Jirin, Sang Penjaga Laut
"Ayah, aku melaut dulu... Aku ingin melihat keadaan laut." kata Jirin kepada ayahnya.
"Baiklah, tapi hati-hati, jangan sore-sore pulangnya."
Jirin berusia 11 tahun, putra asli suku Bajo, Sulawesi Selatan. Suku Bajo itu unik, tetapi navigasi laut mereka justru lebih maju dibandingkan orang darat, saat melaut, orang-orang dari suku Bajo memang tak pernah menggunakan kompas atau navigasi. hal ini terbukti bahwa Jirin tidak pernah tersesat ketika melaut.
"ketika menghirup udara laut, aromanya seperti surga, "batin Jirin.
Sesampainya di tepi laut, ada seorang wisatawan menangkap penyu untuk dimasak.Lalu Jirin menghampirinya, Mohon jangan mengambil penyu ini, pak!"tegas jirin.
"Maaf nak, kenapa, ya?" Jawab wisatawan itu dengan nada kaget,
"Bisa mendatangkan malapetaka dan bencana , pak, jawab Jirin dengan lugas.
"Ada pantangan memakan daging penyu, jika dilanggar, bisa mendatangkan badai, gangguan roh jahat, bahkan tidak mendapatkan hasil apa-apa di laut. Bapak tega ini terjadi?"imbuh Jirin.
"oalah... maaf ... maaf , nak. terima kasih sudah diingatkan,"jawab wisatawan dengan nada malu dan bersalah.
Dalam tradisi suku Bajo, penyu memang dipercaya banyak menolong manusia yang mengalami musibah. oleh karena itu, satwa ini tidak boleh diburu.
pantaslah Jirin sebagai anak asli suku Bajo merasa terpanggil untuk mengingatkan . jiwa kepemimpinan untuk menjaga laut sudah tertanam dalam jiwa raganya.
Bagaimana cara Jirin menjaga lautnya (jawaban dapat lebih dari satu)