Yang termasuk cerita narasi adalah, kecuali….

• Dongeng

• Fabel

• Pantun

• Legenda

Setiap cerita narasi memiliki unsur pembangun berikut ini, kecuali….

• Tokoh dan karakter

• Rima/sajak

• Sudut pandang

• Alur/plot

Betapa terkejutnya Raka melihat pantai seketika menjadi kering, ia bahkan bisa melihat ikan-ikan bergelimpangan di pinggir pantai. Tak lama kemudian, dari kejauhan Raka melihat ada sebuah gelombang ombak yang tinggi sekali menuju pantai kampung liliput.

“Tsunami!” teriak Raka sambil bergegas mencari teman-teman liliputnya. “Ayo, naik ke pundakku. Selamatkan dirimu!”

Para liliput memandang Raka dengan tidak percaya. “Ratusan tahun kami tinggal di sini, tidak ada hakikat yang mengatakan bahwa tsunami bisa terjadi di kampung kami,” kata ketua liliput.

Padahal saat itu Raka mendengar desir kuat yang makin terasa mendekat. Raka melihat ombak tinggi itu makin mendekat.

Tokoh protagonis dan sifatnya dalam cerita tersebut adalah….

• Raka, mementingkan diri sendiri

• Liliput, dapat dipercaya

• Raka, suka menolong

• Lilliput, taat peraturan

Saat Inong menyemburkan apinya, seluruh anak kecil di desa bersorak sorai. Para warga sangat menyayangi Inong. Mereka jadi tidak perlu membeli korek api atau repot menyalakan api dengan kayu atau batu. Hanya satu orang di desa yang tidak suka dengan semburan api Inong. Orang itu adalah aku. Namaku Burek. Aku adalah penjual korek api di Desa Tani. Aku kesal sekali kepada Inong. Gara-gara dia, daganganku jadi tidak laku. Akhirnya, aku pergi mendaki ke puncak gunung untuk bicara dengan Dewa Petir. “Ini tidak adil, Dewa Petir! Uangku jadi tidak sebanyak dulu!” keluhku. Latar tempat dalam cerita tersebut adalah….

• Hutan

• Gunung

• Desa

• Gua

Saat Inong menyemburkan apinya, seluruh anak kecil di desa bersorak sorai. Para warga sangat menyayangi Inong. Mereka jadi tidak perlu membeli korek api atau repot menyalakan api dengan kayu atau batu. Hanya satu orang di desa yang tidak suka dengan semburan api Inong. Orang itu adalah aku. Namaku Burek. Aku adalah penjual korek api di Desa Tani. Aku kesal sekali kepada Inong. Gara-gara dia, daganganku jadi tidak laku. Akhirnya, aku pergi mendaki ke puncak gunung untuk bicara dengan Dewa Petir. “Ini tidak adil, Dewa Petir! Uangku jadi tidak sebanyak dulu!” keluhku. Masalah yang dihadapi tokoh Burek adalah….

• Dia butuh korek api

• Dia tidak tahan dengan api Inong

• Korek apinya habis karena Inong

• Dagangannya tidak laku karena Inong

Kabut malam yang hitam selalu mengirimkan udara dingin dan suara binatang kesakitan terus menghantui seluruh binatang hutan. Nataga dan saudara-saudaranya selalu berharap kabut akan pergi suatu saat ini. Namun, tidak terjadi perubahan sama sekali. Bahkan makin parah.

“Mengapa kabut ini selalu datang tiap senja sehingga kita tidak pernah melihat bulan dan bintang?" Tanya Nataga malam itu.

Lagi-lagi hanya sebuah tanya yang belum dapat dijawab. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sikka selalu menyanyi tiap malam untuk menghibur saudara-saudaranya. Sikka tidak sadar, ternyata ia juga menghibur binatang-binatang lain dari ketakutan.

Latar dalam kutipan cerita tersebut adalah....

• Di hutan, malam hari, suasana takut

• Di danau, malam hari, suasana gelisah

• Di gunung, malam hari, suasana damai

• Di lembah, malam hari, suasana sedih

1.         Lihatlah Pinokio yang sedang tergesa-gesa berangkat ke sekolah dengan mengempit buku A-B-C barunya! Sepanjang perjalanan otaknya sibuk merencanakan ratusan hal hebat, membangun ratusan istana di awang-awang, dia berkata pada diri sendiri: “Di sekolah, hari ini aku akan belajar membaca, besok belajar menulis, dan lusa belajar menghitung. Lalu, dengan kepandaianku aku bisa dapat uang banyak. Dengan upah pertamaku aku akan membelikan ayah jas baru dari kain cita. Kain cita kataku? Tidak, mestinya ja situ terbuat dari emas atau perak dan kancingnya dari permata. Bagaimanapun juga, ayahku pantas mendapatkannya karena bukankah sekarang dia tidak memakai jas karena berbaik hati membelikan aku buku? Di cuaca yang dingin begini! Ayah memang baik pada anak-anaknya!”

Tindakan yang menunjukkan bahwa tokoh Pinokio memiliki sifat peduli adalah….

• Ia ingin segera belajar

• Ia ingin belajar banyak hal

• Ia ingin membelikan ayahnya jas

• Ia ingin membeli buku untuk ayahnya

Begitu tiba di rumah, Geppetto mengambil peralatannya, lalu mulai memotong dan membentuk kayu tadi menjadi berbentuk boneka.

