANG

UH PRAKARYA KERAJINAN BANGUN RUANG

11th Grade

20 Qs

TRY OUT ASESMEN SUMATIF AKHIR TAHUN KELAS V

TRY OUT ASESMEN SUMATIF AKHIR TAHUN KELAS V

5th Grade - University

20 Qs

HURUF KAPITAL #1

HURUF KAPITAL #1

10th - 12th Grade

20 Qs

Bahasa Indonesia (Materi Drama)

Bahasa Indonesia (Materi Drama)

11th Grade

20 Qs

Ulangan Teks Drama kelas 11

Ulangan Teks Drama kelas 11

11th Grade

20 Qs

Bahasa Indonesia Kelas 6

Bahasa Indonesia Kelas 6

11th Grade

15 Qs

Latihan ANBK Literasi oleh "Euis Siti Rahmah, S.Pd.I"

Latihan ANBK Literasi oleh "Euis Siti Rahmah, S.Pd.I"

Assessment

Quiz

Other

11th Grade

Hard

Created by

Euis Rahmah

Used 8+ times

FREE Resource

20 questions

Show all answers

1.

FILL IN THE BLANK QUESTION

2 mins • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 4 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini.

Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba

untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.1. Jika Pak Kebun ingin mencari wadah yang tepat untuk menanam bunga matahari, kata kunci yang dapat dimasukkan dalam laman pencarian adalah

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 4 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini.

Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba

untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.

2. Bagaimana Pak Kebun menceritakan proses tumbuhnya Bunga Matahari?

  • A. Terlahir dari biji yang tidak terlalu kecil, tumpul, dan harus ditanam jauh di dalam tanah.

  • B. Dijaga baik-baik karena ia rentan terhadap hama, tetapi tidak harus disiram setiap hari.

  • C. Tidak harus selalu dijemur di bawah matahari karena Bunga Matahari tidak tahan panas.

  • D. Harus dipindahkan ke tanah yang lebih luas setelah berkecambah 10 senti atau muncul 4 helai daun.E. Harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang dengan perbandingan 70% pupuk kandang, 30% tanah.

3.

MULTIPLE SELECT QUESTION

1 min • 5 pts

ntuk menjawab pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 4 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini.

Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba

untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.

3. Berdasarkan teks cerita, bagaimana tokoh si bunga matahari sebelum dan sesudah ia mengenal matahari?

  • A. Awalnya Bunga Matahari bingung akan penjelasan Pak Kebun mengenai matahari. Setelah Bunga Matahari merasakan hangatnya cahaya matahari, ia berterima kasih

  • B. Bunga Matahari tidak menyadari matahari selalu ada untuk merawatnya hingga ia besar. Hal itu karena ada Pak Kebun yang menyayanginya dengan tulus.

  • C. Pertama kali merasakan hangatnya cahaya matahari muncul rasa bahagia. Setelah seratus hari dan tingginya 160 cm, Bunga Matahari merasa bersyukur.

4.

MULTIPLE SELECT QUESTION

1 min • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 4 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini.

Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba

untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.

4. Bagaimana Bunga Matahari menggambarkan Si matahari dalam cerita? Klik pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.

  • A. Matahari itu sabar menemaniku tumbuh besar.

  • B. Sebagai sahabat yang rajin merawatku setiap hari.

  • C. Matahari selalu tepat waktu untuk memberi kehangatan.

  • D. Kedermawanannya memberi tanpa meminta balasan.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 5, 6, dan 7 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Gerhana

Malam itu sangat dingin. Hujan yang turun tadi sore masih meninggalkan bau basah. Malam ini cuacanya buruk. Tidak ada bintang yang menyembul di langit. Tidak ada juga gerhana. Saya mengatakan kepada istri saya sesuai apa yang telah diberitakan di televisi. Gerhana bulan merah darah tidak akan terlihat jika cuaca tidak mendukung.

“Pulang, yuk.” Kata saya sambil berbisik. Istri saya tidak menyerah. Ia memang tangguh untuk tidak menghiraukan rasa pegal di lehernya karena sedari tadi mendongak ke langit.

“Kita harus melihat bulan merah darah itu. Dulu ketika di SMA kita belajar mengenai gerhana bulan. Bulan tersebut bagus sekali bila dari gambar, aku akan membuktikannya secara langsung. Gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi. Sementara itu, bumi mengitari matahari. Apabila ditarik garis lurus saat bumi ada di tengah matahari dan bulan, maka yang terjadi adalah bumi akan menutup cahaya matahari ke bulan. Sinar matahari yang melewati atmosfer bumi menyebabkan atmosfer menyaring sebagian besar cahaya biru. Inilah yang mengakibatkan bulan tampak berwarna merah jika dilihat dari Bumi. Kamu mau melewatkan momen indah ini?"

“Iya aku paham. Namun sepertinya tidak akan muncul”.

"Tolong bayangkan," katanya dengan sungguh-sungguh. "Jika dihitung dari hari ini, apa yang akan terjadi seratus empat puluh tahun kedepan? Gerhana itu hanya muncul seratus empat puluh tahun sekali sementara kita tidak mungkin mencapai umur menahun sebanyak itu. Lalu apa yang akan terjadi pada kita?" Ia bertanya sangat serius.

Saya menjawab pertanyaannya sambil membersihkan mulutnya yang belepotan. Lama kelamaan Istri saya tertidur dengan kepalanya yang bersandar di bahu saya. Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikannya.

5. Mengapa sang istri bersikukuh untuk melihat gerhana bulan?

  • A. Ingin membuktikan secara langsung bahwa gerhana bulan tersebut bagus sekali.

