Perhatikan kutipan berikut ini!
Kutipan novel 1
Beberapa bulan setelah Ibunya meninggal dunia, sudah mamak suruh dia kawin saja dengan perempuan lain, baik orang Makassar atau orang lain negeri. Dia hanya menggeleng saja, dia belum hendak kawin sebelum engkau besar, Udin. Pernah dia berkata: separoh hatinya ikut Ibunya ke kuburan, dia tinggal di dunia dengan separoh lagi. Betapa dia takkan begitu, ia cinta kepada Ibunya
Kutivan novel II
“Sekarang,” katanya. “Saya sudah ada disisi Ibu kembali. Ada saya bawa obat kali Ibu. Kata orang Jakarta..mujarab benar obat itu. Obat encok namanya.” Ibu Mariawati ketawa. “Kini pun obat sudah memberi berkat, Astri. Kalu aku melihat wajah mu, aku sehat sudah. Biar terbang penyakit itu, dan aku sembuh sendiri kelak” Moga-moga, tepai seelok-eloknya kaki Ibu itu diobati juga, supayah sembuh benar-benar. Biar saya kenakan…”
“Tidak Asri, jangan tergesa-gesa! Obat minum, verban dan sekaliannya itu sudah kuderitakan sehari-hari.”
Asri tertawa. “Siapa yang meminumkan obat itu? Makcik Lia agaknya? Tanyanya
“Tidak, dia patuh. Tetapi Asnah, tak dapat dibantah kehendaknya.”
Perbedaan karakteristik kedua novel tersebut adalah…