TM 9 Jiwa kelas 4A

TM 9 Jiwa kelas 4A

University

5 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

UAS DASAR PENCABUTAN GIGI REMEDIAL

UAS DASAR PENCABUTAN GIGI REMEDIAL

University

10 Qs

Pertemuan Materi 2

Pertemuan Materi 2

University

10 Qs

Soal Penyakit Dalam

Soal Penyakit Dalam

University

10 Qs

Soal Masuk Apoteker

Soal Masuk Apoteker

University

10 Qs

TM 3 KDK Kelas 2A

TM 3 KDK Kelas 2A

University

10 Qs

Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

12th Grade - University

10 Qs

Quiz doorprize WOOR 2022

Quiz doorprize WOOR 2022

University

10 Qs

UAS PRAKTIKUM PREVDENT 2021

UAS PRAKTIKUM PREVDENT 2021

University

10 Qs

TM 9 Jiwa kelas 4A

TM 9 Jiwa kelas 4A

Assessment

Quiz

Specialty

University

Hard

Created by

Sensei Dessy

Used 1+ times

FREE Resource

5 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Seorang wanita muda berusia 25 tahun datang ke pusat kesehatan mental dengan keluhan merasa cemas yang berkepanjangan, sulit tidur, dan pikiran yang gelisah. Dia juga melaporkan bahwa dia merasa terasing dan kesepian karena tidak dapat memahami bahasa dan budaya yang dominan di komunitasnya. Selama interaksi dengan perawat, dia menyatakan kekhawatiran bahwa jika orang-orang mengetahui kondisinya, mereka akan menganggapnya sebagai orang gila dan menjauhinya. Keluarganya, yang juga berasal dari latar belakang budaya yang sama, sangat berhati-hati dalam berbicara tentang masalah kesehatan mental karena mereka khawatir akan menimbulkan malu bagi keluarga. Apa yang dapat dilakukan perawat untuk memastikan komunikasi efektif dengan pasien dalam konteks budaya yang berbeda?

Menggunakan jargon medis secara langsung

Menghindari menggunakan bahasa tubuh

Memperkenalkan konsep kesembuhan tanpa mempertimbangkan nilai budaya pasien

Menggunakan terjemahan langsung dari bahasa pasien

Mengambil waktu untuk memahami norma dan nilai budaya pasien sebelum berkomunikasi.

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Seorang perawat di sebuah pusat kesehatan jiwa sedang merawat dua pasien dengan gangguan kecemasan. Pasien pertama berasal dari budaya individualistik yang cenderung menekankan ekspresi diri secara langsung, sementara pasien kedua berasal dari budaya kolektivis yang lebih memprioritaskan keharmonisan kelompok dan mungkin merasa tidak nyaman dalam mengekspresikan perasaan mereka secara terbuka. Bagaimana perbedaan dalam Communication Space antara dua pasien tersebut memengaruhi interaksi dengan perawat?

Pasien dari budaya individualistik cenderung memilih komunikasi tidak langsung.

Pasien dari budaya kolektivis mungkin merasa tidak nyaman dengan komunikasi langsung.

Pasien dari budaya kolektivis cenderung mengekspresikan diri secara terbuka.

Pasien dari kedua budaya cenderung menggunakan komunikasi langsung secara eksplisit.

Pasien dari budaya individualistik lebih suka menggunakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi.

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Seorang pasien perempuan berusia 28 tahun, berasal dari daerah pedalaman dengan latar belakang budaya yang kaya akan tradisi spiritual, datang ke klinik psikiatri dengan keluhan perasaan cemas yang kronis dan serangan panik yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Selama wawancara, perawat mencatat bahwa pasien sering mengalami gejala fisik seperti sesak napas, gemetar, dan detak jantung yang meningkat ketika merasa cemas. Pasien juga mengungkapkan kekhawatiran tentang "gangguan roh jahat" yang mungkin mengganggu dirinya, sesuai dengan kepercayaan budaya di daerahnya. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya masalah kesehatan fisik yang mendasari. Berdasarkan informasi kasus di atas, langkah keperawatan jiwa yang paling sesuai untuk memperbaiki pemahaman budaya dan mempertimbangkan aspek spiritual pasien adalah:

Menyarankan terapi perilaku kognitif untuk mengatasi kecemasan dan serangan panik.

Meresepkan obat antidepresan untuk mengurangi gejala kecemasan.

Mengajukan konseling psikososial untuk membantu pasien memahami perasaan cemasnya.

Membangun hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarganya untuk memahami perspektif budaya dan spiritual pasien.

Merujuk pasien ke dukun setempat untuk penyembuhan spiritual.

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Seorang perempuan berusia 35 tahun, berasal dari sebuah desa di pedalaman Papua, datang ke pusat kesehatan setempat dengan keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-harinya. Dia mengatakan bahwa dia merasa terganggu oleh "hantu bayangan" yang sering mengikuti dan mengintainya di malam hari. Menurut keluarganya, dia menjadi semakin tertutup dan cemas dalam beberapa bulan terakhir, sering kali menolak makan dan berbicara sendiri. Dia percaya bahwa dirinya telah terkena kutukan oleh tetangga sekitar yang iri dengan keberhasilannya. Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan psikiatri, dokter menduga bahwa pasien mungkin mengalami Kanaima, sebuah Culture-Bound Syndrome yang sering terjadi di kalangan suku di daerah tersebut. Apa intervensi yang paling sesuai dalam asuhan keperawatan jiwa bagi pasien dengan kemungkinan Kanaima?

Memberikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik.

Mengatur sesi terapi kelompok untuk memfasilitasi ekspresi dan dukungan sosial.

Mengabaikan kepercayaan budaya pasien dan fokus pada intervensi medis yang konvensional.

Memindahkan pasien ke fasilitas perawatan jangka panjang untuk pemantauan 24 jam.

Melakukan isolasi sosial untuk melindungi pasien dari kemungkinan bahaya fisik dan psikologis.

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 10 pts

Seorang pasien bernama Ny. S, seorang wanita berusia 45 tahun, masuk ke unit keperawatan jiwa karena mengalami depresi berat setelah kehilangan suaminya dalam sebuah kecelakaan mobil. Ny. S mengalami kesedihan yang mendalam dan merasa kehilangan arah dalam hidupnya. Dia sering kali menangis tanpa alasan yang jelas dan kehilangan minat untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dia nikmati. Bagaimana perawat dapat memperhatikan konsep spiritual dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. S dengan mempertimbangkan faktor sosiokultural?

Memfasilitasi pertemuan dengan seorang konselor agama atau spiritual untuk membahas rasa kehilangan dan dukanya.

Mengajak Ny. S untuk mengikuti terapi kelompok dengan pasien lain yang memiliki pengalaman kehilangan yang serupa.

Memberikan Ny. S bahan bacaan tentang cara mengatasi kesedihan setelah kehilangan

Mengatur pertemuan dengan seorang dukun atau peramal lokal untuk membantu Ny. S menemukan kedamaian batinnya.

Menyediakan ruang meditasi atau doa di unit keperawatan dan mengizinkan Ny. S untuk menggunakan ruang tersebut sesuai kebutuhannya.