(Aku menyeret diri dari ruang tengah rumah menuju kamar. Ini sudah panggilan ke enam yang membuatku harus memaksakan tubuh beranjak dari depan layar laptop, demi suara berat seorang pria yang meneriakkan namaku dari tempat tidur. Kepalaku asyik mengedumel, benakku berisik oleh gerutu. Lagi-lagi aku mendengar perintah sederhana dan permintaan remeh temeh yang sama sejak sejam lalu: minta tolong mengambil botol minum dingin di kulkas, beli dua puntung rokok di warung tetangga, memasak air hangat, sampai menghidupkan televisi.)
Pria yang selalu memberi perintah itu adalah pacarnya