ANBK LITERASI

ANBK LITERASI

University

12 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

TMC401 - Bab 3 & 4

TMC401 - Bab 3 & 4

University

10 Qs

85 LAT. PAS 2

85 LAT. PAS 2

1st Grade - University

10 Qs

Hukum DM - Diterangkan Menerangkan

Hukum DM - Diterangkan Menerangkan

1st Grade - University

10 Qs

日本の歴史 (奈良、平安)

日本の歴史 (奈良、平安)

University

10 Qs

BAHASA

BAHASA

University

10 Qs

Ulangan Harian Teks Prosedur

Ulangan Harian Teks Prosedur

9th Grade - University

15 Qs

KUIS FABEL

KUIS FABEL

1st Grade - Professional Development

10 Qs

Kata Depan vs. Kata Berimbuhan

Kata Depan vs. Kata Berimbuhan

KG - Professional Development

10 Qs

ANBK LITERASI

ANBK LITERASI

Assessment

Quiz

World Languages

University

Hard

Created by

Kasiati Kasiati

Used 15+ times

FREE Resource

AI

Enhance your content in a minute

Add similar questions
Adjust reading levels
Convert to real-world scenario
Translate activity
More...

12 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 8 pts

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

 

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

 

 

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

 

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

 

 

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

 

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

 

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

 

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

 

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini. Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.

 

 

Sumber:

 

https://www.hipwee.com/tips/7-langkah-mudah-menanam-bunga-matahari-lumayan-buat-spot-selfie-di-halaman-sendiri/

 

https://gdm.id/cara-menanam-bunga-matahari/

 

https://www.bulirjeruk.com/2015/10/belajar-dari-bunga-matahari.html

 

https://kutanam.com/cara-menanam-bunga-matahari/

 

Bagaimana Pak Kebun menceritakan proses tumbuhnya Bunga Matahari?

Terlahir dari biji yang tidak terlalu kecil, tumpul, dan harus ditanam jauh di dalam tanah.

Terlahir dari biji yang tidak terlalu kecil, tumpul, dan harus ditanam jauh di dalam tanah.

Tidak harus selalu dijemur di bawah matahari karena Bunga Matahari tidak tahan panas.

Harus dipindahkan ke tanah yang lebih luas setelah berkecambah 10 senti atau muncul 4 helai daun.

Harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang dengan perbandingan 70% pupuk kandang, 30% tanah.

2.

MULTIPLE SELECT QUESTION

3 mins • 8 pts

Bunga Matahari dan Pertemuannya dengan Hangat

 

Ayahku sering dipanggil Pak Kebun. Ia orang yang ulet dan sabar. Terutama ketika merawatku. Ia sering bercerita mengenai bagaimana aku tumbuh. Suatu pagi, ia pernah menceritakan bagaimana aku lahir dari biji yang kecil. Kepalaku yang runcing ditancapkan di satu wadah yang bernama polybag. Di pagi yang lain, ia menceritakan bagaimana ia menungguku berkecambah hingga 10 senti atau memunculkan 4 helai daun. Selanjutnya aku dipindahkan ke tanah yang lebih luas.

 

 

Pernah suatu siang dia mengeluh sedikit mengenai susahnya aku diberi makan. Katanya aku harus disiram setiap hari. Rentan terhadap hama seperti fungi, serangga, dan bekicot. Aku harus ada dalam tanah campuran pupuk kandang. Perbandingannya yaitu 70% tanah, 30% pupuk kandang, dan tanah harus bekisar pH 6,0-7,5. Ribet deh katanya. Namun, ayah tetap sabar merawat dan menyayangiku tanpa kenal lelah.

 

Pengalaman berkesan adalah ketika ayah memperkenalkanku pada hangat. Pengalaman yang paling kuingat.

 

 

Kata ayahku, hangat adalah suatu hal yang patut disyukuri keberadaannya. Hangat merupakan kata yang muncul di doa-doanya setiap pagi. Kata ayah, aku akan mati jika hangat berubah menjadi panas maupun dingin. Tanpa hangat, aku tidak bisa hidup. Aku bertanya-tanya mengapa aku harus ada bersama hangat minimal 6-8 jam sehari. Ayah hanya tersenyum sambil memberi pupuk dan sedikit air untuk makan siang.

