Sasindo #4

Sasindo #4

12th Grade

40 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

SOAL PAS BAHASA INDONESIA KELAS XII TAHUN2022

SOAL PAS BAHASA INDONESIA KELAS XII TAHUN2022

12th Grade

40 Qs

Bahasa & Sastra Indonesia

Bahasa & Sastra Indonesia

12th Grade

40 Qs

Analisis cerpen dan novel

Analisis cerpen dan novel

12th Grade

40 Qs

LATIHAN SOAL BAHASA INDONESIA KELAS XII

LATIHAN SOAL BAHASA INDONESIA KELAS XII

12th Grade

40 Qs

USBN bahasa indonesia 2020

USBN bahasa indonesia 2020

12th Grade

40 Qs

ASESMEN TCI

ASESMEN TCI

12th Grade

40 Qs

ASAS BAHASA INDONESIA KELAS 9

ASAS BAHASA INDONESIA KELAS 9

9th Grade - University

40 Qs

KUIS KRITIK DAN ESAI

KUIS KRITIK DAN ESAI

12th Grade

40 Qs

Sasindo #4

Sasindo #4

Assessment

Quiz

Other

12th Grade

Easy

Created by

Sastra Indonesia

Used 1+ times

FREE Resource

40 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

Perhatikan puisi berikut ini untuk menjawab soal 1-3


BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO


(WS Rendra)


Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi

Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para

Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu

Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang


Segenap warga desa mengepung hutan itu

Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo

Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang

Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri


Satu demi satu yang maju terhadap darahnya

Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.


---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!

Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.

Majulah Joko Pandan! Di mana ia?

Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.


Anak panah empat arah dan musuh tiga silang

Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.


---Joko Pandan! Di mana ia!

Hanya padanya seorang kukandung dosa.


Bedah perutnya tapi masih setan ia

Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala


Joko Pandan! Di manakah ia!

Hanya padanya seorang kukandung dosa.


Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan

Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam

Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.

Pada langkah pertama keduanya sama baja.

Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo

Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.


Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka

Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah


Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang

Ia telah membunuh bapanya.


Makna yang tidak sesuai dengan kata-kata kias yang tercetak miring pada puisi di atas adalah ....

Si aku mengganggap bahwa orang yang mengepungnya tidak berguna.

Si aku menunjukkan rasa tidak takut pada musuhnya

Si aku menganggap enteng musuh-musuhnya

Si aku menyepelekan senjata yang dibawah musuhnya.

Si aku kehilangan akal sehat

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Isi puisi di atas adalah ...

Seorang perampok bernama Atmo Karpo berperang melawan penduduk desa karena ketahuan merampok.

Pertarungan antara seorang ayah bernama Atmo Karpo dengan anaknya yang bernama Joko Pandan.

Atmo Karpo ingin membalaskan dendamnya pada Joko Pandan.

Atmo Karpo merupakan seorang perampok yang tangguh

Terbunuhnya perampok sadis oleh penduduk desa

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 sec • 1 pt

Amanat dalam puisi tersebut adalah ....

Janganlah ragu-ragu dalam menegakkan kebenaran.

Lawanlah siapa saja yang menjadi musuh Anda tanpa pandang bulu.

Hormatilah orang tuamu walaupun ia berbuat salah.

Ampunilah kesalahan orang lain yang meminta ampun

Janganlah membunuh orang-orang tidak bersalah.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

Perhatikan penggalan cerpen berikut!


Menurut berita, guru ngaji kami Kang Mashudi adalah pengantin pertama. Kami yakin sesaji yang akan dibawa ke punden lebih banyak dan mewah. Kang Mashudi anak tunggal dan orang tuanya termasuk orang kaya. Begitu juga dengan Mbak Sholikhatun calon istrinya. Kami telah bersepakat merayakan hari jadi guru ngaji kami di punden. Bahkan ketika tinggal satu minggu lagi, setiap berkumpul kami hanya membicarakan hari perkawinan guru ngaji kami.

Suatu hari berita yang mengecewakan datang pada kami.

”Wah, kita tidak jadi pesta besar!” kata Sutarjan pada suatu siang di punden.

Sutarjan adalah teman kami yang paling besar.”Kabarnya Kang Mashudi mau jadi pengantin asal tidak diarak dan dipertemukan di punden!” lanjutnya tampak sedih.

”Lho, memangnya kenapa Jan?” sambung kami setengah terkejut mendengar berita sedih itu.

”Kata Kang Mashudi, itu perbuatan musrik, karena menduakan Tuhan! Sebagai orang Islam kita tidak boleh percaya dengan dayang!”

”Apa tidak marah Mbah Dayang nanti, kalau Kang mashudi begitu?” tanyaku, yang selama ini paling banyak tahu tentang dayang desa.

