PERHATIKAN BACAAN BERIKUT
Ada Vampir di Rumah Ini
Klik! Kipas angin pun menyala. “Sejuknya,” gumam Sani. Setelah berdiri sebentar di depan kipas angin, Sani kembali memilih-milih buku di rak. Klik! Kipas angin berhenti berputar. Kak Lita mematikannya. “Kipas angin ada di sini, kamu di sana, percuma kamu menyalakan kipas angin. Membuang energi saja,” kata Kak Lita. “Aku kan mau membaca di sofa,” ucap Sani. Sani menyalakan lagi kipas angin, lalu duduk di sofa. Baru sebentar Sani membaca, Kak Lita kembali mematikan kipas angin. Kak, jangan dimatikan,” pinta Sani. “Gerah.” Kak Lita tak menjawab. Dia malah membuka jendela lebar-lebar. “Sejuk, kan? Tidak perlu kipas angin dan hemat listrik,” kata Kak Lita sambil duduk di samping Sani. Tiba-tiba dia melompat, lalu melepaskan kabel kipas angin yang tertancap di stopkontak. Aduh, jika tentang listrik, Kak Lita cerewet sekali. Sani sering diomeli jika lupa melepaskan kabel atau mematikan sakelar. Kak Lita juga menempel tulisan di tiap stopkontak di rumah ini: MATIKAN LAMPU! LEPASKAN KABEL! TARIK STEKERNYA, BUKAN KABELNYA! “Kak, kok sukanya repot seperti itu?” tanya Sani. Kak Lita membelalak, “Repot bagaimana? Melepaskan kabel kok dibilang repot.” “Yang penting elektroniknya sudah dimatikan. Kenapa harus dicabut kabelnya?” “Kalau kabelnya tidak dicabut, daya listriknya masih jalan terus.” Kak Lita lalu berbisik, “Kalau sudah begitu, kita seperti memberi makan vampir.” “VAMPIR? Kak, jangan main-main, aku takut,” Sani menoleh ke sekelilingnya dengan cemas. Masa di rumah ini ada kelelawar pengisap darah?” “Bukan vampir yang itu. Vampir yang ini mengisap listrik.” Kak Lita tertawa, lalu menunjukkan gambar yang ada di koran. “Lihat ini,” katanya. “Wah!” seru Sani terkejut. “Jadi, walau televisi sudah dimatikan, kalau kabelnya tetap tercolok ke stopkontak, listrik tetap mengalir?” “Nah, pintar adikku!” Kak Lita tertawa sambil menjawil dagu Sani.