 

“Suatu saat nanti kamu akan mengerti. Untuk saat ini, sebut saja ia matahari,” begitu katanya.

 

Matahari, aku menyadari ada yang tumbuh dalam diriku setiap kamu datang memberi hangat. Menembus tanah dan daun basah, memberi makan. Mengangkat tunas-tunas, memekarkan bunga. Betapa senangnya aku.

 

Matahari, kamu baik hati. Hari-hari berlalu bagai angin. Selama itu pula kamu selalu ada bagaikan sahabat. Kamu mendengarkan aku menyerocos setiap hari. Tentang ini, tentang itu, tentang begini, begitu. Tak pernah sekalipun keberadaanmu ingin aku lewatkan. Aku selalu ingin mendekat. Ayah kadang tertawa melihatku mengikutimu kemanapun engkau pergi. Sedikit-sedikit menengok, melihat kanan-kiri, seakan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Betapa dekatnya kita. Walau engkau di atas nun jauh di sana.

 

Matahari, terima kasih sudah menjagaku agar tetap ada. Tak terasa seratus hari lebih sudah kita lewati bersama. Kini aku sudah 160 cm, hampir setinggi ayahku. Daun-daunku berwarna hijau. Wajahku besar dihiasi mahkota kuning, mirip dengan warna hangat yang rutin kamu beri. Terima kasih sudah menemaniku dengan sabar selama ini. Mungkin di atas sana terasa sepi. Namun, aku harap kamu tahu bahwa di sini, aku dan teman-temanku mengucap syukur atas keberadaanmu setiap hari. Kami berlomba-lomba untuk mendapat kesempatan memandangmu sedikit lebih dekat. Terima kasih Matahari. Terima kasih Tuhan atas berkah yang diberikan pada kami, makhluk ciptaan-Mu.

 

 

Sumber:

 

https://www.hipwee.com/tips/7-langkah-mudah-menanam-bunga-matahari-lumayan-buat-spot-selfie-di-halaman-sendiri/

 

https://gdm.id/cara-menanam-bunga-matahari/

 

https://www.bulirjeruk.com/2015/10/belajar-dari-bunga-matahari.html

 

https://kutanam.com/cara-menanam-bunga-matahari/

 

Bagaimana Bunga Matahari menggambarkan Si matahari dalam cerita? Klik pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.

Matahari itu sabar menemaniku tumbuh besar.

Sebagai sahabat yang rajin merawatku setiap hari.

Matahari selalu tepat waktu untuk memberi kehangatan.

Kedermawanannya memberi tanpa meminta balasan.

3.

MULTIPLE SELECT QUESTION

3 mins • 8 pts

Burung-burung yang Menghilang dari Kampung Kami

 

 

Dalam keadaan terbaring lemas dengan suhu tubuh yang panas, kakek masih menyuruhku membuat olahan getah perekat untuk menangkap burung. Napasnya berat dan dalam. Suaranya serak dan sangat lirih, ia hanya bisa bicara sambil terpejam.

 

”Ambil getah pohon karet atau pohon nangka atau pohon benda. Rebus dengan oli bekas hingga mendidih, lalu dinginkan sampai kental dan likat. Tunggu burung cendet itu berbunyi di samping dapur. Jika sudah terdengar, oleskan getah itu pada sepotong ranting yang di bagian ujungnya terikat serangga. Biarkan burung itu datang bertengger. Kakinya akan lekat meski sekuat apa pun ia meronta.”

 

Nenek tiba-tiba melinangkan air mata. Tangannya mencelupkan selembar kain ke dalam gelas berisi air perasan pucuk asam. Lalu ia angkat dan dikompreskan ke dahi kakek. Sedang ibu yang duduk di samping kakek terus mengaji. Sesekali meniup ubun-ubun kakek dengan serapal doa. Tak lama, setelah ruang kami hanya dilanda isak dan lantunan ayat suci, kakek kembali mengulangi kata-katanya; menyuruhku membuat lem perekat dari getah untuk menangkap burung cendet.  

 

”Coba kau lepas burung-burung itu, Mid. Siapa tahu sakit kakekmu karena tulah burung itu,” pinta nenek kepadaku. Aku cemas hendak menjawab apa, mengingat burung-burung itu bernilai ratusan juta rupiah dan tentu saja kakek masih menyayanginya.

