Bacalah cerpen “Tukang Cukur” karya Budi Darma ini untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
TUKANG CUKUR
Karya Budi Darma
Gito, anak Getas Pejaten, kawasan pinggiran kota Kudus, setiap hari, kecuali Minggu dan hari libur, berjalan kaki pergi pulang hampir empat belas kilo, ke sekolahnya, sekolah dasar di Jalan Daendels. Karena banyak jalan menuju ke sekolahnya, Gito bisa memilih jalan mana yang paling disukainya. Kalau perlu, dia juga lewat jalan-jalan kecil yang lebih jauh, untuk menyenangkan hatinya.
Seperti anak-anak lain, Gito sehari hanya makan satu kali, setelah pulang sekolah. Juga seperti anak-anak lain, Gito tidak mempunyai sandal, apalagi sepatu. Guru-guru pun bertelanjang kaki. Kalau ada guru memakai sepatu atau sandal, pasti sepatu atau sandalnya sudah reyot.
Pakaian Gito, demikian juga pakaian teman-temannya, serba compang-camping, penuh tambalan, demikian pula pakaian para guru. Semua pakaian sudah luntur warnanya, dan kalau diwenter warna- nya bisa tampak agak cerah, tapi dalam waktu singkat luntur lagi.
Gito tahu cara menangkal kelaparan. Kalau mau, dia bisa menang- kap ikan di sungai tidak jauh dari rumahnya. Pada waktu pulang dari sekolah, kadang-kadang Gito lewat Pasar Johar, tidak jauh dari stasiun jurusan Pati, Juana, Rembang, dan jurusan Pecangakan, Jepara. Di pasar itu dia bisa memunguti remah-remah gula jawa, gula yang bermanfaat untuk melawan rasa lapar.
Tidak jauh dari rumahnya ada pabrik bungkil kacang tanah, untuk pakan ternak. Kadang-kadang Gito juga memunguti remah-remah bungkil kacang tanah, meskipun dia tahu bungkil kacang tanah bisa menyebabkan sakit perut dan gondongen, leher bisa membengkak sampai besar.
........................................................................................................................................................................
Pernyataan di bawah ini yang tidak menunjukkan tema dari cerpen “ Tukang Cukur” terdapat pada...