Bacalah cerpen berikut ini dengan saksama!
Menembus Penjara Kata
Oleh Primadita Herdiani
Mengapa dunia membisu padaku? Tak bisa kudengar derai hujan atau desah angin. Tak tahu seperti apa dengung kumbang yang mengelilingi bunga-bunga atau derik serangga malam hari. Sejak awal hidup tak dapat kudengar apa pun. Aku hanya melihat gambar bisu. Seperti film kuno yang hanya dipenuhi gerak tak bermakna.
Padahal, begitu lama ayah dan ibu menantikanku. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun, setelah lahir, aku tak sesuai harapan. Aku bayi yang tak lengkap. Mereka pasti kecewa dengan kekuranganku, tetapi mereka terlihat tabah menerima keadaanku. Ayah pun berusaha ke sana kemari berusaha mencarikan terapi buatku, tetapi semua masih gagal.
Sesungguhnya aku sendiri pun tak mau lahir dalam keadaan ini. Sering aku kesal dengan keadaanku. Kubanting gelas untuk mengatakan, “Tidak mau minum jus itu, aku ingin susu.” Kurobek baju baru yang ibu belikan buat menyampaikan, “Aku tak mau pakai, warnanya tak suka.” Aku pun pernah menangis seharian hanya karena menginginkan permen cokelat dari warung sebelah.
Lalu, tibalah suatu masa yang mengubah segalanya. Aku dititipkan pada Eyang karena ibu kerja luar kota dan ayah kuliah di luar negeri. Eyang putrilah yang dengan setia mengajari teknik baru berkomunikasi. Eyang memperlihatkan gambar-gambar yang dipotong dari koran. Aku tinggal tunjuk saja sesuai keinginanku.
Ulang tahunku yang ke sepuluh bertepatan dengan kepulangan ayah dari luar negeri. Ayah memberikan hadiah laptop dan alat dengar headphone. “Selamat ulang tahun, Fieza!” lalu ada gelak tawa. Oh, seperti itukah suara tawa? Karena terkejutnya, headphone sampai jatuh kutepis. Aku kaget ketika pertama kali mendengar suara. Aku menatap ayah ibu dengan bingung.
Sejak itu, laptop menjadi sahabat utamaku dan alat bantu pendengaran adalah pengganti indraku yang hilang. Kutuliskan mimpi, cita-cita, khayalan, dan kenangan. Kucatat hari-hariku: kegiatan, pendapat, pemikiran, dan apa saja yang bisa kutulis. Suatu hari, Eyang mengirimkan sebuah catatan tentang impian masa depanku ke majalah ibu kota. Catatanku tersebut ternyata dimuat oleh mereka. Bayangkan, seluruh negeri membaca tulisanku. Ayah ibu bangga padaku. Api itu telah menyala. Berkobar penuh semangat di dadaku. Telah berhasil kudobrak penjara kata-kata. Kutembus tempurung yang mengungkung pikiranku.
Diadaptasi dari: http://lmcr.rayakultura.net/blog/menembus-penjara-kata/comment-page-1
Pernyataan berikut merupakan perasaan atau sikap yang dilakukan oleh tokoh dalam teks cerita tersebut, kecuali...