 

 

 

***

 

Sekitar sebulan sebelum kakek sakit, nenek sering mengomel. Nenek minta kami berhenti menangkap burung karena dari beberapa burung yang kami tangkap termasuk burung yang sudah langka di pulau kami.

 

”Burung kepodang, cendet, dan burung jalak sudah jarang kita lihat di ladang dan di jalan-jalan. Burung-burung itu kini sudah langka. Mestinya Aki tidak menangkapnya,” ucap nenek kesekian kalinya.

 

”Justru karena langka aku menangkapnya, karena harganya semakin mahal, Ni!” jawab kakek.

 

”Pikiranmu kok terbalik sih, Ki? Kalau langka mestinya jangan ditangkap, biar bisa berkembang biak, biar banyak lagi, biar keturunan kita bisa menikmati bunyinya sepanjang zaman.”

 

”Lho? Pikiranmu yang kebalik. Kelangkaan ini mestinya kita manfaatkan biar burung yang tinggal sedikit itu hanya jadi milik kita. Kita akan kaya raya nanti, hahaha.” jawab kakek sambil tertawa.

 

Aku hanya bisa mendengar perang mulut keduanya sambil terus mengaduk getah dari pelepah daun siwalan.

 

”Hai, Ki! Ingat ya! Menangkap burung langka itu membahayakan hidupmu, Ki?”

 

”Jika itu seekor indukan, kasihan anak-anaknya yang tak bisa makan dan pasti mati. Kamu yang dosa,” suara nenek lebih keras.

 

”Dan jika itu termasuk burung yang dilindungi. Kamu bisa dipenjara, Ki!” nenek berkacak pinggang. ”Apa pun yang terjadi, pokoknya burung-burung dengan kicau emasnya itu harus kutangkap,” ungkapnya.

 

”Mid! Sebaiknya kamu berhenti ikut kakekmu menangkap burung, biar tidak tertular dosanya,” pesan nenek.

 

”Jangan dengar apa kata nenekmu. Tidak akan terjadi apa-apa. Di lereng Hutan Rongkorong aku masih sempat melihat burung jalak dan burung cendet,” kata kakek.

 

 

 

Glosarium:

 

aki       : biasa disingkat “Ki” adalah nama sebutan/panggilan untuk kakek.

 

benda  : terap atau tekalong (Artocarpus elasticus) adalah sejenis pohon buah yang masih satu genus dengan nangka (Artocarpus). Buahnya mirip dengan buah timbul atau kulur, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak melengket.

 

Nini     : biasa disingkat “Ni” adalah sebutan/panggilan untuk nenek.

 

rapal    : bacaan atau ucapan (biasanya untuk doa atau mantra khusus).

 

Rongkorong    : salah satu bukit di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

 

tulah    : kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena perbuatan melanggar larangan; kualat.

 

 

 

Tulisan diadaptasi dari cerpen A. Warits Rovi dengan judul yang sama. Tersaji dalam  https://www.kompas.id/baca/cerpen-hiburan/2022/04/21/burung-burung-yang-menghilang-dari-kampung-kami yang dipublikasikan pada 22 April 2022 pukul 22:23 WIB

 

Jika kamu ingin mencari informasi lebih lanjut tentang fenomena kelangkaan burung di alam liar, kata kunci apa yang kamu ketikkan di internet?

 

Klik pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.

jenis burung dilindungi

perburuan burung liar

berburu burung dengan perekat

akibat memburu burung

keanekaragaman hayati

4.

MULTIPLE SELECT QUESTION

3 mins • 8 pts

Burung-burung yang Menghilang dari Kampung Kami

 

 

Dalam keadaan terbaring lemas dengan suhu tubuh yang panas, kakek masih menyuruhku membuat olahan getah perekat untuk menangkap burung. Napasnya berat dan dalam. Suaranya serak dan sangat lirih, ia hanya bisa bicara sambil terpejam.

 

”Ambil getah pohon karet atau pohon nangka atau pohon benda. Rebus dengan oli bekas hingga mendidih, lalu dinginkan sampai kental dan likat. Tunggu burung cendet itu berbunyi di samping dapur. Jika sudah terdengar, oleskan getah itu pada sepotong ranting yang di bagian ujungnya terikat serangga. Biarkan burung itu datang bertengger. Kakinya akan lekat meski sekuat apa pun ia meronta.”