”Aku tidak tahu. Kata Mbah Muslik, kalau Kang Mashudi tidak diarak keliling punden, setelah itu akan terjadi pagebluk, atau waba penyakit yang membawa kematian,” sambung Sutarjan.


(Robohnya Punden Desa Kami, Dra. Varuni Dian Wijayanti)


Nilai budaya dalam kutipan tersebut yang masih dianut masyarakat setempat adalah ....

Mempercayai adanya dayang adalah perbuatan musrik.

Seorang pengantin di desa harus dipertemukan di punden dan diarak keliling punden.

Kebiasaan merayakan pesta dengan sesaji yang banyak dan mewah.

Wabah penyakit atau pagebluk merupakan kutukan dari Tuhan.

Kebiasaan membicarakan orang yang mau menikah.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

(masih berkaitan dengan teks soal nomor 4 di atas)


Amanat yang sesuai dengan isi kutipan tersebut adalah ...

Menghargai sesuatu yang telah dikeramatkan oleh masyakarat membuat orang terhindar dari mara bahaya.

Setia pada keyakinan agama harus senantiasa dipegang teguh.

Mempercayai tradisi ada baiknya juga.

Untuk mecegah pagebluk sebaiknya kita taat dengan tradisi masyarakat.

Sebagai orang Islam kita tidak boleh percaya pada dayang.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Perhatikan kutipan naskah drama berikut!


Ibu : O... iya adik ini siapa, Run? Ibu malah belum dikenalkan....(Bapak kembali siuman)

Bapak : Run...Run....

Jirun : Bapak sudah siuman, bangun ya, Pak!

Bapak : (Masih gemetaran dan bekeringat dingin). Sudah dapat kerja kamu Nak? (belum sempat menjawab sudah dipotong ibu)

Ibu : Mestinya sudah to, Pak! Ya kan, Run?

Jirun : (tidak segera menjawab) Saya lanjutkan yang tadi, ini Ridwan, anak Bandung (Ridwan menyalami kedu orang itu).

Bapak : Temanmu to, Nak?

Ibu : Mestinya iya to! Gimana sih, Bapak!

Jirun : Bukan, Pak, Bu!

Ibu : Lha terus dia ini siapa? Babu kamu? Karyawan kamu? Atau ajudan kamu?

Jirun : Bukan! Dia pasanganku!

Bapak : Ha!!!! Sisihanmu cah lanang?

Jirun : Iya Pak, Bu! Benar, kami sudah menikah dua bulan yang lalu. Maaf kalau saya mengecewakan Bapak dan Ibu.

Bapak : Oalah bu, aku sudah di-PHK, anakku kok malah kayak gini. Kita ini .... (pingsan)


Peribahasa yang tepat untuk melengkapi dialog terakhir kutipan drama di atas adalah ...

besar pasak daripada tiang

bagai pungguk merindukan bulan

sudah jatuh tertimpa tangga

air beriak tanda tak dalam

seperti katak dalam tempurung

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

Bacalah penggalan cerpen berikut dengan saksama!


Perempuan tua itu mendongakkan wajah begitu mendengar desingan tajam di atas ubun-ubunnya. Di langit petang yang temaram, ia melihat lampu kuning, hijau, dan merah mengerjap-ngerjap pada ujung-ujung sayap pesawat terbang.


Deru burung besi itu kian nyaring begitu melewati tempatnya berjongkok. Ia menghentikan gerakan tangannya. Menggiring burung itu lenyap dari mata lamurnya. Lalu, tangannya kembali menggumuli cucian pakaian yang tak kunjung habis itu. Beberapa detik sekali, tangan keriputnya berhenti, lalu ia menampari pipi dan kaki. ….


(Dua Wajah Ibu, Guntur Alam)


Kalimat yang tepat untuk melanjutkan cerita di atas adalah ….

Perempuan itu kembali menghela napas lalu, bangkit dari jongkoknya, menekan tuas sumur pompa.

Bahkan, Mak Inang masih sering terkaget-kaget bila tikus-tikus got Jakarta yang bertubuh hitam-besar lagi gemuk melebihi kucing betinanya di kampung, tiba-tiba berlarian di depan matanya.

Nyamuk di belantara beton ternyata lebih ganas ketimbang nyamuk-nyamuk rimba yang saban pagi menyetubuhi kulitnya saat menyadap karet nun jauh di pedalaman Sumatera-Selatan sana.

Irama air mengalir dalam ritme yang kacau, kadang besar, kadang kecil, seiring tenaganya yang timbul-tenggelam.

Belum genap satu purnama perempuan tua itu terdampar di rimba Jakarta, di antara semak-belukar rumah kontrakan yang berdesak-desakan macam jamur kuping yang mengembang bila musim hujan di kebun karetnya.

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?