Buah dari Berbagi
Sudah tiga hari Yudi berlibur ke rumah neneknya di desa. Di sana, ia bertemu dengan sepupunya, Ridho. Ridho ini aneh sekali. Hampir setiap jam, rumahnya selalu diketuk tetangga.
"Ridho, apa kau punya tali?" seorang anak berambut keriting muncul.
"Ada," sahut Ridho ramah. la langsung mengambil tali, lalu memberikannya kepada anak itu.
Tidak lama, muncul seorang anak perempuan, "Ridho, boleh pinjam ember?"
"Ambil saja di dekat pagar," tukas Ridho ramah.
Berikutnya datang seorang anak remaja, "Ridho, minta daun kemangi di halaman ya?"
"Ambil saja, Bang," seru Ridho.
Begitu seterusnya, tetangganya terus-menerus berdatangan. Ridho selalu ramah melayani keperluan mereka.
"Ridho," kata Yudi, "Apa kamu tidak pernah merasa rugi?"
Ridho terkekeh, "Mereka tetanggaku. Sudah seharusnya aku bersikap baik."
"Tetangga itu seperti keluarga," ungkap Tante Artha, Ibu Ridho, "Kalau kita kesulitan, mereka yang datang membantu pertama kali," lanjutnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi di halaman rumah Ridho berjejer karung-karung.
"Ridho kamu sedang panen?" tanya Yudi.
Ridho menggeleng. Ia mengajak Yudi membuka karung tersebut. İsinya bermacam-macam. Ada kacang tanah, durian, pepaya, pisang, dan lain-lain.
"Ini semua pemberian tetangga."
"Semua ini?" Yudi takjub.
Ridho mengangguk.
"Mereka suka berbagi hasil panen mereka. Jadi, aku dan ibuku juga suka berbagi pada mereka."
Yudi akhirnya ikut mengangguk. Berbagi tidak pernah mengurangi apa pun, malah balasannya bisa berkali-kali lipat.
Apa yang diminta seorang anak remaja pada Ridho?