Inklusi

1. Hal-hal berikut adalah elemen-elemen yang mendukung pentingnya Inklusi dalam Pendidikan. Kecuali:

• 1. Pemisahan atau segregasi mengajarkan anak pada hal-hal yang berakibat negative, seperti munculnya rasa takut, tidak percaya diri, perasaan diabaikan, dan melahirkan rasa ketidakadilan.

• 1. Kebutuhan pendidikan anak sejatinya adalah pendidikan yang dapat mengembangkan keterampilan sosialnya dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam kehidupan yang lebih luas dan kompleks secara heterogen, bukan kehidupan yang homogen di masa depan.

• 1. Pendidikan yang tidak berpusat pada anak dan mengedepankan kemampuan akademik lebih mudah dilaksanakan daripada pendidikan inklusi.

• 1. Inklusi berpotensi untuk mengurangi rasa takut, dan mampu membangun persahabatan, rasa saling menghormati dan memahami.

1. Hal-hal yang berkaitan dengan konsep dasar inklusi adalah sebagai berikut, kecuali:

• Setting inklusi adalah sebuah kelas, atau sekolah, atau instansi pendidikan di mana SEMUA ANAK DAPAT BELAJAR BERSAMA

• 1. Sebuah tempat di mana anak tidak diminta atau diharuskan untuk mengubah dirinya dengan semua kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat diterima di kelas atau sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.

• 1. Sebuah lingkungan di sekitar diri anak, termasuk sekolah, yang telah dimodifikasi baik struktur kelas dan bangunan sekolah, kurikulum dan perencanaan pembelajaran serta asesmennya, untuk merespon kebutuhan khususnya yang unik.

• 1. Sebuah kelas atau sekolah di mana pendidik tidak perlu meyakini bahwa pendidikan adalah hak dasar bagi semua anak.

Anak Dengan Keterbatasan Fisik akan mengalami hambatan dalam pembelajaran, perkembangan, dan partisipasi jika:

•    Tidak ada jalan atau akses khusus kecuali anak tangga, bagi anak yang berkursi roda.

• Guru melakukan kegiatan yang berpusat pada anak, sehingga anak dengan keterbatasan fisik dapat terlibat

• Pendidik menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan main yang diletakan pada rak-rak yang mudah dijangkau anak.

• Papan tulis diletakkan pada dinding setinggi jangkauan tangan anak.

Hal-hal berikut akan mendukung anak dengan gangguan penglihatan dalam pembelajaran, perkembangan dan partisipasi, kecuali:

• Usahakan selalu ada pencahayaan yang cukup dalam ruangan.

• Usahakan selalu posisi yang cukup nyaman bagi anak yang memiliki gangguan penglihatan

• Letakkan lembar-lembar atau gambar-gambar pada dinding lebih tinggi agar tidak mudah dirusak oleh anak.

• Apa yang dituliskan pendidik, baik di atas papan tulis atau pada kertas, harus selalu diucapkan dengan jelas dan cukup didengar anak, sehingga anak dengan gangguan penglihatan maupun gangguan pendengaran dapat memahami. Tapi bukan berteriak

Anak dengan Down Syndrom (DS) dan Austisme Spektrum Disorder (ASD) harus mendapatkan perlakuan dengan rancangan kurikulum yang bersifat individual. Perbedaan paling mendasar pada karakter anak dengan down syndrome dan anak dengan spektrum autisma adalah:

• Anak DS lebih bersifat pasif, sedangkan anak ASD lebih bersifat aktif

• Anak DS tidak memiliki masalah dengan perubahan rutinitas, anak ASD akan berubah menjadi agresif saat terjadi perubahan rutinitas.

• Anak DS memerlukan waktu yang lebih panjang untuk memahami hal-hal tertentu yang lebih rumit, anak ASD lebih menyukai aktivitas yang tidak biasa dilakukan anak lain.

• a.    Anak DS tidak memerlukan pendampingan, anak ASD memerlukan pendamping.

Saat melakukan kegiatan pembelajaran di mana terdapat anak dengan ADHD, guru harus memperhatikan hal-hal berikut, kecuali:

• Membiarkan anak-anak dengan ADHD bergerak saat mereka berkegiatan.

• Menyiapkan materi dan bahan belajar secukupnya, yakni sejumlah anak dengan tingkat kesulitan yang sama

• Memberikan kesempatan bagi anak dengan ADHD untuk memberi tanggapan/pendapat secara lisan. Sebab menulis merupakan kegiatan yang sangat menyiksa mereka.

• a.    Memadukan kegiatan belajar dengan aktivitas gerak yang sederhana. Bermain dan permainan adalah hal yang lebih menarik mereka, daripada duduk diam untuk mengembangkan kemampuan menulis, membaca dan menghitungnya.

Anak dengan masalah kurangnya penglihatan, akan lebih oprimal pembelajarannya jika setting lingkungan kelasnya mendukung keterbatasannya, kecuali:

• selalu ada pencahayaan yang cukup dalam ruangan.

• selalu berada pada posisi duduk di dekat guru.

• Jika apa yang dituliskan pendidik, baik di atas papan tulis atau pada kertas, selalu diucapkan dengan jelas dan cukup didengar anak.

• Jika pendidik memberikan instruksi-instruksi dengan suara keras.

Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin akan menemukan kesulitan dalam hal-hal berikut, kecuali:

• a.    Menggerakkan bagian tubuh atau seluruh tubuh, kesimbangan dan kordinasi.

• a.    Berbicara serta berkomunikasi non-verbal, perhatian dan konsentrasi.

• a.    Berpikir logis.

• a.    Gerakan otot yang tdak disadari (kejang) atau sebaliknya, kurang refleks terhadap reaksi.

Lingkungan dan kegiatan pembelajaran pada lembaga PAUD yang mendukung terwujudnya pendidikan inklusif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kecuali:

• Kurikulum yang dikembangkan sampai perencanaan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan semua anak.

• Evaluasi perkembangan belajar anak yang bersifat individual, tidak generalisasi.

• Aktivitas belajar yang dapat membuat semua anak terlibat, tidak ada yang hanya menjadi penonton.

• Adanya keterlibatan orang tua anak yang tidak menginginkan anaknya bergabung dengan anak berkebutuhan khusus.

Elemen-elemen yang dapat membantu terbentuknya komunitas inklusif di lembaga PAUD adalah berikut ini, kecuali:

• Semua orang tua anak didik, baik yang dengan atau tanpa kebutuhan khusus.

• Pendidik yang tidak membuka diri untuk menerima semua anak dengan kelebihan dan kekurangan

• Kepala sekolah dan kepala lingkungan terdekat.

• Puskesmas dan instansi terkait