UH ARGUMENTASI

UH ARGUMENTASI

11th Grade

30 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

Topik 9 : Kedaulatan Malaysia Cabaran, Punca & Penyelesaian

Topik 9 : Kedaulatan Malaysia Cabaran, Punca & Penyelesaian

12th Grade

25 Qs

BAHASA INDONESIA

BAHASA INDONESIA

12th Grade

25 Qs

Ulangan Harian tema 6  subtema 1 kelas 6

Ulangan Harian tema 6 subtema 1 kelas 6

12th Grade

25 Qs

Quiz Dewan Kerja PMR Nedubos

Quiz Dewan Kerja PMR Nedubos

University

25 Qs

Ulangan harian teks berita

Ulangan harian teks berita

11th Grade

25 Qs

asasmen tengah semester

asasmen tengah semester

9th - 12th Grade

25 Qs

Paragraf 1 (Ide pokok)

Paragraf 1 (Ide pokok)

12th Grade

30 Qs

Bahaya Narkoba

Bahaya Narkoba

11th Grade

25 Qs

UH ARGUMENTASI

UH ARGUMENTASI

Assessment

Quiz

Other

11th Grade

Hard

Created by

alter4work alter4work

FREE Resource

30 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Berdasarkan teks, apa yang menjadi salah satu risiko utama dari "infodemic" yang dihadapi remaja?

Peningkatan biaya akses internet.

Kecenderungan untuk lebih banyak berinteraksi secara fisik.

Sulitnya membedakan fakta dari fiksi.

Penurunan minat pada kursus daring.

Keterlambatan dalam mendapatkan berita terkini.

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Ide pokok yang tepat untuk paragraf pertama adalah...

Era digital hanya membawa tantangan serius bagi remaja.

Kehidupan remaja saat ini didominasi oleh teknologi dan internet.

Era digital merupakan pedang bermata dua yang memiliki peluang dan tantangan bagi remaja.

Teks ini akan fokus pada kesiapan remaja menghadapi masa depan yang kompleks.

Remaja perlu memahami dinamika digital untuk masa depan mereka.

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Kalimat utama yang paling tepat untuk paragraf kedua adalah...

Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru.

Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi adalah aset berharga.

Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan.

Keterampilan digital secara proaktif sangat esensial.

Akses tak terbatas membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Menurut teks, salah satu bukti bahwa remaja Indonesia menghadapi tantangan dalam transisi ke dunia kerja adalah...

Banyak remaja lebih memilih bekerja di sektor pariwisata.

Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023.

Kaum muda sering dianggap memiliki "kesiapan kerja" yang baik.

Remaja kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor informal.

Banyak remaja kekurangan keterampilan digital.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Pernyataan "kecerdasan intelektual saja tidak cukup" pada paragraf pertama secara tersirat menunjukkan bahwa...

Remaja harus meninggalkan pendidikan formal dan fokus pada keterampilan digital.

Hoaks hanya berbahaya bagi orang-orang yang tidak cerdas.

Cyberbullying hanya dilakukan oleh orang dengan kecerdasan rendah.

Tantangan era digital tidak dapat diatasi dengan pengetahuan akademis saja.

Pendidikan karakter tidak lagi dibutuhkan di sekolah.

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Manakah ide pokok yang paling sesuai untuk paragraf ketiga?

 

Kesejahteraan remaja terancam oleh kemudahan akses dan konektivitas digital.

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental.

Infodemic adalah tantangan serius bagi remaja.

Remaja sulit membedakan fakta dari fiksi.

Media sosial dan infodemic adalah tantangan utama di era digital.

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

30 mins • 1 pt

Era Digital: Pedang Bermata Dua bagi Remaja Indonesia? Menjelajahi Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Masa Depan

(1)Kehidupan remaja SMA saat ini sangat lekat dengan teknologi dan internet, membentuk cara mereka belajar, berinteraksi, dan bahkan prospek masa depan. Dalam konteks imersi digital yang begitu dalam ini, muncul pertanyaan krusial: apakah era digital lebih banyak membawa manfaat dan peluang tak terbatas yang memberdayakan, atau justru menyembunyikan tantangan serius yang dapat menghambat perkembangan dan kesiapan mereka menghadapi masa depan yang kompleks? Teks argumentasi ini akan mengeksplorasi kedua sisi mata pedang ini, menganalisis bagaimana teknologi membentuk realitas remaja Indonesia saat ini, dan mengapa pemahaman mendalam tentang dinamika ini sangat penting bagi mereka.

(2) Era digital secara inheren menawarkan akses tak terbatas ke informasi, pengetahuan, dan sumber daya pendidikan, membuka gerbang pembelajaran yang lebih luas dan beragam daripada sebelumnya. Remaja kini memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan baru melalui kursus daring, menjelajahi minat mereka, dan terhubung dengan komunitas global. Kemampuan untuk mencari dan mengakses informasi secara mandiri, berkolaborasi secara daring, serta mengembangkan keterampilan digital secara proaktif adalah aset berharga yang esensial dalam mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin kompetitif dan berubah cepat.

(3) Namun, di balik kemudahan akses dan konektivitas, tersimpan tantangan serius yang mengancam kesejahteraan remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, terutama karena perbandingan dengan realitas daring yang ideal dan seringkali menyesatkan. Selain itu, remaja dihadapkan pada "infodemic" – banjir informasi yang masif dan seringkali tidak terverifikasi, membuat mereka rentan terhadap disinformasi dan hoaks. Membedakan fakta dari fiksi menjadi semakin sulit, memengaruhi pandangan dunia dan keputusan mereka.

(4) Meskipun era digital menjanjikan peluang ekonomi baru, remaja Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan dalam transisi ke dunia kerja. Tingkat pengangguran pemuda mencapai sekitar 14% pada tahun 2023, menunjukkan jutaan anak muda kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil dan sering terpaksa masuk ke sektor informal. Secara global, kaum muda sering dianggap kurang "kesiapan kerja," yang berarti banyak yang tidak dapat memperoleh atau mempertahankan pekerjaan karena kurangnya kemampuan yang diperlukan. Pergeseran mata pencarian, seperti dari petani ke sektor pariwisata di beberapa daerah, juga menunjukkan perubahan aspirasi dan kebutuhan akan diversifikasi keterampilan.

(5) Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif. Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis, mengelola privasi, dan mengenali manipulasi daring. Pengembangan "kesiapan kerja" yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, juga sangat krusial. Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, membimbing penggunaan digital yang sehat, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum, dan menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja yang stabil.

Kalimat utama pada paragraf terakhir terdapat pada...

 

Kalimat pertama, yaitu "Menghadapi kompleksitas ini, remaja tidak bisa hanya menjadi pasif."

Kalimat kedua, yaitu "Diperlukan literasi digital yang kuat, mencakup kemampuan memverifikasi informasi secara kritis..."

Kalimat ketiga, yaitu "Pengembangan 'kesiapan kerja' yang komprehensif, termasuk keterampilan lunak... juga sangat krusial."

Kalimat keempat, yaitu "Tanggung jawab ini tidak hanya pada remaja, tetapi juga pada keluarga, sekolah, dan pemerintah..."

Seluruh paragraf merupakan kalimat-kalimat yang sama pentingnya.

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?