KKA SMK

KKA SMK

10th Grade

20 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

Berfiikir Komputasional Kelas X Soal

Berfiikir Komputasional Kelas X Soal

10th Grade

20 Qs

Kelas Maya

Kelas Maya

10th Grade

20 Qs

Remedi PH 1 Informatika Kelas VII

Remedi PH 1 Informatika Kelas VII

2nd Grade - University

20 Qs

Kisi-Kisi UTS Semester 5 XII TKJ 2024

Kisi-Kisi UTS Semester 5 XII TKJ 2024

12th Grade - University

20 Qs

Latihan Basis Data 1

Latihan Basis Data 1

11th - 12th Grade

20 Qs

Quizizz TT_2 Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Quizizz TT_2 Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

10th Grade

15 Qs

Blended Learning

Blended Learning

12th Grade

15 Qs

KUIS HARIAN AIJ

KUIS HARIAN AIJ

11th Grade

19 Qs

KKA SMK

KKA SMK

Assessment

Quiz

Computers

10th Grade

Easy

Created by

Robie Hakim

Used 1+ times

FREE Resource

20 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Bu Rina, guru KKA di SMA Negeri 3 Lebak, Banten, baru saja mengikuti pelatihan nasional tentang Kecerdasan Artifisial. Ia pulang dengan semangat membara, ingin mengajarkan siswanya cara membuat chatbot sederhana menggunakan Python dan library NLP. Namun, ketika sampai di sekolah, ia dihadapkan pada kenyataan: hanya ada 3 laptop tua yang sering hang, listrik sering padam, dan 80% siswanya tidak punya smartphone untuk belajar daring. Kepala sekolah bilang, “Kita tidak mungkin buka mapel ini kalau begini kondisinya.” Tapi Bu Rina percaya bahwa justru di sinilah KKA paling dibutuhkan — agar anak-anak desa tidak semakin tertinggal. Ia lalu merancang pembelajaran unplugged: menggunakan kartu indeks, permainan peran, dan diskusi kelompok untuk mengajarkan konsep dasar algoritma, bias data, dan etika AI — tanpa menyentuh komputer sama sekali. Beberapa guru senior mencibir: “Itu bukan KKA namanya, itu cuma cerita moral pakai topeng teknologi.” Apa filosofi pendidikan paling mendalam yang mendasari keputusan Bu Rina?

Ia ingin membuktikan bahwa guru desa juga bisa inovatif meskipun fasilitas minim.

Ia percaya bahwa esensi KKA bukan pada alatnya, tapi pada cara berpikir — dan cara berpikir bisa diajarkan bahkan tanpa listrik.

Ia sedang menunggu bantuan pemerintah, jadi sementara waktu mengisi dengan kegiatan pengisi.

Ia ingin agar siswanya tidak iri melihat sekolah kota yang sudah pakai AI.

Ia menghindari tanggung jawab karena takut dinilai gagal jika menggunakan komputer.

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Di sebuah SMA di Yogyakarta, siswa kelas XI diberi tugas membuat “AI Storyteller” yang bisa menceritakan legenda Jawa seperti Roro Jonggrang atau Timun Mas dalam gaya modern. Salah satu kelompok menggunakan ChatGPT, lalu meminta AI untuk “menyederhanakan cerita agar lebih menarik bagi Gen Z”. Hasilnya: Roro Jonggrang diubah menjadi influencer yang galak, Bandung Bondowoso jadi playboy kaya raya, dan akhir cerita diubah agar mereka “balikan lagi” karena “cinta sejati nggak kenal dendam”. Guru memberi nilai A karena “kreatif dan engaging”. Tapi seorang guru Bahasa Jawa protes keras: “Ini bukan adaptasi, ini pengkhianatan! Nilai-nilai luhur hilang!” Siswa pembuat proyek membela diri: “Kan cuma fiksi, Bu. Lagian, AI-nya yang bikin, kami cuma kasih prompt.” Di titik ini, apa refleksi etis paling krusial yang harus diajarkan guru KKA?

Siswa harus belajar cara menulis prompt yang lebih baik agar hasil AI lebih akurat.

Biarkan saja, karena budaya harus berkembang mengikuti zaman.

Larang penggunaan AI untuk materi budaya, karena terlalu sensitif.

Suruh siswa minta maaf kepada guru Bahasa Jawa dan ulang tugasnya.

Teknologi netral; yang salah adalah penggunanya. Siswa perlu diajarkan bahwa mereka tetap bertanggung jawab atas output AI, terutama saat menyentuh warisan budaya.

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Pak Andi, kepala sekolah di Surabaya, ingin menjadikan sekolahnya sebagai pilot project KKA tingkat provinsi. Ia mengundang orang tua untuk sosialisasi. Seorang ayah, seorang pensiunan guru, berdiri dan berkata: “Saya setuju anak belajar teknologi. Tapi jangan jadikan mereka kelinci percobaan! Kurikulum ini belum matang, gurunya masih belajar, malah anak-anak yang jadi objek eksperimen. Saya takut mereka kehilangan jiwa kemanusiaannya, terlalu dekat dengan mesin!” Ruangan hening. Pak Andi tidak marah. Ia menjawab: “Bapak benar. Kami bukan ingin menciptakan manusia mesin, tapi manusia yang mengerti mesin — agar tidak diperbudak olehnya. Kami akan libatkan bapak dalam merancang batasan etisnya.” Apa nilai pendidikan paling dalam yang ditunjukkan oleh respons Pak Andi?

