Ulangan Harian Teks Cerita Sejarah

Quiz
•
World Languages
•
3rd Grade
•
Hard
Greenlight Colour
Used 15+ times
FREE Resource
15 questions
Show all answers
1.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 1 pt
Jenis teks yang berisi fakta mengenai kejadian di masa lalu adalah....
teks sejarah
teks anekdot
teks cerita sejarah
teks hikayat
teks dongeng
2.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kalimat yang mengandung konjungsi temporal adalah....
1
2
3
4
5
3.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 1 pt
"Tak seorang pun menolak karena semua berpikir Patih Daha Gajah Mada memang mampu"
Kata kerja mental yang terdapat dalam kutipan di atas adalah....
seorang
karena
berpikir
gajah
patih
4.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Jumlah kata sifat dari kutipan teks tersebut adalah....
1
2
3
4
5
5.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
45 sec • 1 pt
Berikut yang bukan termasuk ciri dari teks cerita sejarah adalah....
Novelis bebas menciptakan dengan imajinasinya mengenai 5w+1h
Cerita ada akibat perekayasaan pengarang, Ada relevansinya dengan sejarah
Tidak diperlukan bukti-bukti terhadap fakta sejarahnya karena hasil imajinasi,
Tidak terikat pada sejarah
Dituntut menunjuk kepada hal-hal yang memang pernah ada atau terjadi
6.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
45 sec • 1 pt
Urutan struktur teks cerita sejarah yang lengkap dan benar adalah....
orientasi-pengenalan-menuju klimaks-klimaks-resolusi
orientasi-klimaks-resolusi-penyelesaian-koda-amanat
orientasi-klimaks-koda-resolusi-penyelesaian
orientasi-pengungkapan peristiwa-menuju klimaks-klimaks-resolusi-koda
pengenalan-orientasi-pengungkapan peristiwa-klimaks-resolusi-koda
7.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
5 mins • 1 pt
Bacalah teks berikut!
"Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara"
(Paragraf 1)
Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa di kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sampai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu-satunya wanita di dunia yang terpilih sebagai sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa ini. Maklum sebagai sang Ardhanareswari, Ken Dedes adalah titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan. Apa benar kabut tebal itu turun karena para bidadari turun dari langit? Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan senyumnya dari kenangan kakek tua, yang menuturkan cerita itu dan mengaku memergoki para bidadari itu, lalu mengambil salah seorang di antara mereka menjadi istrinya. Gajah Mada ingat, anak kakek tua itu perempuan semua dan jelek semua, sama sekali tidak ada pertanda titisan bidadari.
(Paragraf 2)
”Mirip cerita Jaka Tarub saja,” gumam Gajah Mada sekali lagi untuk diri sendiri. ”Lagi pula, setahuku tidak pernah ada pelangi di malam hari. Pelangi itu munculnya selalu siang dan ketika sedang turun hujan.”
Lebih jauh soal kabut tebal pula, konon ketika Calon Arang, si perempuan penyihir dari Ghirah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, merata di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebingungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu. Empu Barada benar-benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang melayang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untunglah cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun. ”
Hanya sebuah dongeng,” gumam Gajah Mada untuk diri sendiri. Kabut tebal itu memang mengurangi jarak pandang dan mengganggu siapapun untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Ketika sebelumnya siapa pun tak sempat memikirkan, itulah saatnya siapa pun mendadak merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa. Pada wilayah yang kabutnya benar-benar tebal, untuk mengenali benda-benda di sekitarnya harus dengan meraba-raba.
Akan tetapi, tidak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut-sahutan ramai sekali. Apa yang dilakukan anjing itu laporannya akhirnya sampai ke telinga Gajah Mada. Gajah Enggon yang meminta izin untuk bertemu segera melepas warastra, sanderan dengan ciri-ciri khusus yang dibalas Gajah Mada dengan anak panah yang sama melalui isyarat khusus pula. Dari jawaban anak panah itu Gajah Enggon dan Gagak Bongol mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan temuannya.
(Paragraf 3)
“Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya. ”Mayat siapa?”
“Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”
Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus macam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat? ”
Dan kami temukan mayat kedua,” Gagak Bongol menambahkan.
”Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular.”
Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia?”
Gajah Mada menengadah memandang langit. Namun, tak ada apa pun yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam.
”Bhayangkara?”
”Ya,” jawab Gagak Bongol. ”Siapa?” lanjut Gajah Mada.
(Paragraf 4)
Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggon tidak segera menjawab dan memberikan kesempatan kepada Patih Daha Gajah Mada untuk menemukan sendiri jawabnya. Nama pembunuh yang mati dipatuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama-nama prajurit Bhayangkara yang pernah dipimpinnya. Nama-nama itu adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Kartika Sinumping, Jayabaya, Pradhabasu, Lembang Laut, Riung Samudra, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan Gagak Bongol. Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian Kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang-panting menyelamatkan Sri Jayanegara. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licik oleh pengkhianat kaki tangan Ra Kuti. Selanjutnya, Mahisa Kingkin terbunuh oleh Gagak Bongol sebagai korban fitnah di Hangawiyat. Terakhir, Singa Parepen atau Bango Lumayang yang berkhianat mati dibunuhnya di Bedander ketika kamanungsan sebagai pengkhianat.
Struktur dari paragraf empat teks di atas adalah....
orientasi
klimaks
menuju konfliks
koda
resolusi
Create a free account and access millions of resources
Similar Resources on Wayground
10 questions
TEKS BERITA

Quiz
•
1st - 5th Grade
10 questions
tematik 2 (bahasa Indonesia)

Quiz
•
3rd Grade
15 questions
TEKS EDITORIAL

Quiz
•
3rd Grade
20 questions
Latihan Soal Kerajaan - kerajaan Hindu Budha

Quiz
•
1st Grade - University
15 questions
BAHASA MELAYU PT3

Quiz
•
1st - 3rd Grade
20 questions
SOAL TEKS DESKRIPSI

Quiz
•
1st - 3rd Grade
10 questions
Bahasa Melayu Tahun 3 - Struktur Ayat

Quiz
•
3rd Grade
20 questions
Kuis Materi EyD dan Tanda Baca Bahasa Indonesia

Quiz
•
1st - 5th Grade
Popular Resources on Wayground
11 questions
Hallway & Bathroom Expectations

Quiz
•
6th - 8th Grade
20 questions
PBIS-HGMS

Quiz
•
6th - 8th Grade
10 questions
"LAST STOP ON MARKET STREET" Vocabulary Quiz

Quiz
•
3rd Grade
19 questions
Fractions to Decimals and Decimals to Fractions

Quiz
•
6th Grade
16 questions
Logic and Venn Diagrams

Quiz
•
12th Grade
15 questions
Compare and Order Decimals

Quiz
•
4th - 5th Grade
20 questions
Simplifying Fractions

Quiz
•
6th Grade
20 questions
Multiplication facts 1-12

Quiz
•
2nd - 3rd Grade