Sungguh di luar dugaan. Begitu terbebas dari batu yang menghimpitnya, ular itu langsung mematuk kaki saudagar. Si saudagar kaget bukan kepalang hingga jatuh terjengkang. Tentu saja saudagar menjadi berang. “Dasar ular tak tahu terima kasih. Kenapa kau mematukku?” “Buat apa aku harus berterima kasih?” jawab ular. “Hai! Kalau tadi tak kutolong, kau pasti mati di bawah batu itu!” “Benar. Tapi aku tidak akan tertindih batu kalau kau tidak menindihkannya.” SaudagaSungguh di luar dugaan. Begitu terbebas dari batu yang menghimpitnya, ular itu langsung mematuk kaki saudagar. Si saudagar kaget bukan kepalang hingga jatuh terjengkang. Tentu saja saudagar menjadi berang. “Dasar ular tak tahu terima kasih. Kenapa kau mematukku?” “Buat apa aku harus berterima kasih?” jawab ular. “Hai! Kalau tadi tak kutolong, kau pasti mati di bawah batu itu!” “Benar. Tapi aku tidak akan tertindih batu kalau kau tidak menindihkannya.” Saudagar itu kaget. Ia baru ingat, rupanya itu ular yang siang tadi ditindihnya dengan batu. Saudagar itu tidak mau mendengar segala macam alasan. Ia tak mau mengingat kesalahannya sendiri. Yang dipikirkannya hanyalah bahwa ia telah menolong ular itu.
Watak saudagar pada cerita tersebut adalah