Unsur Intrinsik dari Novel Sang Juara

Bacalah kutipan di bawah ini!

Namanya Ayung. Usianya 12 tahun. Ia telah lama menjadi yatim dan meninggalkan bangku sekolah. Sehari-hari ia harus membantu ibunya berjualan kue. Hampir setiap pagi ia melewati stasiun lama untuk menjajakan dagangannya. (Johan 2)

Dalam kutipan cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa Ayung berwatak ....

• A. pantang menyerah

• B. bekerja keras

• C. rendah hati

• D. berpikir terbuka

Dalam novel Sang Juara, Ayung sering berbicara dengan Buce. Salah satu kutipannya adalah sebagai berikut:

Dialah Buce, teman karib yang sudah seperti paman sendiri bagi Ayung. Tempat Ayung berkeluh-kesah. Bucelah yang selalu melipur dan menyemangati hidup Ayung selepas kepergian bapaknya. (Johan 3)

Kutipan di atas menunjukkan watak Buce yaitu … terhadap Ayung

• A. peduli

• B. sabar

• C. berprinsip

• D. bersahabat

Bacalah penggalan cerita berikut!

Pada saat bersamaan, beberapa blok dari warung Om Johan nampak tengah memasukkan raket ke sedan bututnya yang terparkir di luar pagar rumah. Walau masih berada di kawasan yang belum sepenuhnya tertata, Om Johan tak lagi menempati rumah semi permanen di lorong-lorong kecil. Rumah Om Johan berada di pinggir jalan yang lebih besar. Dekat dengan kantor kelurahan, puskesmas, dan sekolah inpres. Secara ekonomi terlihat lebih mapan.” (Johan 32)

Berdasarkan penggalan cerita tersebut, letak rumah Om Johan berada di …

• A. dekat dengan kantor kelurahan

• B. di kawasan yang belum sepenuhnya tertata

• C. di sebelah warung

• D. di dekat bedeng Ayung

Perhatikan paragraf di bawah ini!

Sungguh tak keruan ibu kota ini. Setiap hari puluhan ribu raga membanting-tulang dalam urusan dan impian masing-masing. Sepagi ini saja, seorang sopir mikrolet baku hantam dengan seorang kondektur bus karena rebutan penumpang. Seorang tukang bakso diusir satpam mall karena berani memasuki area mall. Dan sepagi ini pula, seorang anak yatim miskin sedang bertarung dengan nasibnya — demi membelikan kacu pramuka buat adiknya. (Johan 59)

Suasana yang dapat kita rasakan dalam penggalan cerita itu adalah…

• A. menyeramkan

• B. mengerikan

• C. penuh semangat

• D. ramai

Perhatikan kutipan cerita di bawah ini!

“Syukurlah. Jangan pernah mengadu kepada selain Tuhan, Yung, apalagi kepada orang kurang waras seperti Om Johan. Suka judi dan tetap saja miskin, toh?! Jauhi orang yang bikin bulu tangkis jadi ajang taruhan. Jauhi mereka yang bikin hati katong lemah!”

Lagi-lagi Ayung tersenyum.

“Iya Buce, maaf.”

“Yaa, berjuang mencari nafkah itu wajar. Tapi janganlah kemiskinan Ayung jadikan alasan untuk berbuat tidak benar. Apa lagi Ayung seorang atlet. Atlet sejati berjuang untuk kejar prestasi dan kehormatan, bukan uang.”

(Johan 70)

Amanat yang terkandung dalam kutipan cerita di atas adalah…

• A. berjuang mencari nafkah perlu dilakukan

• B. hanya kepada Tuhanlah kita berserah

• C. berjuang menjadi atlet sejati

• D. jangan melakukan hal yang negatif walaupun dalam kemiskinan

Perhatikan kutipan cerita di bawah ini!

Matahari telah lewat sepenggalah, pertanda telah lewat pula pukul tujuh Cahaya matahari menerobos masuk ke lorong-lorong dan peron-peron stasiun melalui celah atapnya yang tak lagi utuh. Sebagian atap menjuntai, nyaris terlepas setiap kali kereta dengan kecepatan tinggi melintas, menerpakan angin yang lumayan kencang. Tinggal menunggu waktu, kereta mana yang benar-benar akan membuatnya terjatuh.

Latar waktu dalam kutipan cerita di atas adalah ....

• A. malam hari

• B. sore hari

• C. pagi hari

• D. siang hari

Perhatikan penggalan cerita berikut ini!

“Yung, lihat ini! Ada pertandingan bulu tangkis.”

Ayung berbalik, mendekat. Ikut mengamati tulisan di poster, Lomba Bulu Tangkis Anak-anak Tingkat Kecamatan. Matanya langsung berbinar.

(Johan 74)

Kata yang bercetak miring dalam penggalan cerita di atas memiliki arti ....

• A. menangis

• B. berduka

• C. bersedih

• d. bahagia

Perhatikan kutipan cerita di bawah ini!

Sekumpulan tunawisma belakangan senang sekali memanfaatkan peron untuk berteduh. Jumlahnya kian hari kian bertambah. Sambil tidur-tiduran, mereka menikmati sekali terpaan angin kencang yang datang bersama laju kereta. (Johan 2)

Kutipan cerita di atas berlatar tempat di ....

• A. kereta api

• B. peron stasiun

• C. jalan raya

• D. tempat tinggal tunawisma

Beberapa tangkai bendera kuning tampak terpasang di bedeng tempat Ayung tinggal. Orang-orang tampak ramai berkerumun. (Johan 71)

Arti kata yang bercetak miring dari kutipan cerita di atas adalah ....

• A. bermacam-macam

• B. banyak orang

• C. berkumpul

• D. bersama-sama

Bacalah penggalan cerita berikut dengan seksama!

Satu per satu bajaj bergerak meninggalkan halaman bedeng. Tampak pula Cak Dur keluar dari bedeng kontrakannya, bergegas hendak masuk ke dalam bajajnya. Setelah menyalakan mesin, senyumnya mengembang. Di depan bedeng sebelah, Bu Leha tengah melepas Uci pergi sekolah.

Spontan Cak Dur menawarkan tumpangannya, “Duremak, bidadari kecil, Cak Dur antar ya?!””

Cak Dur memajukan bajajnya hingga menghalangi langkah Uci. Matanya mengerling ke Bu Leha. Ini yang sangat tak disukai Uci. Tak pelak ia mencibir sambil mundur beberapa langkah untuk menghindari bajaj Cak Dur.

“Huh, capek deh!” ujar Uci kesal.

“Ya dak capek bidadariku. Kan naik bajaj tak iyo. Bagaimana bidadari bisa pek capek?”

Uci serta merta menunjuk dada, “Capeknya tuh di sini, di hati, Cak! Cak mau cari perhatian sama Ibu, kan? Biar Ibu mau nikah sama Cak Dur, kan?”

Berdasarkan penggalan cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa ....

• A. Cak Dur ingin mengambil hati Uci

• B. Cak Dur tulus perhatian pada Uci

• C. Cak Dur bersiap-siap mengantar Uci

• D. Cak Dur mau menarik perhatian Uci