 

Nenek tiba-tiba melinangkan air mata. Tangannya mencelupkan selembar kain ke dalam gelas berisi air perasan pucuk asam. Lalu ia angkat dan dikompreskan ke dahi kakek. Sedang ibu yang duduk di samping kakek terus mengaji. Sesekali meniup ubun-ubun kakek dengan serapal doa. Tak lama, setelah ruang kami hanya dilanda isak dan lantunan ayat suci, kakek kembali mengulangi kata-katanya; menyuruhku membuat lem perekat dari getah untuk menangkap burung cendet.  

 

”Coba kau lepas burung-burung itu, Mid. Siapa tahu sakit kakekmu karena tulah burung itu,” pinta nenek kepadaku. Aku cemas hendak menjawab apa, mengingat burung-burung itu bernilai ratusan juta rupiah dan tentu saja kakek masih menyayanginya.

 

 

 

***

 

Sekitar sebulan sebelum kakek sakit, nenek sering mengomel. Nenek minta kami berhenti menangkap burung karena dari beberapa burung yang kami tangkap termasuk burung yang sudah langka di pulau kami.

 

”Burung kepodang, cendet, dan burung jalak sudah jarang kita lihat di ladang dan di jalan-jalan. Burung-burung itu kini sudah langka. Mestinya Aki tidak menangkapnya,” ucap nenek kesekian kalinya.

 

”Justru karena langka aku menangkapnya, karena harganya semakin mahal, Ni!” jawab kakek.

 

”Pikiranmu kok terbalik sih, Ki? Kalau langka mestinya jangan ditangkap, biar bisa berkembang biak, biar banyak lagi, biar keturunan kita bisa menikmati bunyinya sepanjang zaman.”

 

”Lho? Pikiranmu yang kebalik. Kelangkaan ini mestinya kita manfaatkan biar burung yang tinggal sedikit itu hanya jadi milik kita. Kita akan kaya raya nanti, hahaha.” jawab kakek sambil tertawa.

 

Aku hanya bisa mendengar perang mulut keduanya sambil terus mengaduk getah dari pelepah daun siwalan.

 

”Hai, Ki! Ingat ya! Menangkap burung langka itu membahayakan hidupmu, Ki?”

 

”Jika itu seekor indukan, kasihan anak-anaknya yang tak bisa makan dan pasti mati. Kamu yang dosa,” suara nenek lebih keras.

 

”Dan jika itu termasuk burung yang dilindungi. Kamu bisa dipenjara, Ki!” nenek berkacak pinggang. ”Apa pun yang terjadi, pokoknya burung-burung dengan kicau emasnya itu harus kutangkap,” ungkapnya.

 

”Mid! Sebaiknya kamu berhenti ikut kakekmu menangkap burung, biar tidak tertular dosanya,” pesan nenek.

 

”Jangan dengar apa kata nenekmu. Tidak akan terjadi apa-apa. Di lereng Hutan Rongkorong aku masih sempat melihat burung jalak dan burung cendet,” kata kakek.

 

 

 

Glosarium:

 

aki       : biasa disingkat “Ki” adalah nama sebutan/panggilan untuk kakek.

 

benda  : terap atau tekalong (Artocarpus elasticus) adalah sejenis pohon buah yang masih satu genus dengan nangka (Artocarpus). Buahnya mirip dengan buah timbul atau kulur, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak melengket.

 

Nini     : biasa disingkat “Ni” adalah sebutan/panggilan untuk nenek.

 

rapal    : bacaan atau ucapan (biasanya untuk doa atau mantra khusus).

 

Rongkorong    : salah satu bukit di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

 

tulah    : kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena perbuatan melanggar larangan; kualat.

 

 

 

Tulisan diadaptasi dari cerpen A. Warits Rovi dengan judul yang sama. Tersaji dalam  https://www.kompas.id/baca/cerpen-hiburan/2022/04/21/burung-burung-yang-menghilang-dari-kampung-kami yang dipublikasikan pada 22 April 2022 pukul 22:23 WIB

 

Menurut pendapatmu, mengapa ilustrasi yang disajikan sudah sesuai atau mendukung isi cerita? 

