Bacalah cerita ini untuk mengisi soal nomor 1 – 5!
Mohammad Shokib Garno Sunarno Juru Kunci Hutan Pegunungan Muria
Nama lahirnya Garno Sunarno. Setelah dinobatkan menajdi juru kunci makam Sunan Muria di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ia mendapat tambahan nama Mohamaad Shokib sesuai silsilah keluarga. Ia adalah ke turunan ke- 14 dari Sunan Muria. Tugasnya sebagai juru kunci adalah menjaga makam dan mempermudah ratusan pengunjung yang ingin berziarah. Namun ada satu tugas lain yang sebernarnya paling berat, yaitu menjaga hutan di pengunungan Muria. Hutan ini masuk dalam tiga wilayah kabupaten, yakni Kudus, Pati, dan Jepara. Pada awal era Reformasi 1998, hutan itu rusak akibat penjarahan kayu dan pembukaan hutan untuk area pertanian secara membabi buta. Padahal, hutan yang telanjur dibuka kerap ditelantarkan begitu saja. Shokib amat geram melihat perusakan hutan yang dilakukan sedemikian rupa. Ia pun mengajak sembilan warga untuk membentuk paguyuban masyarakat pelindung hutan (PMPH) Muria pada November 1999. Bersama anggota PMPH, ia melancarkan perang melawan pembalakan liar, terutama di hutan kawasan Colo. Secara rutin, mereka berpatroli ke dalam hutan untuk menghalau aksi pembalak. Ketika para pembalak semakin bandel, PMPH bertindak lebih tegas. Paguyuban itu melaporkan dua pembalak kepada polisi dan membawa kasus itu ke pengadilan. Tindakan PMPH ternyata menjadi terapi kejut yang ampuh bagi pembalak. Hingga awal 2001, laju perusakan hutan berkurang. Setelah perambahan hutan mereda, PMPH memfokuskan kegiatan pada rehabilitasi hutan yang gundul dengan cara reboisasi. Mereka menanam aneka bibit tanaman, seperti ramayana, kaliandra, karet, beringin, gintungan, randu, dan parijoto. Selama kegiatan reboisasi, anggota paguyuban sering masuk ke dalam hutan. Mereka bahkan sering menginap selama 2-3 hari di hutan jika lokasi reboisasi jauh dan berada di luar wilayah Kudus. Tidak berhenti pada aksi reboisasai, Shokib pun berusaha menjadikan gerakan pelestarian hutan sebagai gerakan moral. Ia rajin mendatangi para ulama dan tokoh masyarakat terutama setiap malam Jumat. Setiap bertandang, Shokib menitip pesan agar para ulama menyelipkan isu pelestarian dalam khotbah shalat Jumat. Berbagai perjuangan yang dilakukan Shokib, ia pun mendapat penghargaan Kalpataru 2016 sebagai pembina lingkungan. Ia segera mengumpulkan semua lapisan masyarakat Colo, mulai dari pamong desa, tokoh masyarakat, tokoh ulama, serta perwakilan tiap rukun warga, untuk menyampaikan terima kasih. Tanpa dukungan mereka, kata Shokib mustahil gerakan pelestarian hutan di Colo bisa berhasil. Kini, hasil kerja keras Shokib dan pemuda Colo bisa dirasakan semua warga di sana. Kawasan hutan Colo rimbun dan hijau oleh pepohonan. Air jernih mengalir dari kawasan hutan dan dinikmati ribuan warga Kudus. Air itu berasal dari 25 sumber air yang terjaga dengan baik di pengunungan Muria. Sumber : http://www.uc.ac.id dengan perubahan
1. Apakah cita-cita Pak Shokib pada cerita di atas?