
TRY OUT UTBK LEBARAN

Quiz
•
Professional Development
•
Professional Development
•
Hard

Dany AS
Used 17+ times
FREE Resource
80 questions
Show all answers
1.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
2 mins • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Berdasarkan paragraf 1, manakah simpulan di bawah ini yang benar?
Sebagian anak kecil yang sakit sering ke rumah sakit
Sebagian anak kecil yang tidak sakit tidak senang ke rumah sakit
Sebagian anak kecil yang ke rumah sakit tidak berpotensi mengalami sakit
Sebagian anak kecil pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit
Sebagian anak kecil yang sakit flu di rawat inap di rumah sakit
2.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Simpulan apa yang dapat ditarik dari paragraf 3?
Anak mendapatkan terapi bermain apabila mereka lebih bersikap kooperatif
Anak mendapatkan terapi bermain apabila mereka patuh dan dapat berkomunikasi dengan orang tua
Anak lebih bersikap kooperatif apabila anak nyaman dalam menjalani perawatan di rumah sakit
Anak mendapatkan terapi bermain apabila menjalani perawatan di rumah sakit
Anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit apabila mendapatkan terapi bermain
3.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Berdasarkan paragraf 1, manakah simpulan di bawah ini yang paling mungkin benar?
Anak laki-laki lebih berpotensi sakit dibandingkan anak perempuan
Anak perempuan lebih berani dibandingkan anak laki-laki
Anak-anak sering mendapatkan pengalaman buruk di rumah sakit
Anak-anak merasa takut pergi ke rumah sakit
Anak-anak sering dirawat inap di rumah sakit
4.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Berdasarkan paragraf 1, apabila anak-anak tidak disuntik, manakah simpulan di bawah ini yang benar?
Anak-anak tidak dapat pengalaman buruk di rumah sakit
Tidak ada anak-anak ke rumah sakit
Anak-anak merasa takut pergi ke rumah sakit
Anak-anak tidak dirawat inap di rumah sakit
Anak-anak tidak suka ke rumah sakit
5.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Manakah pernyataan di bawah ini yang tidak mendukung kalimat bercetak tebal pada paragraf 1?
Banyak anak tidak suka ke rumah sakit karena takut disuntik
Banyak anak mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan ketika disuntik
Banyak anak belum pernah disuntik di rumah sakit
Banyak anak belum pernah ke rumah sakit karena takut dokter yang memegang jarum suntik
Banyak anak tidak suka ke rumah sakit walaupun tidak pernah tahu jarum suntik
6.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Berdasarkan tabel di atas, jenis permainan yang menempati keberhasilan kedua tertinggi setelah terapi adalah ....
Tali
Bola
Boneka
Monopoli
Rumah-rumahan
7.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
1 min • 1 pt
Kesehatan anak selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Bagaimanapun, semua anak kecil berpotensi mengalami sakit. Sakit yang biasa dialami anak-anak adalah flu, batuk, dan cacar. Sebagian anak yang berpotensi mengalami sakit pada akhirnya harus berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit. Sayangnya, tidak semua anak mau dibawa berobat ke rumah sakit. Banyak anak menolak diajak ke rumah sakit, terutama anak laki-laki, apalagi jika harus menjalani rawat inap. Banyaknya pemandangan orang sakit menjadi salah satu alasan mereka menolak ke rumah sakit, begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan staf rumah sakit dengan baju putihnya. Mereka mengira bahwa jika ke rumah sakit, mereka akan disuntik. Membayangkan sakitnya jarum suntik menjadi alasan yang paling banyak ditemui mengapa anak-anak tidak suka ke rumah sakit.
Untuk mengatasi hal ini seorang peneliti melakukan riset pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di ruang pediatri. Tujuan terapi bermain adalah agar saat menjalani perawatan, mereka tetap mendapatkan pembelajaran atau kegiatan menyenangkan. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan terapi bermain pada sejumlah anak. Terdapat dua kelompok terapi yaitu kelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 50 anak, serta terdapat 6 jenis permainan yang diberikan. Sebelum terapi, anak-anak tersebut diukur perilaku kooperatifnya, kemudia dihitung reratanya. Demikian pula setelah terapi, perilaku kooperatif anak-anak tersebut diukur kembali. Setelah riset, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor sebelum terapi lebih rendah daripada setelah terapi, baik pada anak-laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa jika anak-anak mendapatkan terapi bermain, mereka lebih bersikap kooperatif. Sikap kooperatif misalnya ditunjukkan dalam bentuk kepatuhan dan kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. Sikap kooperatif membuat anak merasa lebih nyaman saat menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam kondisi ini terapi diibaratkan sebagai obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit.
Berdasarkan Tabel di atas, jika hasil tersebut tidak berubah pada masa mendatang, jenis permainan yang paling mungkin dipertahakan untuk diberikan pada anak-anak adalah ....
Tali
Bola
Boneka
Monopoli
Rumah-rumahan
Create a free account and access millions of resources
Similar Resources on Wayground
82 questions
UTBK Bimbingan Konseling 2025

Quiz
•
Professional Development
78 questions
Kepemimpinan

Quiz
•
Professional Development
85 questions
Level Up - PDB Basic IV (Senior Officer)

Quiz
•
Professional Development
84 questions
PD3 MENYELURUH

Quiz
•
Professional Development
82 questions
UTBK PEDAGOGI UMUM 2025

Quiz
•
Professional Development
80 questions
Post Test Public Basic Materi (6 Jam)

Quiz
•
Professional Development
79 questions
Quiz UKKJ Situational Judgement

Quiz
•
Professional Development
82 questions
UTBK PJOK 2025

Quiz
•
Professional Development
Popular Resources on Wayground
12 questions
Unit Zero lesson 2 cafeteria

Lesson
•
9th - 12th Grade
10 questions
Nouns, nouns, nouns

Quiz
•
3rd Grade
10 questions
Lab Safety Procedures and Guidelines

Interactive video
•
6th - 10th Grade
25 questions
Multiplication Facts

Quiz
•
5th Grade
11 questions
All about me

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Lab Safety and Equipment

Quiz
•
8th Grade
13 questions
25-26 Behavior Expectations Matrix

Quiz
•
9th - 12th Grade
10 questions
Exploring Digital Citizenship Essentials

Interactive video
•
6th - 10th Grade
Discover more resources for Professional Development
11 questions
All about me

Quiz
•
Professional Development
10 questions
How to Email your Teacher

Quiz
•
Professional Development
5 questions
Setting goals for the year

Quiz
•
Professional Development
7 questions
How to Email your Teacher

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Employability Skills

Quiz
•
Professional Development