Dalam sejarah industri periklanan di Indonesia, belum pernah terjadi penurunan pertumbuhan yang men- capai nominal hampir 2 triliun rupiah dalam kurun waktu 1 tahun. Akan tetapi, ketika negeri ini didera krisis ekonomi yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun 1998, “tragedi” kemerosotan industri periklanan pun terjadi. Hanya dalam kurun waktu 1 tahun sejak krisis krisis ekonomi timbul pada akhir tahun 1997, kue periklanan langsung terpotong hingga 1,3 triliun rupiah. Padahal, pada tahun 1997, industri periklanan masih tumbuh sampai 23%. Namun, pada tahun 1999, seperti tidak pernah terjadi krisis sebelumnya, industri periklanan bangkit kembali, dengan menorehkan capaian kue iklan sekitar 5,6 triliun rupiah, atau tumbuh 49,4%.
Angka itu merupakan tingkat pertumbuhan paling besar yang dialami industri periklanan nasional. Pada tahun 2000, sekalipun secara nominal kue iklan tetap naik, pertumbuhannya turun sebesar 10,3%. Setahun kemudian yaitu tahun 2001, kue iklan kembali merosot ke posisi pertumbuhan 23,2%.
Pada tahun 2002 pangsa pasar periklanan na- sional meroket lagi sebesar 30% dengan nominal mencapai 12,6 triliun rupiah. Dengan demikian, dari tahun 1996 sampai tahun 2002, kue iklan nasional bergerak dengan laju pertumbuhan rata-rata 21,5%. Angka pertumbuhan itu, di atas sektor Industri pener- bitan, yang justru diperkirakan mengalami stagnasi oplah karena krisis ekonomi.
Pernyataan yang sesuai dengan wacana I di atas adalah...