  • B. Dirinya ingin membuktikan gerhana yang sempat ia lihat ketika SMA.

  • C. Ingin menghabiskan waktu dengan berlama-lama bersama suaminya.

  • D. Dia merasa bahwa tidak akan pernah tampak gerhana bulan lagi di bumi.

  • E. Dia merasa sia-sia jika tidak bisa melihat gerhana bulan secara langsung.

6.

MATCH QUESTION

1 min • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 5, 6, dan 7 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Gerhana

Malam itu sangat dingin. Hujan yang turun tadi sore masih meninggalkan bau basah. Malam ini cuacanya buruk. Tidak ada bintang yang menyembul di langit. Tidak ada juga gerhana. Saya mengatakan kepada istri saya sesuai apa yang telah diberitakan di televisi. Gerhana bulan merah darah tidak akan terlihat jika cuaca tidak mendukung.

“Pulang, yuk.” Kata saya sambil berbisik. Istri saya tidak menyerah. Ia memang tangguh untuk tidak menghiraukan rasa pegal di lehernya karena sedari tadi mendongak ke langit.

“Kita harus melihat bulan merah darah itu. Dulu ketika di SMA kita belajar mengenai gerhana bulan. Bulan tersebut bagus sekali bila dari gambar, aku akan membuktikannya secara langsung. Gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi. Sementara itu, bumi mengitari matahari. Apabila ditarik garis lurus saat bumi ada di tengah matahari dan bulan, maka yang terjadi adalah bumi akan menutup cahaya matahari ke bulan. Sinar matahari yang melewati atmosfer bumi menyebabkan atmosfer menyaring sebagian besar cahaya biru. Inilah yang mengakibatkan bulan tampak berwarna merah jika dilihat dari Bumi. Kamu mau melewatkan momen indah ini?"

“Iya aku paham. Namun sepertinya tidak akan muncul”.

"Tolong bayangkan," katanya dengan sungguh-sungguh. "Jika dihitung dari hari ini, apa yang akan terjadi seratus empat puluh tahun kedepan? Gerhana itu hanya muncul seratus empat puluh tahun sekali sementara kita tidak mungkin mencapai umur menahun sebanyak itu. Lalu apa yang akan terjadi pada kita?" Ia bertanya sangat serius.

Saya menjawab pertanyaannya sambil membersihkan mulutnya yang belepotan. Lama kelamaan Istri saya tertidur dengan kepalanya yang bersandar di bahu saya. Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikannya.

6. Bagaimana sifat dari sosok istri setelah kamu membaca teks tersebut?

Klik pada pilihan Benar atau Salah untuk setiap pernyataan berdasarkan isi teks!

Salah

  • B. Semangat pantang menyerah yang tinggi agar tujuannya tercapai.

Benar

  • A. Sosok yang memiliki keinginan yang kuat untuk membuktikan pendapatnya.

Benar

  • C. Sosok yang merasa dirinya paling pintar dan paling benar dari orang lain.

7.

MULTIPLE SELECT QUESTION

1 min • 5 pts

Untuk menjawab pertanyaan nomor 5, 6, dan 7 silakan baca dengan cermat teks cerita berikut:

Gerhana

Malam itu sangat dingin. Hujan yang turun tadi sore masih meninggalkan bau basah. Malam ini cuacanya buruk. Tidak ada bintang yang menyembul di langit. Tidak ada juga gerhana. Saya mengatakan kepada istri saya sesuai apa yang telah diberitakan di televisi. Gerhana bulan merah darah tidak akan terlihat jika cuaca tidak mendukung.

“Pulang, yuk.” Kata saya sambil berbisik. Istri saya tidak menyerah. Ia memang tangguh untuk tidak menghiraukan rasa pegal di lehernya karena sedari tadi mendongak ke langit.

“Kita harus melihat bulan merah darah itu. Dulu ketika di SMA kita belajar mengenai gerhana bulan. Bulan tersebut bagus sekali bila dari gambar, aku akan membuktikannya secara langsung. Gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi. Sementara itu, bumi mengitari matahari. Apabila ditarik garis lurus saat bumi ada di tengah matahari dan bulan, maka yang terjadi adalah bumi akan menutup cahaya matahari ke bulan. Sinar matahari yang melewati atmosfer bumi menyebabkan atmosfer menyaring sebagian besar cahaya biru. Inilah yang mengakibatkan bulan tampak berwarna merah jika dilihat dari Bumi. Kamu mau melewatkan momen indah ini?"

“Iya aku paham. Namun sepertinya tidak akan muncul”.

"Tolong bayangkan," katanya dengan sungguh-sungguh. "Jika dihitung dari hari ini, apa yang akan terjadi seratus empat puluh tahun kedepan? Gerhana itu hanya muncul seratus empat puluh tahun sekali sementara kita tidak mungkin mencapai umur menahun sebanyak itu. Lalu apa yang akan terjadi pada kita?" Ia bertanya sangat serius.

Saya menjawab pertanyaannya sambil membersihkan mulutnya yang belepotan. Lama kelamaan Istri saya tertidur dengan kepalanya yang bersandar di bahu saya. Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikannya.

7. Mengapa penulis menggunakan kalimat "Lalu apa yang akan terjadi pada kita?" pada paragraf terakhir? Klik pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.

  • A. Menegaskan keinginan tokoh istri melihat gerhana bulan yang kemunculannya sangat jarang.

  • B. Penegasan watak tokoh istri yang keras kepala dan suka menentang kepada tokoh suami.

  • C. Wujud kekecewaan tokoh istri ketika kemunculan gerhana tidak dapat melihatnya secara langsung.

  • D. Hanya sebagai kalimat dalam akhir cerita agar jalan cerita berakhir dengan dramatis.

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?