Cerita tentang Pengamatan Cuaca di Desa
Di sebuah desa yang terletak di tepi pegunungan, sekelompok siswa mendapatkan tugas dari guru mereka untuk mengamati cuaca selama seminggu. Setiap siswa diberi tugas berbeda dan alat-alat untuk membantu pengamatan, meskipun mereka tidak diberi tahu secara langsung apa nama alat tersebut.
Rani ditugaskan untuk memperhatikan curah hujan. Setiap kali hujan turun, ia meletakkan wadah khusus di halaman rumahnya. Setelah hujan reda, ia melihat jumlah air yang terkumpul di wadah tersebut. Suatu hari, setelah hujan deras, wadah itu hampir penuh, membuat Rani takjub dengan banyaknya air yang turun.
Di tempat lain, Andi diberi alat yang diletakkan di puncak sebuah tiang tinggi. Setiap kali angin bertiup, alat itu bergerak dan menunjukkan kekuatan angin. Andi mencatat bahwa pada hari ketiga angin bertiup sangat kencang hingga menyebabkan dedaunan beterbangan di sekitar desa.
Sementara itu, Citra mendapatkan tugas untuk mengamati sinar matahari. Ia memiliki alat kecil yang ia tempatkan di halaman sekolah. Setiap sore, ia memeriksa alat itu untuk mengetahui berapa lama matahari bersinar pada hari tersebut. Citra merasa penasaran ketika suatu hari mendung tebal membuat catatannya menunjukkan durasi yang jauh lebih pendek.
Seminggu kemudian, mereka berkumpul di kelas untuk membahas hasil pengamatan masing-masing. Guru mereka tersenyum sambil berkata, "Dengan pengamatan sederhana ini, kalian telah mempelajari bagaimana alam berbicara kepada kita melalui cuaca." Siswa-siswa itu merasa bangga telah menjadi peneliti kecil di desa mereka.
1. Altimeter
2. Higrometer
3. Umbrometer
4. camble stoke
5. Thermometer
6. GPS
7. Barometer
8. Animometer
(temukan alat-alat yang dipakai oleh siswa tersebut dalam pengukuran cuaca apa saja. cukup tuliskan nomor terkecil yang sesuai secara berurutan dari atas ke bawah)