Bacaan untuk no 1-2
Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, hiduplah seorang anak bernama Raka yang sangat mencintai budaya daerahnya. Sejak kecil, ia sering mendengar cerita dari kakeknya tentang warisan budaya yang harus dijaga. Salah satu cerita favoritnya adalah tentang Batik, kain khas Indonesia yang memiliki beragam motif dengan makna mendalam.
Setiap hari Minggu, Raka selalu menemani ibunya ke pasar tradisional untuk melihat para perajin batik bekerja. Mereka menggunakan canting untuk menggambar pola-pola indah di atas kain putih. Raka terpesona dengan ketelitian tangan para pembatik dan bertekad untuk belajar lebih banyak.
Suatu hari, sekolah Raka mengadakan festival budaya. Setiap siswa diminta untuk memperkenalkan budaya dari daerah masing-masing. Raka dengan bangga memilih untuk mempresentasikan batik. Ia menjelaskan berbagai motif batik seperti Parang dari Yogyakarta yang melambangkan keberanian, serta Mega Mendung dari Cirebon yang menggambarkan ketenangan. Raka juga membawa selembar batik buatan tangan ibunya dan menjelaskan cara pembuatannya.
Kegiatan festival itu membuat teman-temannya semakin menghargai budaya Indonesia. Beberapa bahkan tertarik untuk belajar membatik. Guru mereka, Ibu Sari, mengajak siswa untuk mengunjungi sanggar batik di desa sebelah agar mereka bisa melihat langsung proses pembuatan batik. Raka sangat senang karena kecintaannya terhadap budaya mulai menular ke teman-temannya.
Sejak saat itu, Raka bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha batik agar budaya Indonesia semakin dikenal di dalam maupun luar negeri. Ia ingin membuktikan bahwa batik bukan sekadar kain, tetapi sebuah warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan.
Apa yang membuat Raka tertarik untuk mempelajari batik?