Perhatikan kutipan novel berikut untuk mengerjakan soal nomor 16-18.
Bu Suci adalah seorang guru di sebuah desa di Purwodadi. Ia adalah seorang guru yang bijak serta sangat mencintai keluarganya. Namun, karena pekerjaan suaminya, Bu Suci dan keluarganya terpaksa pindah ke Kota Semarang. Di sana ia tinggal dengan suami dan ketiga anaknya serta dengan uwaknya yang menjaga anak-anak Bu Suci. Hingga suatu saat, ia mengantarkan anaknya ke sekolah dan ia pun mendapat pekerjaan sebagai seorang guru di sekolah dasar di mana anaknya bersekolah.
Hari pertama mengajar dilalui Bu Suci dengan baik. Namun, ia mulai merasa ada suatu kejanggalan yang terjadi pada kelas tersebut. Sebisa mungkin Bu Suci tidak pernah mencampurkan persoalan pribadi dengan persoalan di dalam pekerjaannya. Ia berusaha profesional dengan bisa membagi waktu, agar anak- anaknya tidak pernah merasa kehilangan sosok ibu dalam dirinya.
Hari-hari berikutnya dilalui Bu Suci dengan mulus pula, namun sekarang ia mulai mengerti apa yang mengganjal di dalam pikirannya. Seorang murid bernama Waskito ternyata telah menarik perhatiannya. Setiap kali ditanya tentang murid tersebut, semua anak seolah terdiam dan tidak ingin memberi jawaban pada Bu Suci. Namun, akhirnya Bu Suci pun mendapatkan jawaban atas semua yang terjadi. Ternyata muridnya yang bernama Waskito tersebut salah satu murid yang nakal, dan selalu membuat keonaran. Semua murid yang ada di kelas segan pada dia, mereka takut jika bermasalah dengannya. Menurut cerita yang ada, Waskito sering memukul dan menjahili temannya yang ada di kelas, tanpa sebab apa pun atau mereka merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang membuat Waskito marah. Entah kenapa Bu Suci merasa ada hal yang perlu ia selesaikan dan ia ingin terlibat jauh pada masalah itu. Dorongan hati yang kuat membuat Bu Suci semakin ingin membantu Waskito menyelesaikan masalahnya.
Sementara itu, anak kedua Bu Suci telah divonis oleh dokter mengidap penyakit ayan sehingga kesehatannya perlu dijaga serta ia tidak boleh banyak beraktivitas. Semua cobaan seolah tengah menghadang pada Bu Suci. Di sisi lain, ia ingin sekali berada di kelas serta mengetahui perkembangan muridnya yang nakal tersebut, namun di sisi lain ia harus bersusah payah mengantar anaknya ke rumah sakit untuk berobat.
Akhirnya Bu Suci pun mendatangi kediaman kakek dan Nenek Waskito untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Ia pun mendapatkan informasi bahwasanya Waskito sebenarnya merupakan anak yang baik, namun karena perilaku orang tuanya yang memperlakukannya dengan tidak baik maka ia pun menjadi murid yang nakal. Neneknya mengatakan bahwa ayahnya sering memukul Waskito tanpa alasan yang jelas jika Waskito melakukan suatu kesalahan tanpa memberikan pengarahan yang baik, yang seharusnya Waskito perbuat, sementara ibunya selalu memanjakannya sehingga Waskito tidak pernah tahu mana yang baik dan buruk. Selama tinggal bersama neneknya, ia menjadi anak yang tahu aturan dan menjadi disiplin, namun setelah orang tuanya memintanya kembali, maka ia kembali menjadi anak yang nakal dan selalu menjahili teman-temannya.
Bu Suci memberikan tugas kelompok membuat sebuah karya. Karya kelompok Waskito yang paling bagus. Selama tiga bulan keadaan tenang, Waskito tidak membuat onar. Pada waktu istirahat, Waskito mengamuk. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari Sekolah. Bu Suci mempertahankan muridnya tersebut. Dia meminta waktu satu bulan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah pun mengabulkan permintaannya. Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci lebih sering berada di kelas. Bu Suci pun mengobrol dengan Waskito. Bu Suci merasa lebih dekat dengan muridnya tersebut. Rapor Waskito berikutnya berisi angka-angka yang baik. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukan tempo hari. Bu Suci pun menepati janjinya untuk mengajak Waskito memancing. Waskito ikut memancing sepuas hatinya di Purwodadi bersama keluarga Bu Suci. Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke sekolah berterima kasih kepada kepala sekolah, guru-guru terutama kepada Bu Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yang lebih dari biasa (pandai). (Sumber: novel Pertemuan Dua Hati, karya Nh. Dini)
17. Perwatakan yang tepat untuk tokoh Bu Suci dalam kutipan novel tersebut adalah…