UTS Hukum Acara Peradilan Agama

Lahirnya peradilan agama secara resmi diakui dalam sistem hukum Indonesia melalui

• UUD 1945

• UU No. 7 Tahun 1989

• KUHPerdata

• UU No. 1 Tahun 1974

Pengadilan agama termasuk dalam lingkungan peradilan:

• Umum

• Militer

• Tata Usaha Negara

• Agama

UU No. 3 Tahun 2006 adalah perubahan atas:

• UU No. 48 Tahun 2009

• UU No. 4 Tahun 2004

• UU No. 7 Tahun 1989

• UU No. 1 Tahun 1974

Kewenangan absolut peradilan agama meliputi, kecuali:

• Perceraian

• Waris

• Wanprestasi Akad

• Wanprestasi perjanjian

Jenis perkara permohonan di lingkungan peradilan agama antara lain:

• Nafkah

• Wali Adhol

• Perceraiaan

• Itsbat nikah

Salah satu kewenangan peradilan agama setelah berlakunya UU No. 3 Tahun 2006 adalah:

• Jinayah

• Sengketa ekonomi syariah

• Waris

• Wakaf

Proses pembuktian dalam peradilan agama mengacu pada asas:

• In dubio pro reo

• Pembuktian berdasarkan alat bukti

• Audi alteram partem

• Pacta sun servanda

Surat kuasa dalam perkara peradilan agama harus memenuhi syarat, kecuali:

• Dikuatkan notaris

• Ditandatangani kuasa hukum

• Bermaterai

• Ditandatangani pemberi kuasa

Alat bukti yang tidak termasuk dalam hukum acara peradilan agama adalah:

• Rekaman video

• Surat

• Saksi

• Sumpah

Gugatan dalam peradilan agama diajukan secara tertulis atau:

• Lisan

• Lewat email

• melalui WhatsApp

• Secara elektronik