Penghormatan terhadap kearifan generasi tua dan ajakan kolaborasi lintas generasi.

Kepatuhan pada aturan kurikulum nasional.

Keberanian menghadapi kritik tanpa defensif.

Strategi diplomatis agar proyeknya tidak dibatalkan.

Komitmen pada transparansi administratif.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Sebuah SMA swasta ternama di Jakarta menggunakan sistem AI untuk memprediksi siswa yang “berpotensi stres” atau “berisiko putus sekolah” berdasarkan pola absensi, nilai, dan aktivitas di LMS. Sistem ini merekomendasikan intervensi dini: konseling, tambahan les, atau pemantauan ketat. Awalnya dipuji sebagai inovasi. Tapi kemudian terungkap: 90% siswa yang “berisiko” berasal dari keluarga ekonomi lemah atau daerah terpencil. Seorang siswa protes: “Jadi saya dikira bakal stres hanya karena ortu saya buruh? Itu bukan prediksi, itu prasangka!” Apa kritik sistemik paling tajam yang bisa diajukan terhadap sistem ini?

Sistemnya kurang akurat, perlu data lebih banyak.

Siswa terlalu sensitif; sistem ini demi kebaikan mereka.

Harusnya AI tidak digunakan untuk hal personal seperti ini.

AI tidak salah; yang salah adalah data historis yang penuh bias kelas sosial — dan sekolah gagal menyadarinya.

Guru harus lebih aktif, jangan bergantung pada mesin.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Di akhir pelajaran, seorang siswa bertanya pada Bu Santi: “Bu, saya belajar algoritma, flowchart, machine learning...

Tapi kata Om saya, nanti semua pekerjaan programmer akan digantikan AI. Jadi, untuk apa saya susah-susah belajar ini? Bukankah saya akan kalah dari mesin?” Kelas diam. Bu Santi tidak langsung menjawab. Ia balik bertanya: “Kalau kamu punya pisau dapur, apakah kamu jadi koki? Kalau kamu punya kuas, apakah kamu jadi pelukis?” Lalu ia berkata: “Yang kita pelajari bukan cara jadi mesin. Tapi cara memimpin mesin — agar kamu tidak jadi budaknya, tapi tuannya.” Apa dimensi pendidikan paling hakiki yang disentuh oleh dialog ini?

Pembentukan subjektivitas manusia yang merdeka, kritis, dan berdaulat atas teknologi.

Kesiapan kerja di industri 4.0.

Penguasaan tools teknologi mutakhir.

Pemenuhan capaian pembelajaran kurikulum.

Pelatihan soft skill agar bisa bersaing.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Andi menyerahkan tugas esai berjudul “Dampak Medsos pada Remaja”. Gurunya curiga karena gaya bahasanya terlalu dewasa. Setelah dicek dengan tools deteksi AI, ternyata 95% teks dihasilkan oleh ChatGPT. Saat ditanya, Andi berkata: “Saya tidak mencontek, Bu. Saya hanya berkolaborasi dengan AI — seperti tim riset yang pakai asisten. Saya yang tentukan prompt, edit, dan beri kesimpulan. Lagi pula, di dunia kerja nanti, semua orang pakai AI.” Guru bingung: hukum atau puji? Apa pendekatan paling edukatif dan visioner yang bisa diambil guru?

Ubah aturan sekolah agar AI boleh digunakan bebas.

Laporkan ke kepala sekolah sebagai pelanggaran berat.

Beri nilai penuh karena hasilnya bagus dan relevan dengan dunia nyata.

Beri nilai nol karena melanggar aturan akademik.

Beri nilai separuh, lalu wajibkan Andi menulis refleksi: “Apa yang saya pelajari dari proses ini? Apa beda antara kolaborasi dan ketergantungan? Di mana batas orisinalitas saya?”

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 5 pts

Di sebuah SMA di Aceh, rencana pengajaran modul “Etika AI” menuai protes dari komite orang tua. Mereka khawatir konsep “mesin yang belajar sendiri” dan “AI yang membuat keputusan” bertentangan dengan keyakinan bahwa hanya Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Menentukan. Mereka minta topik itu dihapus. Guru KKA, seorang perempuan muda, tidak mundur. Ia mengajak dialog: “Mari kita bahas bersama: Apakah AI itu tuhan? Atau hanya alat? Dan bagaimana kita, sebagai umat beriman, bisa menggunakan alat ini tanpa melanggar akidah?” Ia lalu mengundang ustadz dan filosof untuk diskusi terbuka. Apa nilai strategis dari pendekatan ini?

Menunjukkan bahwa sains dan agama bisa berdialog — dan pendidikan adalah ruang sakral untuk dialog itu.

Menghindari konflik dengan pihak agama.

Mencari pembenaran agar kurikulum tetap jalan.

Menyerahkan sepenuhnya pada otoritas agama.

Mengalihkan isu dengan acara seremonial.

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?