 

Klik pada setiap pilihan jawaban benar! Jawaban benar lebih dari satu.

 

Komposisi ilustrasi pohon, manusia, dan burung yang dapat mewakili setiap karakter dalam cerita.

Di dalam gambar sudah terdapat unsur sosok Kakek, Aku, dan seekor burung sesuai isi dalam cerita.

Gambar mampu membawa pesan tentang upaya pelestarian burung sebagaimana tema yang mendasari isi cerita.

Gambar sudah dapat mendeskripsikan dengan baik tentang kondisi dan perilaku Kakek dalam cerita.

Ilustrasi disajikan dalam bentuk sketsa yang menarik dengan gradasi warna yang baik dan sesuai dengan isi cerita.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 8 pts

Menghemat Energi

Sumber-sumber energi di Indonesia yang menyangkut kepentingan orang banyak dikelola oleh negara yang dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat. Contohnya minyak bumi, batu bara, gas dan air. Setiap warga negara juga memiliki kewajiban untuk memanfaatkannya dengan bijak dan hemat. Berikut ini contoh pemanfaatan sumber energi:

1. Menghemat energi dengan menggunakan seperlunya.

2. Memanfaatkan teknologi dan peralatan yang ramah lingkungan.

3. Menjaga dan melestarikan alam untuk menjaga ketersediaan sumber energi.

4. Melakukan reboisasi untuk menjaga ketersediaan sumber air.

Contohb kewajiban setiap warga negara terhadap sumber energi dan pemanfaatannya adalah......

Membuang sampah sembarangan.

Menggunakan sumber energi dengan semena-mena.

Menghidupkan lampu di siang hari.

Melakukan reboisasi untuk menjaga ketersediaan air

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 8 pts

Matahari dan angin adalah dua fenomena alam yang paling sering digunakan sebagai sumber  energi  terbarukan.  Akan  tetapi,  masyarakat di sebuah  kota  Jepang, Aomori, percaya bahwa  mereka dapat  memanfaatkan salju  sebagai  sumber daya  alam yang

berlimpahan dan terabaikan di sana. Kota Aomori bisa menghabiskan puluhan juta dolar setiap tahun untuk menghilangkan  salju dari jalanan.  Namun,  salju akan menjadi sumber tenaga  baru  dan  mengurangi  dana  yang  digunakan  untuk  menghilangkan  salju jika pengembangan ini berhasil. Penelitian tersebut dilakukan mulai dari Desember hingga Maret. Mereka akan bekerja sama dengan Forte,  perusahaan teknologi informasi lokal,  dan jurusan Teknik Elektro di Universitas Tokyo.

Tes tersebut akan melibatkan salju yang dibuang ke dalam sebuah kolam tertutup yang terletak di sekolah.  Listrik akan dihasilkan melalui perbedaan suhu antara salju dan udara

luar. Tabung perpindahan panas akan ditempatkan di salju sebagai sumber udara dingin. Sementara itu,  udara di luar akan dipanaskan oleh matahari. Perbedaan suhu tersebut akan menciptakan arus konveksi dalam cairan pendingin di dalam turbin. Arus konveksi akan memutar turbin untuk menghasilkan listrik.

Hasil penelitian ini diperkirakan akan dapat menghasilkan listrik seefisien tenaga surya

dengan biaya yang rendah. Bukan hanya itu, mereka juga akan membuat sistem tenaga salju yang dapat digunakan oleh warga kecil untuk rumah tangga, seperti halnya pembangkit tenaga surya. Nantinya, tenaga baru ini juga  dapat membantu warga lokal untuk mempromosikan usahanya, penginapan mata air panas yang ditenagai oleh tenaga salju,  kepada turis-turis.

Sumber tenaga ini diyakini akan memiliki dampak kecil pada lingkungan dibandingkan

bentuk energi terbarukan lainnya karena salju yang mencair dapat dibuang seperti air limbah biasa. Mereka mendapatkan inspirasi menggunakan salju untuk menghasilkan listrik setelah mengetahui Eropa yang mengembangkan pasir untuk menghasilkan listrik. Selain itu, mereka menganggap tenaga salju dapat menjadi sumber alternatif bagi negara-negara dengan empat musim yang menghadapi krisis energi.