“Sebaiknya kuberi nama siapa, ya?” ia menanyai dirinya sendiri. “Kurasa aku akan memanggilnya Pinokio. Nama ini akan membawa keberuntungan baginya. Aku pernah kenal satu keluarga Pinoki – Pinokio sang ayah, Pinokia sang ibu, Pinoki sang anak – dan mereka semua beruntung. Yang terkaya di antara mereka mengemis untuk kehidupan sehari-hari.”

Setelah memutuskan nama untuk boneka kayunya, Geppetto bekerja giat untuk membuat dahi dan matanya. Bayangkan betapa kagetnya ia sewaktu melihat mat aitu bergerak dan menatapnya lekat-lekat. Melihat itu Geppetto merasa terhina dan berkata dengan sedih. “Mata jelek, kenapa kamu menatapku begitu?”

Tidak ada jawaban.

Sesudah mata boneka jadi, Geppetto membuat hidung yang mulai memanjang begitu selesai dibuat. Memanjang dan makin panjang dan terus memanjang hingga menjadi sangat Panjang seperti tidak ada habis-habisnya.

Geppetto malang terus memotongnya dan memotongnya, tapi makin banyak yang ia potong, makin Panjang pula hidung yang tak sopan itu tumbuh. Dengan putus asa ia membiarkannya begitu saja.

Selanjutnya ia membuat mulut. Tak lama setelah selesai dibuat, mulut itu mulai tertawa dan mempermainkannya. “Berhenti tertawa!” Geppetto berseru marah, tapi ia seperti berkata pada tembok saja. Latar tempat dalam penggalan cerita tersebut adalah….

• Rumah

• Rumah kerja

• Toko boneka

• Toko perabotan

Begitu tiba di rumah, Geppetto mengambil peralatannya, lalu mulai memotong dan membentuk kayu tadi menjadi berbentuk boneka.

“Sebaiknya kuberi nama siapa, ya?” ia menanyai dirinya sendiri. “Kurasa aku akan memanggilnya Pinokio. Nama ini akan membawa keberuntungan baginya. Aku pernah kenal satu keluarga Pinoki – Pinokio sang ayah, Pinokia sang ibu, Pinoki sang anak – dan mereka semua beruntung. Yang terkaya di antara mereka mengemis untuk kehidupan sehari-hari.”

Setelah memutuskan nama untuk boneka kayunya, Geppetto bekerja giat untuk membuat dahi dan matanya. Bayangkan betapa kagetnya ia sewaktu melihat mat aitu bergerak dan menatapnya lekat-lekat. Melihat itu Geppetto merasa terhina dan berkata dengan sedih. “Mata jelek, kenapa kamu menatapku begitu?”

Tidak ada jawaban.

Sesudah mata boneka jadi, Geppetto membuat hidung yang mulai memanjang begitu selesai dibuat. Memanjang dan makin panjang dan terus memanjang hingga menjadi sangat Panjang seperti tidak ada habis-habisnya.

Geppetto malang terus memotongnya dan memotongnya, tapi makin banyak yang ia potong, makin Panjang pula hidung yang tak sopan itu tumbuh. Dengan putus asa ia membiarkannya begitu saja.

Selanjutnya ia membuat mulut. Tak lama setelah selesai dibuat, mulut itu mulai tertawa dan mempermainkannya. “Berhenti tertawa!” Geppetto berseru marah, tapi ia seperti berkata pada tembok saja. Karakter tokoh Geppetto dalam cerita tersebut adalah….

• Mudah menyerah

• Penyayang

• Rajin

• Penyabar

Begitu tiba di rumah, Geppetto mengambil peralatannya, lalu mulai memotong dan membentuk kayu tadi menjadi berbentuk boneka.

“Sebaiknya kuberi nama siapa, ya?” ia menanyai dirinya sendiri. “Kurasa aku akan memanggilnya Pinokio. Nama ini akan membawa keberuntungan baginya. Aku pernah kenal satu keluarga Pinoki – Pinokio sang ayah, Pinokia sang ibu, Pinoki sang anak – dan mereka semua beruntung. Yang terkaya di antara mereka mengemis untuk kehidupan sehari-hari.”

Setelah memutuskan nama untuk boneka kayunya, Geppetto bekerja giat untuk membuat dahi dan matanya. Bayangkan betapa kagetnya ia sewaktu melihat mat aitu bergerak dan menatapnya lekat-lekat. Melihat itu Geppetto merasa terhina dan berkata dengan sedih. “Mata jelek, kenapa kamu menatapku begitu?”

Tidak ada jawaban.

Sesudah mata boneka jadi, Geppetto membuat hidung yang mulai memanjang begitu selesai dibuat. Memanjang dan makin panjang dan terus memanjang hingga menjadi sangat Panjang seperti tidak ada habis-habisnya.

Geppetto malang terus memotongnya dan memotongnya, tapi makin banyak yang ia potong, makin Panjang pula hidung yang tak sopan itu tumbuh. Dengan putus asa ia membiarkannya begitu saja.

Selanjutnya ia membuat mulut. Tak lama setelah selesai dibuat, mulut itu mulai tertawa dan mempermainkannya. “Berhenti tertawa!” Geppetto berseru marah, tapi ia seperti berkata pada tembok saja. Masalah yang dihadapi tokoh Geppetto adalah….

• Geppetto kesulitan membuat boneka kayu Pinokio

• Geppetto tidak menyukai bagian tubuh Pinokio

• Geppetto lelah memotong hidung Pinokio

• Geppetto diejek oleh Pinokio