Soal Implementasi Antropologi Kelas 11

Masyarakat Toraja memiliki tradisi pemakaman yang unik dengan jenazah disimpan dalam gua-gua di tebing dan patung tau-tau sebagai representasi orang yang meninggal. Mengapa kondisi lingkungan Toraja sangat berpengaruh pada praktik pemakaman tersebut?

• Kondisi tanah yang tidak subur membuat pemakaman dalam tanah tidak memungkinkan

• Dataran tinggi dengan banyak tebing batu kapur menyediakan tempat ideal untuk pemakaman di gua

• Curah hujan yang tinggi memaksa mereka mencari tempat pemakaman yang terlindung

• Tradisi ini muncul karena pengaruh masuknya agama-agama asing ke Toraja

• Pemakaman di gua hanya dilakukan untuk kalangan bangsawan sebagai simbol status sosial

Rumah adat Tongkonan milik suku Toraja memiliki atap yang tinggi dan melengkung seperti perahu. Bentuk arsitektur ini merupakan adaptasi terhadap kondisi lingkungan sekaligus mencerminkan cara berpikir masyarakatnya. Pernyataan yang paling tepat terkait hal tersebut adalah...

• Atap tersebut dibuat tinggi untuk menghindari serangan binatang buas yang banyak terdapat di sekitar permukiman

• Bentuk melengkung mirip perahu menunjukkan bahwa nenek moyang mereka berasal dari daerah pesisir

• Atap tinggi dan melengkung memungkinkan sirkulasi udara yang baik di daerah pegunungan sekaligus melambangkan status sosial

• Desain rumah meniru konstruksi bangunan peninggalan masa kolonial Belanda

• Bentuk tersebut hanya berfungsi estetis dan tidak memiliki makna budaya khusus

Masyarakat pesisir Bajo dikenal sebagai "suku laut" yang memiliki tradisi hidup di atas perahu atau rumah panggung di atas air. Tinggalan budaya berupa rumah apung dan keahlian melaut yang tinggi merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan mereka. Faktor utama yang membentuk kebudayaan masyarakat Bajo adalah...

• Pengaruh perdagangan dengan bangsa asing yang datang melalui laut

• Keterbatasan lahan di daratan memaksa mereka hidup di atas air

• Mereka merupakan pengungsi akibat konflik di daratan

• Lingkungan laut sebagai sumber penghidupan utama dan cara pandang yang melihat laut sebagai rumah

• Tradisi nenek moyang yang harus dilestarikan tanpa perubahan

Masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal yang menempatkan perempuan pada posisi penting dalam struktur sosial dan warisan. Rumah gadang sebagai tinggalan budaya material mencerminkan sistem sosial ini. Pola pikir masyarakat Minangkabau yang tercermin dari arsitektur rumah gadang adalah...

• Kekuasaan tertinggi berada di tangan laki-laki sebagai pemimpin keluarga

• Pembagian ruang yang menunjukkan hierarki berdasarkan senioritas anggota keluarga

• Pembagian ruang yang mencerminkan posisi perempuan sebagai pemilik rumah dan penjaga harta pusaka

• Rumah gadang dibangun tanpa kaitan dengan sistem kekerabatan

• Rumah gadang hanya berfungsi sebagai tempat acara adat bukan sebagai tempat tinggal

Masyarakat Bali memiliki tinggalan arsitektur berupa pura yang mengikuti konsep Tri Mandala dan Tri Angga. Pembagian zona dalam kompleks pura yang terdiri dari Jaba (halaman luar), Jaba Tengah (halaman tengah), dan Jeroan (halaman dalam) mencerminkan cara berpikir masyarakat Bali tentang...

