Cut Nyak Dien adalah pahalwan dari Aceh yang lahir pada tahun 1848. Pada 1880, Ia menikah dengan Teuku Umar. Bersama dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dien gigih berjuang untuk melawan Belanda. Ketika Teuku Umar gugur ditembak oleh Belanda pada tahun 1899, Cut Nyak Dien tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda dengan memimpin perang di pedalaman Meulaboh. Salah satu ucapan khas Cut Nyak Dien, yang diucapkan ketika suaminya gugur dan memotivasinya untuk terus berjuang melawan Belanda adalah, “Sebagai perempuan Aceh, tidak boleh menumpahkan air mata kepada orang yang sudah meninggal...”
Sikap Cut Nyak Dien menjadi pemimpin pasukan di pedalaman Meulaboh mencerminkan sikap....