(1) R.A Kartini memperoleh pendidikan lantaran mewarisi darah bangsawan dari ayahnya. Dia disekolahkan di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun sembari mempelajari berbagai hal, termasuk bahasa Belanda. Di masa itu, ada kebiasaan yang turun-temurun dilakukan. Anak perempuan yang sudah berusia 12 tahun harus tinggal di rumah untuk dipingit.
(2) Dalam keadaan dipingit, keinginan belajar R.A Kartini tak serta-merta surut. Kemampuan bahasa Belanda yang dimilikinya digunakan untuk membaca buku bahkan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, salah satu yang kerap dijadikan kawan bercerita adalah Rosa Abendanon. Dari komunikasinya dengan Abendanon, timbullah ketertarikan untuk berpikir maju seperti perempuan Eropa. Dia hendak memajukan perempuan pribumi yang kala itu banyak dibatasi oleh adat istiadat kuno.
Ide pokok paragraf ke dua bacaan di atas adalah ….