SOAL UNTUK NOMOR 10-14
Liburan akhir tahun pelajaran hampir tiba. Siswa kelas enam mengadakan rapat
dipimpin oleh Agni, sang ketua kelas. Agenda rapat kali ini adalah menentukan
tujuan liburan perpisahan kelas. Siswa kelas enam sudah menabung sejak awal
tahun ajaran untuk keperluan ini.
“Teman-teman, mari kita mulai dengan mengusulkan tujuan liburan kita. Aku
akan menuliskannya di papan tulis,” Agni bersiap menulis.
Zaki terlihat mengacungkan tangan. Dia berbicara setelah Agni mempersilakan.
“Menurutku, kita harus sepakat dulu dan memastikan bahwa semua setuju
untuk berlibur ke luar kota. Bisa jadi ada yang keberatan. Liburan seperti ini
menghabiskan banyak uang. Kita bisa saja mengganti liburan perpisahan kelas
ini dengan acara yang lebih murah.”
Raut wajah Agni tampak kesal.
“Dari awal tahun ajaran kita sudah sepakat menabung khusus untuk keperluan
ini, kan? Iya, kan, Salma?” Agni meminta dukungan ke bendahara kelas.
Salma mengangguk, tetapi Frida yang menimpali, “Kamu tidak boleh begitu, Agni.
Kupikir sebaiknya kita mendengarkan dulu alasan-alasan mereka yang tidak mau
ikut liburan. Kita tidak bisa memaksa, kan?”
“Baik. Siapa saja di kelas ini yang tidak setuju dengan rencana kita mengadakan
liburan?” Agni bertanya dengan lantang.
Tampak Zaki, Olivia, dan Juna mengangkat tangan.
“Aku belum tahu apakah orang tuaku mengizinkan. Aku sering sakit kalau
bepergian terlalu jauh,” kata Olivia.
Agni mengangguk-angguk maklum. Zaki sudah menyebutkan alasannya pada
awal rapat tadi.
Sekarang giliran Juna untuk menjelaskan. Tampaknya teman-teman lain juga
heran mengapa Juna menentang rencana liburan ini. Pada awal tahun ajaran,
Juna bersemangat untuk berlibur. Juna juga rajin membayar iuran untuk kas
kelas.
“Aku … aku cuma tidak yakin apakah aku akan suka dengan tujuan liburan kita.”
Seketika teman-teman sekelasnya bergumam dan berkomentar. Agni mengetukkan
penghapus ke papan tulis, meminta teman-temannya untuk tenang.
Karena mayoritas anak setuju untuk liburan, rapat untuk menentukan kota
tujuan dilanjutkan. Zaki, Olivia, dan Juna tidak keberatan.
Siswa-siswa kelas enam riuh mengusulkan tujuan liburan mereka.
Pertama, Agni mencatat semua kemungkinan: Bali, Banyuwangi, Madura, Bromo,
Malang, Yogyakarta, Solo, Karimun Jawa, Dieng, Bandung, dan Pangandaran.
Setelah lama berdiskusi, akhirnya ditetapkan tiga pilihan liburan: Yogyakarta,
Solo, atau Dieng. Dari Kota Pesisir diperlukan sekitar 5 jam perjalanan ke tujuan
wisata ini dengan menggunakan bus pariwisata.
Malang, Yogyakarta, Solo, Karimun Jawa, Dieng, Bandung, dan Pangandaran.
Setelah lama berdiskusi, akhirnya ditetapkan tiga pilihan liburan: Yogyakarta,
Solo, atau Dieng. Dari Kota Pesisir diperlukan sekitar 5 jam perjalanan ke tujuan
wisata ini dengan menggunakan bus pariwisata.
Selanjutnya, Agni mempersilakan teman-temannya untuk memberikan pendapat
tentang destinasi liburan pilihan mereka masing-masing.
“Aku pilih Yogya karena aku ingin melihat keraton, Malioboro, dan Borobudur.
Aku juga ingin mencicipi gudeg asli,” kata Melodi.
“Aku juga pilih Yogya karena aku ingin ke Museum Gunung Merapi dan Museum
Ulen Sentalu,” kata Frida.
Beberapa teman lain juga mengungkapkan pendapatnya. Sebagian besar siswa
memilih Yogya. Ada juga yang ingin ke Solo karena ingin ke Museum Sangiran.
Semua pendapat ditampung oleh Agni dan dicatat oleh sekretaris kelas, Zidan.
“Sepertinya sebagian besar memilih Yogya sebagai tujuan liburan kita. Apakah
kita sepakat untuk liburan ke Yogya?” tanya Agni.
“Sebentar, sebentar. Kan tidak semua anak ingin ke Yogya. Coba kita tanya dulu
pendapat yang lain,” Juna berpendapat.
Kelas kembali riuh. Nama-nama kota lain kembali disebut. Usul kembali
bermunculan.
Akhirnya, siswa kelas enam melakukan pemungutan suara untuk menentukan
suara terbanyak. Dari 24 siswa di kelas enam, 20 orang memilih Yogyakarta,
3 orang memilih Solo, 0 orang memilih Dieng, dan 1 orang abstain atau tidak
memberikan suara. Agni tampak lega setelah kelas enam berhasil menentukan
tujuan liburan. Masih banyak hal lain yang perlu dirapatkan, termasuk persiapan
yang harus dilakukan oleh siswa sebelum melakukan perjalanan.
Ketika Agni kembali ke tempat duduknya, tiba-tiba Juna maju ke depan kelas.
Tanpa bicara, dia menghapus seluruh tulisan di papan tulis. Wajahnya berkerut.
Bu Pertiwi yang sejak tadi mengamati jalannya rapat kelas mendekati Juna.
“Ada apa, Juna? Kamu tidak suka Yogya?” tanya Bu Pertiwi.
“Kakek dan Nenek Juna tinggal di Yogya, Bu. Kalau Juna ke Yogya, mereka pasti
akan menemui Juna, memeluk Juna tanpa henti, dan membawakan macam-
macam oleh-oleh. Juna malu pada teman-teman, Bu,” jawab Juna lirih.
Beberapa anak yang mendengar jawaban Juna berusaha menyembunyikan tawa.
Bu Pertiwi tersenyum, “Ya, sudah, nanti Juna boleh berpesan kepada Kakek dan
Nenek agar mereka tidak mengunjungi Juna selama di Yogyakarta.”
Juna mengangguk sambil tersenyum. Meski begitu, dalam hati dia berdoa agar
Kakek dan Neneknya tetap mengunjunginya. Dia malu dipeluk-peluk, tetapi
sebenarnya dia rindu.
10. Bagaimana cara mereka menentukan tujuan liburan?