Diadaptasi dari https:llasia.nikkei.com!Business/Enerqy/Electricity-from-snow-A-Japanese-city-believes-it-can-be-done

Berdasarkan teks tersebut, hal apakah yang pertama kali perlu dilakukan untuk menjalankan percobaan pada penelitian tersebut?

Pihak kota perlu mengeruk tumpukkan salju yang terdapat di jalanan di sekitar Kota Aomori

Mereka harus meletakkan tumpukkan salju di kolam tertutup sekolah.

       Mereka   perlu   bekerja   sama   dengan   negara   empat   musim     lainnya    untuk    memulai percobaan  tersebut.

Pihak   kota haruslah  menutup  penginapan  mata air panas  milik   warga  setempat.

Mereka   perlu   berkonsultasi    dengan   Eropa   terkait   pemanfaatan    pasir  untuk   sumber energi.

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 8 pts

Setiap  28 hari  sekali,   Bulan mencapai perige. Sebaliknya,  sekitar 14 hari setelah perige, Bulan mencapai apoge. Akibat lama waktu yang ditempuh Bulan untuk menyelesaikan  kedua periode tersebut berbeda,   pada suatu saat Bulan akan berada  pada fase bu Ian baru dan posisinya  di apoge. Sementara itu,  di saat yang lain,  Bulan akan berada pada fase purnama dan posisinya  di  perige.  Perige  merupakan fenomena astronomi di mana keberadaan  Bulan memiliki jarak  terdekat  dengan Bumi. Sementara  itu,  apoge merupakan fenomena saat Bulan berada di  titik terjauh dengan Bumi. Hal ini  dapat terjadi karena orbit tidak  berbentuk  lingkaran  melainkan  elips sehingga  Bulan  mungkin saja nampak menjauhi  atau mendekati Bumi. Pada saat kondisi perige,  Bulan nampak 14% lebih besar dan 30% lebih  terang daripada bulan purnama saat apoge.

lstilah  perige seringkali  disebut juga dengan supermoon, tetapi  hal ini  ternyata keliru.

     lstilah  fenomena supermoon diciptakan oleh seorang astrolog bernama Richard Nolle untuk

menyebut   penampakan   pada  fase  bulan  purnama  saat  masa  perige  di  mana  ilusi  Bulan akan nampak  lebih  besar daripada  Bulan pada hari biasanya.  Akan tetapi,  astrolog  tersebut mengatakan    bahwa  supermoon tidak  berkaitan  dengan  munculnya   peristiwa  bencana tertentu. Sebaliknya,  perige dapat memicu terjadinya bencana, seperti banjir rob.  Bencana banjir rob yang disebabkan oleh fenomena perige terjadi karena tarikan gravitasi Bulan yang mengalami peningkatan.

Selama  periode tersebut,  tarikan gravitasi kuat akan meningkatkan rata-rata pasang

dan surut air laut di permukaan Bumi. Kejadian ini sering disebut sebagai pasang musim semi  perigean.  Pada saat  puncak pasang,  bisa  memicu terjadinya  banjir  rob karena intensitas air yang meningkat. Akan tetapi, tidak semua pasang dan surut air laut disebabkan oleh fenomena tersebut. Terdapat banyak faktor lain, seperti pengaruh musim terhadap ketinggian air. Di Indonesia sendiri,  BMKG telah merilis informasi potensi banjir rob  di  beberapa  pesisir  wilayah  Indonesia  bersamaan dengan  terjadinya  fase  bulan purnama dalam kondisi perige.

Apa yang menyebabkan terjadinya supermoon?

Tarikan gravitasi pada Bulan dan air laut.

Fase bulan purnama terjadi bersamaan dengan potensi banjir rob

Bumi dan Bulan berada di orbit yang berbentuk elips.

Bulan purnama pada saat itu sedang mencapai fase perige.

Bulan purnama pada saat itu sedang mencapai fase apoge

Create a free account and access millions of resources

Create resources

Host any resource

Get auto-graded reports

Google

Continue with Google

Email

Continue with Email

Classlink

Continue with Classlink

Clever

Continue with Clever

or continue with

Microsoft

Microsoft

Apple

Apple

Others

Others

By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy

Already have an account?