Perhatikan kutipan cerita berikut
“Oh, maaf Den Ayu Mangir. Saya tidak mencuri kotak emas itu. Kalau memang benda itu kepunyaan Den Ayu, ambil saja,” kata Jelita polos dan lugu.
Namun, Mangir malah berteriak, “Pencuriii! Tolooong ada pencuri!”
Orang-orang percaya begitu saja pada bualan Mangir. Jelita diseret bagaikan penjahat ke hadapan kepala dusun.
“Sabar, kita tak boleh sembarangan menuduh orang. Nak, ceritakanlah! Darimana kau dapat kotak emas itu?” kata Ki Barep yang duduk di sebelah Pangeran Tresna.
Jelita menjelaskan hal yang sesungguhnya serta maksud kedatangannya ke alun-alun desa itu.
“Mangir, sekarang giliranmu menjawab pertanyaanku,” kata Ki Barep yang cerdik. “Jika benar kotak itu kepunyaanmu, coba perlihatkan kunci kotak itu! Dan sebutkan apa isi kotak itu!”
Mendengar pertanyaan itu, wajah Mangir mendadak pucat. Namun, ia kembali berbohong untuk meyakinkan Pangeran Tresna, Ki Barep, dan semua yang hadir di sekitar alun-alun itu. “Saat ini saya tidak memiliki kunci kotak itu. Sebab perempuan miskin ini telah mencuri kuncinya. Dan mengenai isinya… ah,
“Cukup! Cukup! Kau berbohong Mangir!” potong Pangeran Tresna. “Sebetulnya kotak emas itu milikku,” ungkap Pangeran, lalu mengambil dari sakunya sebuah anak kunci yang juga terbuat dari emas.
Berdasarkan sifatnya tokoh antagonis dalam kutipan cerita di atas adalah...