Dua Tempat Ibadah Termegah
Bagi teman-teman di daerah, Jakarta merupakan kota yang menarik, bukan? Belum puas rasanya kalau kita belum pernah datang ke Jakarta. Masih ingat betul ketika kecil dahulu, aku sampai harus menangis karena ingin ikut kakak ke Jakarta. Akhirnya, kakak mengizinkan aku ikut ke Jakarta. Alangkah girangnya hatiku saat itu. Ada apa di Jakarta? Di samping Gedung-Gedung tinggi menjulang, di Jakarta juga banyak tempat wisata terkenal, seperti Ancol, Monas, Taman Mini Indah, dan sebagainya. Ada juga tempat religi yang terkenal, yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dua bangunan itu merupakan tempat ibadah terbesar dan termegah di tanah air.
Letak bangunan itu berdekatan dan saling berhadapan. Kedua bangunan sengaja disandingkan sebagai lambang
kebersamaan dan saling pengertian. Itulah perwujudan nyata “Bhineka Tunggal Ika”.
Sudah sejak lama Istiqlal dan Katedral berdiri berdampingan secara damai. Umatnya saling membantu dan menguatkan. Mereka pun tak canggung untuk bertegur sapa. Saat Idul Fitri atau Idul Adha, halaman Gereja Katedral digunakan sebagai tempat parkir kendaraan umat Islam yang menjalankan salat di Masjid Istiqlal. Sebaliknya, saat Natal atau misa Minggu, halaman Masjid Istiqlal digunakan sebagai tempat parkir kendaraan umat Kristiani yang melakukan misa di Gereja Katedral. Bahkan pernah pada satu waktu, Salat Jumat dan misa Natal jatuh pada hari yang sama, maka terdengarlah alunan ayat-ayat Al-Qur’an dan kidung Natal bersahut-sahutan.
Sungguh sangat indah dalam harmoni dan kebersamaan, bukan persaingan. Di beberapa wilayah Indonesia, kebersamaan bahkan kian terasa kokoh ini tampak pada upaya saling membantu dan menyukseskan saudaranya yang berbeda agama saat melakukan ibadah. Gereja dan kelenteng digunakan sebagai tempat berbuka puasa dan sahur umat Islam saat Ramadan adalah pemandangan yang kian biasa. Bahkan, makan untuk buka dan sahur pun disediakan oleh pihak kelenteng dan gereja, begitu pula sebaliknya. Inilah gambaran nyata dari kaum beragama yang benar-benar dewasa. Mereka menghormati dan mendukung pilihan keyakinan saudara-saudaranya, tanpa ada permusuhan.
Gagasan pokok paragraf pertama pada teks tersebut adalah ….