Teks Bacaan:
Riko adalah seorang siswa kelas 7 yang dikenal cerdas tetapi agak kurang disiplin. Ia sering bangun terlambat, menunda mengerjakan tugas, dan kadang tidak mendengarkan orang tuanya di rumah. Suatu hari, ibunya menegur Riko karena lupa merapikan tempat tidur dan belum menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Riko menjawab dengan nada kesal, “Aku kan sudah capek sekolah. Nanti aja!”
Malam itu, dalam ibadah keluarga, ayah Riko membaca dari Efesus 6:1:
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena itulah yang benar.”
Ayahnya bertanya, “Riko, menurutmu mengapa Tuhan meminta anak-anak taat kepada orang tua?”
Riko terdiam. Ia mulai merenung bahwa disiplin bukan sekadar aturan orang tua, tapi juga bentuk ketaatan kepada Tuhan. Keesokan harinya, ia berusaha bangun lebih pagi, membantu menyapu halaman, dan menyapa ibunya dengan senyuman. Meski belum sempurna, ia ingin belajar lebih baik.
Di sekolah, Riko menghadapi tantangan lain. Saat ulangan matematika, temannya berbisik menawari jawaban. Riko hampir tergoda. Namun ia teringat akan ayat dari Matius 5:16:
“Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Akhirnya, Riko menolak menyontek dan berusaha menjawab dengan jujur.
Beberapa minggu kemudian, guru wali kelas memberi tugas membuat proyek tentang tokoh Alkitab yang hidup disiplin. Riko memilih Yosua, yang berkata: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15). Ia belajar bahwa disiplin tidak hanya soal sekolah atau rumah, tapi juga soal iman.
Setelah mempresentasikan tugasnya dengan baik, gurunya berkata, “Riko, kamu berkembang jadi pribadi yang bertanggung jawab. Teruslah melatih kedisiplinanmu.”
Riko tersenyum, karena ia tahu, perubahan dimulai dari pilihan kecil setiap hari. Dalam situasi ujian, Riko hampir tergoda untuk menyontek. Apa alasan terbaik ia menolak, menurut Matius 5:16?