• Pembagian kasta dalam masyarakat

• Stratifikasi ekonomi masyarakat Bali

• Konsep keseimbangan dan hierarki kesucian

• Pembagian wilayah administratif tradisional

• Pengaruh kolonialisme dalam tata ruang bangunan

Suku Baduy menolak penggunaan teknologi modern seperti listrik, kendaraan bermotor, dan alat elektronik. Mereka mempertahankan pola hidup sederhana dengan bertani secara tradisional. Pandangan hidup yang mendasari keputusan ini adalah...

• Keengganan beradaptasi dengan perubahan zaman karena keterbatasan pendidikan

• Keyakinan bahwa mereka adalah penjaga keseimbangan alam dan teknologi modern dapat merusak keseimbangan tersebut

• Larangan dari pemerintah untuk mengubah cara hidup mereka sebagai upaya pelestarian budaya

• Keterbatasan ekonomi yang tidak memungkinkan mereka mengakses teknologi modern

• Upaya untuk menarik wisatawan yang tertarik dengan kehidupan tradisional

Masyarakat Asmat di Papua terkenal dengan ukiran kayu yang sangat detail dan bernilai seni tinggi. Pembuatan ukiran ini dipengaruhi oleh lingkungan dan kepercayaan mereka. Pernyataan yang tepat mengenai hubungan antara lingkungan, kepercayaan, dan seni ukir Asmat adalah...

• Ukiran dibuat semata-mata untuk tujuan komersial dan menarik wisatawan

• Ketersediaan kayu di hutan Papua dan kepercayaan bahwa roh leluhur bersemayam dalam ukiran memengaruhi tradisi ukir mereka

• Ukiran merupakan bentuk hiburan untuk mengisi waktu luang masyarakat

• Tradisi mengukir dipaksakan oleh pemerintah kolonial untuk diperjualbelikan

• Ukiran tidak memiliki nilai religius dan hanya berfungsi dekoratif

Masyarakat pesisir di beberapa wilayah Indonesia memiliki tradisi upacara sedekah laut/labuhan. Tradisi ini mencerminkan hubungan antara masyarakat, lingkungan, dan sistem kepercayaan mereka. Cara berpikir yang melatarbelakangi upacara ini adalah...

• Ketakutan yang berlebihan terhadap bahaya laut

• Upaya mencegah pencemaran laut oleh aktivitas manusia

• Bentuk ucapan terima kasih dan permohonan keselamatan kepada penguasa laut sebagai sumber penghidupan

• Ritual yang diciptakan untuk menarik perhatian wisatawan

• Kegiatan rutin tanpa makna khusus yang dilakukan turun-temurun

Masyarakat Dayak memiliki tinggalan budaya berupa rumah panjang (betang/lamin) yang dapat menampung puluhan keluarga. Faktor lingkungan dan sosial yang mempengaruhi penciptaan rumah panjang adalah...

• Cuaca panas yang membutuhkan pendinginan ruangan berukuran besar

• Ketersediaan kayu yang melimpah dan kebutuhan pertahanan dari serangan binatang buas serta musuh

• Pengaruh arsitektur kolonial Belanda yang dibawa ke pedalaman Kalimantan

• Keterbatasan lahan permukiman di pedalaman Kalimantan

• Upaya menghemat biaya pembangunan rumah dengan membuatnya secara kolektif

Masyarakat Bugis-Makassar memiliki tinggalan budaya berupa kapal pinisi yang merupakan bukti kemahiran mereka dalam pelayaran. Pembuatan kapal pinisi menggabungkan pengetahuan teknis, kepercayaan, dan adaptasi terhadap lingkungan. Hal yang paling memengaruhi desain dan proses pembuatan kapal pinisi adalah...

• Teknik pembuatan kapal yang dipelajari dari bangsa Eropa pada masa penjajahan

• Pemahaman mendalam tentang kondisi laut Indonesia serta kepercayaan spiritual dalam setiap tahap pembuatan

• Upaya membuat kapal yang tampak menarik untuk kepentingan pariwisata

• Ketersediaan material kayu yang terbatas sehingga harus memaksimalkan fungsinya

• Peraturan pelayaran yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial