UH Bahasa Indonesia BAB 1 (Diriku yang Unik)

Namaku Aruna, seorang siswi kelas V SD. Banyak orang bilang aku berbeda karena aku kidal, suka menggambar menggunakan tangan kiri. Awalnya aku minder, apalagi saat guru olahraga memintaku melempar bola dengan tangan kanan. Bola itu jatuh sebelum mencapai teman yang dituju, dan semua orang tertawa.

Namun, sejak aku mengikuti lomba melukis tingkat kabupaten, aku mulai percaya bahwa perbedaan bukanlah kelemahan. Aku melukis seekor burung cenderawasih yang bebas di udara. Warna-warnanya cerah dan menggambarkan rasa percaya diriku yang baru. Saat panitia mengumumkan aku sebagai juara pertama, aku teringat masa-masa aku takut menunjukkan siapa diriku. Kini aku tahu, tangan kiriku adalah anugerah yang membuatku unik.

Berdasarkan teks, sikap Aruna terhadap dirinya sebelum mengikuti lomba dapat digambarkan sebagai …

• Percaya diri dan optimis
  

• Minder dan ragu-ragu
  

• Bahagia dan santai
  

• Berani dan tegas

Namaku Aruna, seorang siswi kelas V SD. Banyak orang bilang aku berbeda karena aku kidal, suka menggambar menggunakan tangan kiri. Awalnya aku minder, apalagi saat guru olahraga memintaku melempar bola dengan tangan kanan. Bola itu jatuh sebelum mencapai teman yang dituju, dan semua orang tertawa.

Namun, sejak aku mengikuti lomba melukis tingkat kabupaten, aku mulai percaya bahwa perbedaan bukanlah kelemahan. Aku melukis seekor burung cenderawasih yang bebas di udara. Warna-warnanya cerah dan menggambarkan rasa percaya diriku yang baru. Saat panitia mengumumkan aku sebagai juara pertama, aku teringat masa-masa aku takut menunjukkan siapa diriku. Kini aku tahu, tangan kiriku adalah anugerah yang membuatku unik.

Apa makna simbolis dari burung cenderawasih dalam lukisan Aruna?

• Keindahan dan kelangkaan burung tersebut

• Kebebasan dan rasa percaya diri

• Keterampilan melukis satwa langka
  

• Kemenangan dalam lomba

Namaku Raka, anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakakku pandai olahraga, adikku pintar matematika. Aku berbeda—aku suka membaca puisi. Di awal, aku sering dibandingkan dengan mereka. Rasanya seperti berada di panggung yang salah. Namun suatu hari, guru Bahasa Indonesia mengadakan lomba baca puisi antar kelas. Aku tampil membaca puisi ciptaanku sendiri. Saat selesai, ruangan hening, lalu terdengar tepuk tangan meriah. Guru bilang suaraku mengalun seperti musik. Hari itu aku belajar bahwa setiap orang memiliki panggungnya sendiri.

Apa pesan utama dari cerita Raka?

• Semua orang harus pandai olahraga
  

• Perbedaan adalah kelemahan
  

• Setiap orang punya kelebihan unik
  

• Keluarga menentukan bakat kita

Namaku Raka, anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakakku pandai olahraga, adikku pintar matematika. Aku berbeda—aku suka membaca puisi. Di awal, aku sering dibandingkan dengan mereka. Rasanya seperti berada di panggung yang salah. Namun suatu hari, guru Bahasa Indonesia mengadakan lomba baca puisi antar kelas. Aku tampil membaca puisi ciptaanku sendiri. Saat selesai, ruangan hening, lalu terdengar tepuk tangan meriah. Guru bilang suaraku mengalun seperti musik. Hari itu aku belajar bahwa setiap orang memiliki panggungnya sendiri.

Mengapa Raka merasa seperti “berada di panggung yang salah”?

• Karena ia takut tampil di depan umum
  

• Karena ia sering dibandingkan dengan saudaranya
  

• Karena ia tidak pernah mengikuti lomba
  

• Karena ia gagal membaca puisi

Teks 1

Namaku Aruna, seorang siswi kelas V SD. Banyak orang bilang aku berbeda karena aku kidal, suka menggambar menggunakan tangan kiri. Awalnya aku minder, apalagi saat guru olahraga memintaku melempar bola dengan tangan kanan. Bola itu jatuh sebelum mencapai teman yang dituju, dan semua orang tertawa.

Namun, sejak aku mengikuti lomba melukis tingkat kabupaten, aku mulai percaya bahwa perbedaan bukanlah kelemahan. Aku melukis seekor burung cenderawasih yang bebas di udara. Warna-warnanya cerah dan menggambarkan rasa percaya diriku yang baru. Saat panitia mengumumkan aku sebagai juara pertama, aku teringat masa-masa aku takut menunjukkan siapa diriku. Kini aku tahu, tangan kiriku adalah anugerah yang membuatku unik.

Teks 2

Namaku Raka, anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakakku pandai olahraga, adikku pintar matematika. Aku berbeda—aku suka membaca puisi. Di awal, aku sering dibandingkan dengan mereka. Rasanya seperti berada di panggung yang salah. Namun suatu hari, guru Bahasa Indonesia mengadakan lomba baca puisi antar kelas. Aku tampil membaca puisi ciptaanku sendiri. Saat selesai, ruangan hening, lalu terdengar tepuk tangan meriah. Guru bilang suaraku mengalun seperti musik. Hari itu aku belajar bahwa setiap orang memiliki panggungnya sendiri.

Dari kedua teks, persamaan yang dapat ditemukan adalah …

• Tokoh utama menyadari keunikan dirinya melalui pengalaman positif
  

• Tokoh utama pandai berolahraga
  

• Tokoh utama awalnya sudah percaya diri
  

• Tokoh utama tidak ingin tampil di depan umum

Di sebuah desa yang sejuk, hiduplah seorang penjual kue bernama Pak Ranu. Kuenya terkenal lezat dan harum. Setiap pagi, ia menyapa pembeli dengan senyum ramah. Meski rumahnya sederhana, suasananya selalu hangat. Banyak orang merasa nyaman berbincang dengannya sambil menikmati kue-kue buatan tangannya.

Kata sifat yang menggambarkan suasana desa pada teks di atas adalah …

• Lezat
  

• Sejuk
  

• Harum
  

• Sederhana

Pagi itu, langit berwarna kelabu. Udara terasa lembap dan dingin. Di tepi jalan, bunga-bunga tampak layu karena hujan semalam. Namun, di antara dedaunan basah, seekor kupu-kupu berwarna cerah beterbangan dengan anggun.

Kata sifat yang menunjukkan kondisi cuaca pada teks adalah …

• Kelabu, lembap, dingin
  

• Layu, cerah, anggun
  

• Basah, indah, segar
  

• Cerah, hangat, teduh

Kalimat: Pemandangan di puncak gunung itu sangat indah.

Sinonim kata sifat "indah" yang paling tepat adalah …

• Cantik
  

• Bagus
  

• Elok
  

• Menarik

Kalimat: Sikap Dira kepada orang tua selalu sopan.

Sinonim kata sifat sopan yang tepat adalah …

• Ramah
  

• Santun
  

• Baik
  

• Taat

Rina merasa ​ (a)   ​ saat menerima hadiah ulang tahun dari sahabatnya.

• senang
• Sedih
• Marah