Pahami kisah Urwah Bin Zubair berikut !
Dikisahkan saat hendak pergi menemui Walid bin Abdul Malik, beliau mendapati musibah pertama yang menimpanya, anak kesayangannya meninggal dunia karena terinjak binatang ternak dan meninggal dunia seketika. Dalam keadaan demikian, beliau tetap melanjutkan perjalanannya dengan tetap memuji kebesaran Allahﷻ, tidak ada perasaan kecewa terhadap takdir yang Allah berikan tersebut. Beliau bahkan memuji dengan kata yang menyejukkan hati dengan tetap yakin bahwa jika Allah memberikan ujian, pasti memberikan maaf, demikian juga ketika Allah mengambil sesuatu darinya, pasti akan memberi pengganti yang lebih baik.
Setelah kejadian tersebut, beliau mendapat ujian lagi. Kakinya tertimpa penyakit kudis yang sangat parah. Dokter-dokter pada waktu itu sudah angkat tangan karena penyakitnya sudah kronis, hingga kemudian diambillah keputusan untuk mengamputasi kaki Urwah Bin Zubair. Eksekusi dilakukan dengan mendatangkan para jagal. Saat itu belum ada ilmu anestesi seperti kemajuan dunia kedokteran saat ini, sehingga beliau disarankan untuk minum khamr (minuman keras) agar tidak merasa sakit saat diamputasi, beliau menjawab, “Aku tidak akan memanfaatkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah hanya karena ingin sembuh.” Selain itu, beliau juga menolak untuk meminum obat tidur dan bersikeras untuk tegar menahan rasa sakitnya. Di sela-sela proses pemotongan kakinya tersebut, beliau tidak henti-hentinya mengucapkan kalimat tahlil dan takbir. Dalam cerita lain, dikisahkan tentang momen pemotongan itu dilakukan sewaktu Urwah sedang shalat sesuai dengan permintaannya. Setelah pemotongan kaki selesai dilakukan, beliau mengatakan:“Demi Allah selama 40 tahun saya belum pernah melangkahkan kaki ke tempat haram dan saya bersyukur bisa mengembalikan kakiku kepada Rabbku dalam keadaan suci.
Sikap Urwah ini menunjukkan betapa tingginya kesabaran beliau dalam menerima takdir Allahﷻ. Mendapat musibah bertubi-tubi, tidak membuatnya lantas mengeluh tetapi malah memuji kebesaran Tuhannya. Ia merasa bahwa ujian yang datang menimpanya, tidak sebanding dengan nikmat Allah yang begitu banyak. Orang yang menyatakan keimanannya kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, menyikapi sakit dengan hati yang tenang dan ikhlas, karena tahu inilah kesempatan Allah menguggurkan dosa-dosa dan kesalahannya. Mereka tahu inilah kesempatan untuk berdoa dan berdzikir serta berhusnudzon kepada Allahﷻ, karena semua atas izin-Nya dan semua akan kembali kepada-Nya.
Kisah di atas mengandung kesimpulan dan memberikan pelajaran kepada kita yaitu ....